Fabian, Tiara, dan Arion keluar dari balik dinding kamar mandi.
Mereka berjalan menuju meja tempat dimana keluarga Abinaya seharusnya duduk.
“astaga bian!” Shella yang bereaksi terlebih dahulu saat melihat Fabian muncul dihadapannya. Ia langsung membawa Fabian kedalam pelukannya.
“maafin oma ya sayang..” Fabian menggeleng dan membalas pelukannya Shella.
“gimana kalau pestanya dibatalin aja? Kamu mau istirahat aja?” tanya Shella, saat Fabian melepaskan pelukannya. Fabian menggeleng. Ia melirik Tiara sekilas, lalu tersenyum ke Shella. “gapapa oma, sekarang bian uda ga papa.” Tiara tersenyum melihat senyuman Fabian. Tiara tidak sadar bahwa Arion melihat ke arahnya.
“benarkah?” Fabian mengangguk mantap. “pestanya uda bisa dimulai oma.” ujar Fabian, dan menarik kursi di samping Theo.
“kakak nangis?” tanya Theo dengan bibir yang ia tekuk. Ikut sedih melihat Fabian yang habis menangis. Fabian menggeleng cepat. “engga-engga. Ini kelilipan doang. Tante!” seru Fabian, membuat Tiara menunjuk dirinya sendiri. Fabian mengangguk. “sini! Duduk disamping bian!” ujar Fabian dengan senyuman lebar.
Senyuman Fabian membuat Shella, Arion, dan yang lainnya tersentak kaget. Mereka lupa bahwa Fabian ternyata bisa tersenyum selebar itu selain untuk adiknya.
Lihatlah! Fabian tersenyum selebar itu untuk Tiara.
Tiara menatap Lily yang mengangguk, mempersilahkan Tiara untuk duduk disamping Fabian.
“u looks so beautiful!” seru Lily saat Tiara sudah duduk. Kursi Lily hanya berjarak satu kursi dari tempatnya duduk. Tunggu. Tinggal kursi disisi kanan Tiara saja yang kosong. Dan yang berdiri hanya Arion.
Dan benar saja, Arion berjalan mendekatinya, dan duduk disisinya Tiara.
“thanks buat gaunnya ly! Kita harus shopping bareng ya nanti!” Lily menaikkan jempolnya sebagai respon atas ucapan, dan ajakan Tiara. Lagipula Tiara akan punya banyak waktu luang setelah ini.
Akhirnya pesta ulang tahun Fabian dimulai juga. Pesta dimulai dengan Fabian yang disuruh ke panggung, oleh pembawa acara.
Lalu teman-temannya mulai ikut tiba dipanggung dengan lilin ditangan mereka masing-masing.
Sebanyak tujuh belas buah lilin menunggu untuk ditiup oleh Fabian.
Tiara bisa melihat Jeno—si anak nakal yang ia seret ke kantor polisi kemarin ada diatas sana. Jeno menatapnya dengan kedua mata yang melebar saat Tiara menyapanya dengan kedua alis yang ia naikkan keatas.
Akhirnya Fabian sampai pada lilin ke tujuh belas alias lilin terakhir, gadis yang memegang lilin itu berkata, “Oma, Papa mertua! Minta izin restunya ya!” sebelum pada akhirnya Fabian meniup lilin terakhir itu. seluruh tepuk tangan riuh merespon komentar keberaniannya.
“gadis itu kayla. Dia suka sama bian,” Celetuk Arion. Tiara tersenyum, “anak jaman sekarang berani-berani ya..” ia memandang Fabian dengan senyuman.
“coba kalau saja saya bisa seberani itu, minta restu segampang itu.” lanjut Tiara. Arion menoleh kearahnya. “kamu belum menikah?”
Pertanyaan Arion membuat Tiara memandanginya. Namun Arion langsung membuang pandangannnya.
Ia malu karena merasa sudah terlalu lancang menanyakan pertanyaan yang terkesan pribadi seperti itu. Ia takut menyinggung Tiara.
“bel—”
“papa!” suara Theo yang terdengar marah, membuat Arion dan Tiara serentak menoleh. Theo turun dari kursinya, dan meminta digendong oleh Arion.
Arion membawa Theo untuk duduk diatas pangkuannya. Theo menoleh ke Tiara, dan menatap Tiara dengan mata yang ia picingkan sinis. Tingkah Theo membuat Tiara mendengus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Mahardika dan Tiara. ✔️
General Fiction[[E N D !]] ❝Bian ga ngadi-ngadi sih ini, tapi mau jadi mamanya bian yang official ga sih ma? Kalau papa lama banget lamarnya, biar bian aja yang ngewakilin :)❞ Tiara. Jobless, lulus dengan IPK ngos-ngosan tapi ga gitu buruk karena dia bisa jadi...