25. Tante punya pacar?

11.1K 759 37
                                    

Dibaca ya bio akhir!

“Tante!” Suara Theo tampaknya mengganggu Tiara dari lamunannya.

“eh ha?”

“ck! Theo bilang tante ga usah ikut-ikut theo! Mending tante pulang aja, tapi nanti makan siang balik lagi.” Tiara terkekeh. Theo terlihat tidak ingin ia pergi. Lihat saja, ia terlihat kesal karena Tiara tidak mendengarkan ucapannya.

“Uda deh, ayuk.” Tiara mensejajarkan langkahnya dengan Theo, dan meraih tangan bocah kecil itu.

“ih! Gausah pake pegang tangan deh! Emangnya theo masih kecil!” Sentak Theo. Namun tampaknya Theo lupa ia sedang berurusan dengan siapa.

Tiara tidak akan mundur dari perang. Tiara menggeleng.

“semua temen-temen kamu digandeng tuh.” ujar Tiara, membuat Theo menoleh ke sekitarnya.

“mereka kan punya mama, sedangkan theo engga.” Jawab Theo sembari menunduk, namun dengan suara yang lantang. Membuat Tiara terdiam kaget.

Tiara melepaskan tangan Theo dengan perlahan. Membuat Theo mendongak ke atas menatap Tiara dengan tatapan bingung.

“tapi kalau tante maksa ya gapapa. Theo biarin buat hari ini aja.” Theo kembali menyelipkan tangannya ke dalam tangannya Tiara, menyelipkan jari-jari kecilnya ke sisi jari-jari Tiara.

Ia menunjukkan wajah datar, dan memasang ekspresi tidak peduli.

Tiara menarik nafas perlahan, dan tersenyum lebar.

“makasih ya theo. Ayuk.” Tiara membawa Theo kedalam kelasnya, dan keluar sembari melambaikan tangannya ke Theo. Gadis itu berjalan menyusuri lorong dalam diam.

Ucapan Theo tampaknya cukup berdampak bagi Tiara.

Tiara duduk di kantin taman kanak-kanak sekolahnya Theo ini. Biasanya orang tua yang menunggu anak-anak mereka juga berkumpul disini.

Ngomong-ngomong sekolah Theo, dan Fabian berbeda.

Fabian benar-benar bosan setengah mati terbaring disini sepanjang hari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Fabian benar-benar bosan setengah mati terbaring disini sepanjang hari.

Ia baru melewati empat jam, tapi ia sudah merasa berada disini selama sepuluh jam. Televisi yang ia nyalakan hanya untuk mengisi suasana ruangan yang sepi.

Ia tidak senang dengan segala channel televisi yang ia putar.

Wajah sang Ayah memenuhi layar televisi, membuat Fabian sedikit tertarik. Walaupun sudah beberapa jam televisi diputar tanpa ia perhatikan.

Ah Fabian ingat syuting itu. Saat itu kalau tidak salah, sang ayah tampil setelah diwawancara oleh salah satu majalah bisnis terkenal.

Walaupun Fabian tidak menunjukkannya, Fabian selalu menonton semua wawancara sang Ayah. Bagi Fabian, Arion adalah panutannya.

Mas Mahardika dan Tiara. ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang