59. Akhirnya

9K 547 41
                                    

Tiara menatap Arion yang sejak tadi terlihat tidak nyaman dan cemas. “Kamu kenapa mas?” Tanya Tiara. Arion menoleh menanggapi panggilan Tiara. Pria itu menggeleng dan tersenyum. Mencoba meyakinkan Tiara bahwa dia baik-baik saja. Sayangnya tidak.

Arion ialah pria yang dewasa, namun ia takut. Takut bahwa Yera akan melihatnya sebagai pria yang tidak pantas bersanding disisinya Tiara. Apalagi membicarakan statusnya. Tidak ada yang bisa Arion ubah walaupun ingin mengenai hal itu.

“Mama uda jalan mau sampai, bareng lily sama raina.” Ujar Arion saat membaca pesan yang dikirimkan oleh Lily.

Tiara mengangguk. Menatap Arion yang terdiam. “Mas.” Panggil Tiara. Arion menoleh. Tiara meraih tangannya Arion. Menyelipkan jari-jarinya disela jemarinya Arion.

“Semua bakalan baik-baik aja mas. Aku yakin mama juga pasti setuju kok, uda kamu jangan khawatir gitu. Aku liatnya jadi ga enak.” Arion memeluk Tiara. Mengusap belakang kepala wanitanya ini.

“Tiara..” Panggil Arion. Tiara berdehem.

“Jujur aja, terakhir kali aku gugup kayanya uda lama banget deh. Sekarang jantung aku bener-bener kaya mau meledak. Kamu ngerasain kan?” Tiara tersenyum. Mengusap sayang punggung Arion. Memang benar bahwa ia merasakan detak jantungnya Arion yang berdetak kencang mencoba melawan detakannya yang biasanya.

“Mas seberdebar ini mau ketemu mama? Yakin cintanya sama aku?” Arion tertawa. Dan menyentil kecil hidung Tiara.

“Kamu ini!”

“Nah gitu dong! Kan ganteng kalau ketawa. Dari tadi mukanya masam mulu, ditekuk terus.” Arion tersenyum. Menangkup pipi Tiara, dan memberikan sebuah kecupan kecil di bibir wanita itu.

“Muah!” Tiara tersenyum manis.

“Gausah khawatir mas. Apapun yang bakalan terjadi, aku dipihaknya mas.” Ujar Tiara. Arion tersenyum tulus menatapi mata indahnya Tiara.

Mereka saat ini sedang ada di hotel. Arion memesan hotel, sembari menunggu kedatangan Shella.

“Ma! Ma!” Bunyi pintu yang terbuka diiringi suara Theo membuat Tiara tersenyum. Tampaknya mereka sudah puas berkeliling.

“Nah buat mama! Ini buat papa! Theo lari sampai sini cepet-cepet biar es krimnya ga meleleh loh!” Tiara tersenyum. Manisnya putra kecilnya ini.

“Manis banget anak mama, tapi jangan lari-lari disini ya sayang, banyak orang soalnya. Nanti ketabrak orang lain loh.” Ujar Tiara.

“kan ada kakak-kakak yang jagain Theo.” Fabian muncul bersama dengan Kayla yang ngos-ngos an. Bisa dilihat bahwa tenaga mereka terkuras karena bocah kecil ini.

Tiara tertawa. “Bagus kan bian, biar olahraganya bareng theo.” Kayla melambaikan tangannya, tanda menyerah. Melempar dirinya diatas kasur dan menghela nafas pelan.

“Jadiin atlet lari aja tante, hebat banget lari-lariannya.” Celetuk Kayla.

“Iya sayang? Mau jadi atlet aja?” Theo menggeleng. “Engga ah, theo mau jadi guru kok.” Tiara tertegun. Tidak tau bahwa Theo ini memiliki pendirian yang kuat atas ucapannya. Sejak ia ditindas oleh gurunya sendiri. Theo bertekad akan menjadi guru yang baik dan tidak akan melakukan hal yang sama kepada muridnya kelak.

Aminin cita-cita Theo yuk.

Suara bel pintu kamar yang berbunyi membuat Arion sontak bangkit dari posisinya.

“Mama.” Panggil Arion. Shella memeluk, dan mencium pipi Arion.

“Oma!” Theo menghambur ke pelukannya Shella.

Mas Mahardika dan Tiara. ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang