Tiara pamit pulang. Tampaknya ia tidak memiliki hak untuk berada dalam situasi seperti ini, didalam masalah keluarga orang lain.
“sudah mau pulang?” Shella bangkit dari kursinya. “gapapa tante. Saya bisa keluar sendiri.” Ujar Tiara dengan senyuman tipisnya ke Shella. Shella menatap Ezya. “gausah zya. Lo disini aja, gue bisa pulang sendiri kok.” Ujar Tiara. Ezya menggeleng. “gausah, gue antar aja yok.” Ezya yang bangkit dari kursinya membuat Tiara berdecak.
“gausah. Lo kan mau nunggu raina kan? Gue bisa pulang sendiri kok, naik grab.” Ujar Tiara menunjukkan layar ponselnya yang sudah memesan jasa jemput pulang dengan aplikasi ternama itu.
“yauda. Ma, ezya anter tiara kedepan dulu ya.” kali ini, Tiara tidak menolak karena ia sadar bahwa ia bisa saja terjebak dan tersesat saking besarnya rumah Arion ini.
“ikut, om!” seru Theo, dengan girang. Ezya menganguk dan membawa Theo kedalam gendongannya.
Ezya menggiring Tiara menuju halaman depan. “uda sampe belom grabnya?” tanya Ezya karna tidak melihat ada tanda-tanda mobil di hadapannya.
Tiara terlihat fokus pada ponselnya, gadis itu lalu mendongak dan menggeleng.
“tante uda punya pacar?” Celetuk Theo secara tiba-tiba. Tentu saja pertanyaannya mengejutkan Tiara dan Ezya.
“tante ini mah belum punya pacar theo. Dari lahir ngejomblonya.” Ucapan Ezya membuat Tiara menatapnya dengan sebal.
“suka sama papa ga?” lagi. Pertanyaan kedua Theo, membuat Tiara membuka lebar mulutnya tak percaya.
Bukan hanya Tiara, Ezya juga terkejut.
“tapi sori ya tante. Theo bakalan menghadang jalan tante untuk mendekati papa.” Lanjut Theo, membuat Tiara semakin speechless.
“tante kira theo ga lihat tadi! Tatapan ular tante yang genit itu mau godain papa kan?! Gau—whahwhamawhewo..” Ezya langsung menutup mulutnya Theo dan memutar tubuhnya. “uda dateng tuh grabnya, pulang sana pulang.” Usir Ezya. Ezya melakukan ini demi kepentingan Tiara. Memang Ezya tahu bahwa Tiara ini tidak akan mudah tersinggung, apalagi jika bocah kecil seperti ini yang mengatainya, tapi kalau bocahnya itu Theo, Ezya yakin dengan pasti bahwa sebentar lagi, bokong Theo pasti akan ditendang oleh Tiara.
Dahi Tiara yang berkerut menjadi tanda bahwa jiwa terdalamnya Tiara terpanggil karena pernyataannya Theo.
Tiara menarik nafasnya pelan, mencoba mengendalikan dirinya. Buat apa ia membuang tenaga, dan menambah pikiran hanya untuk merasa marah atas apa yang dikatakan oleh Theo.
“yauda, gue cabut ya.” Tiara membuka pintu mobil, namun suara Theo membuat Tiara berhenti.
“tante genit, awas ya kita ketemu lagi! Theo aja ga suka tante! Apalagi papa!” tiba-tiba saja, Theo kabur melengos kedalam membuat gumpalan tangan yang dibentuk oleh Tiara mengambang di udara.
“IH YA AMPUN!! IMUT TAPI KOK LAMBENYA GITOH!” teriak Tiara, memandang Ezya dengan tatapan frustasi.
“sabar. Emang kaya gitu anaknya.. Bocah ga usah lo ladenin la, hati-hati pulangnya. Ntar kalau uda sampe chat gue.” Ezya meletakkan telapak tangannya diatas kepalanya Tiara, dan mendorong gadis itu untuk masuk kedalam mobil.
“Ck. Iya iya.” jawab Tiara dengan ogah-ogahan, jika orang lain yang melihat mereka pasti akan berpikir Ezya dan Tiara adalah sepasang kekasih, namun sayang. Tiara tidak akan pernah bisa mendapatkan hati Ezya dengan seutuhnya, karena Ezya hanya menganggapnya sebagai seorang adik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Mahardika dan Tiara. ✔️
Ficción General[[E N D !]] ❝Bian ga ngadi-ngadi sih ini, tapi mau jadi mamanya bian yang official ga sih ma? Kalau papa lama banget lamarnya, biar bian aja yang ngewakilin :)❞ Tiara. Jobless, lulus dengan IPK ngos-ngosan tapi ga gitu buruk karena dia bisa jadi...