3. Yatim Piatu

16.7K 1K 13
                                    

Ezya yang sudah tiba di kantor polisi membuat senyumannya Tiara melebar.

Karena Tiara ini anak tertua, dan satu-satunya perempuan, Tiara tidak bisa memanggil orang tuanya sebagai orang untuk menebusnya keluar dari sini.

Ia sudah tiga puluh tahun, belum punya pasangan aja uda bikin Mama kecewa banget, apalagi kalau sampai Mamanya tahu bahwa ia bermasalah dan ditahan di kantor polisi? Bisa jantungan si Mamah.

Oh my god my baby ezya! Akhirnya lo da—” belum sempat Tiara memberikan ratusan kata-kata pujian untuk Ezya, pria itu malah melewatinya dan mendekati satu-satunya anak remaja laki-laki yang tadinya berbicara dengan Tiara memakai nada dingin.

“Bian! Kok kamu bisa ada disini?” bukannya mendekatinya, Ezya malah mendekati remaja Pria yang ia panggil Bian itu.

“loh! Loh! Lo kenal dia?” tanya Tiara.

“bapak mau menjamin siapa ya pak?” padahal yang menyuruh Ezya kesini ialah Tiara, tapi pria itu langsung memilih remaja laki-laki itu dari pada dirinya.

“bian pak.” tanpa wajah bersalah ia menatap Tiara dengan cengiran bodohnya.

Awas saja kalau mereka keluar dari sini nanti, akan Tiara pastikan ia akan masuk kembali kesini dengan kasus yang berbeda yaitu membunuh teman bodohnya.

“bercanda elah! Muka lo tegang banget, suka gue liatnya.” Tiara mendesis sebal.

“Dia juga pak.” Tiara menyilangkan kedua tangannya didepan dada. “nah tuh pak! Lihat! Sudah saya bilang! Saya itu dokter!” kali ini Tiara sudah punya bukti berjalannya, jadi ia tidak begitu takut lagi untuk membela dirinya.

“lagian siapa yang bawa kartu pengenal kemana-mana sih? Kolot banget!” Lanjut Tiara.

“gue. Kenapa? Lo mau gue urung nebusnya?” Tiara menatap Ezya— yang mengeluarkan kartu pengenal dokternya —dengan cengengesan. “gitu banget lu ah!”

“maaf pak, tapi saudara bian ini benar-benar tidak ada walinya?” Ezya tersentak kaget menatap Bian. Jadi pria itu tidak menelepon Ayahnya?

Jika Ezya membiarkan Bian, bisa-bisa Bian akan berada disini sampai Rion menyadari putranya hilang, dan melaporkannya ke polisi.

Dilihat dari keras kepalanya Bian yang sama dengan Rion, dilihat juga dari Rion yang suka sibuk sendiri saat bekerja bisa dipastikan, Bian akan dibebaskan satu bulan kemudian, jika tidak ditebus Ezya saat ini juga.

ezya mengangguk. “Mamanya sudah meninggal pak, papanya juga sudah diatas, dia anak temen saya, jadi bisa saya bawa dia pulang pak?” ujar Ezya dengan nada sedih. Diatas kasur maksudnya.

Pak polisinya terlihat sedih juga mendengar ucapannya Ezya. “yauda, dua-duanya sudah boleh dipulangkan pak.” setelah mendengar hal itu, Bian langsung berjalan melengos keluar begitu saja, membuat Tiara menggeleng dan berdecak tak percaya.

“dih! Gatau terima kasih banget! Masih kecil aja uda songong.” Ezya menepuk kecil lengannya Tiara, dan berjabat tangan dengan pak polisi. Diikuti Tiara.

“Jangan balek kesini lagi ya neng.” Tiara mengangguk. “saya juga ga mau ketemu bapak lagi.” Tiara yang kali ini melengos pergi, membuat Ezya menggelengkan kepalanya. “ngomongin orang, dianya sama aja.”

”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mas Mahardika dan Tiara. ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang