24. Dongeng sebelum tidur

10.4K 701 46
                                    

Fabian membuka kedua matanya, dan mendapati Arion tengah berbaring di sisi tempat tidurnya.

Fabian mengerjapkan kedua matanya berkali-kali. Sampai ia sadar bahwa ia tidak ada dirumah. Ataupun didalam kamarnya.

Suara pintu kamar mandi yang terbuka, membuat Fabian menolehkan pandangannya. Tiara keluar dari sana dengan handuk kecil dibahunya.

“uda bangun?” tanya Tiara tenang, dan mendekati sisi tempat tidur Fabian yang bersebrangan dengan tempat Arion tertidur.

Ia menyodorkan segelas minuman dengan sedotan untuk Fabian.

“kok bian bisa ada disini tante?” Tiara berdecak. “tuh.” Tiara menunjuk kaki Fabian yang di gips dengan dagunya.

“loh?!” Fabian mengernyitkan dahinya, dan menyadari kepalanya di balut dengan perban.

“uda dua hari kamu disini. Banyak gaya sih! Jatoh kan.” Fabian mulai mengingat bahwa benar saja. Ia bisa ada disini karena dirinya sendiri.

Balapan sialan!

“gausah balapan-balapan lagi.” Celetuk Tiara, membuat Fabian menolehkan kepalanya.

“kamu pikir tante gatau? Sok jagoan banget memang!” Tiara memukul pelan bahunya Fabian, membuat Fabian meringis kecil.

“nah! Sakit kan?! Makanya! Setelah ini gausah lagi sok-sok an mau balapan ya!” Omel Tiara. Fabian mengangguk pelan. Tampaknya suara Tiara membuat Arion terbangun.

“Eungh? Gimana bian? Ada yang sakit?” Arion langsung merubah posisi duduknya, dan menatap Fabian dengan tatapan khawatir.

“dia baik-baik aja mas,” jawab Tiara. Fabian mengangguk sebagai respon atas ucapannya Tiara.

“syukurlah. Selama dua minggu ini, Fabian dirawat dulu ya disini,” ujar Arion dengan senyuman lembut.

“jadi fabian ga boleh sekolah dulu pa?” tanya Fabian. Tiara yang mendengarnya malah menoleh kesal.

“mau sekolah dalam keadaan kaya gini?!” Arion tersenyum melihat Tiara yang tampaknya marah ke Fabian.

“yaa maaf tante, jangan marah-marah dong.. fabian kan lagi sakit..” Fabian mengerucutkan bibirnya. Membuat emosi Tiara melenyap dalam seketika.

Tiara baru tahu, Fabian bisa bertingkah manja seperti ini.

“yauda deh, mas saya balik ya.” Fabian mengikuti langkah Tiara dengan tatapan matanya.

“eh mau kemana tante?” tanya Fabian dengan wajah sedih.

“mau nganter theo kesekolah.” jawab Tiara, dan keluar dari kamar rawatnya Fabian.

“sekarang theo, tante yang nganter pulang pergi pa?” Arion mengangguk. “kan tante tiara bakalan jagain theo dulu buat sementara, sebelum papa dapet babysitter baru buat theo.” Fabian mengangguk mengerti.

“pa, hp fabian.” Pinta Fabian. Arion bangkit dari duduknya, dan merogoh laci. Menemukan seonggok benda persegi panjang yang tampak sudah tak layak pakai.

“Eh?!”

Arion tersenyum kecil. “uda jadi sampah nih.” Fabian berdecak sebal melihat ponselnya yang memperlihatkan layar retak, dan pecah. Tombol disisinya juga sudah tidak bisa ditekan.

“engga usah main hp dulu deh, ntar kalau uda bisa keluar dari sini, papa anterin kamu ke toko ponsel.” ujar Arion. Fabian melebarkan kedua bola matanya. “ihh! Gabisa pa! Bosen dong fabian seharian disini mulu.” Arion menggeleng.

“engga bakalan bosen, kan ada papa disini, biar pa—” Arion menghentikan ucapannya saat ponselnya yang berada di sakunya berbunyi nyaring.

“sebentar ya bian.” Arion bangkit dari tempatnya, dan berjalan keluar.

Mas Mahardika dan Tiara. ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang