47. Segudang kewajiban

8.5K 585 82
                                    

Setelah menidurkan Theo, Tiara turun kebawah bersama dengan Vano, Kayla, dan Fabian.

Kedua bola mata gadis itu nyaris melompat keluar saat melihat Arion sudah ada di ruang tamu megah milik keluarganya ini.

Sedang duduk bersama dengan Yera. Bukan hanya Tiara, mata Vano juga tampaknya ingin menggelinding keluar.

Mampus Tiara, pikirnya.

Yera duduk dengan tenang sembari menyeruput teh hangatnya. Arion hanya duduk diseberang Yera dalam diam. Tiara tidak bisa membaca ekspresi datar yang ditunjukkan oleh Arion.

Entah apa yang Yera katakan sampai Arion jadi diam seperti itu. Tapi melihat Yera yang terlihat baik-baik saja, Tampaknya Yera masih belum tahu, bahwa surat izinnya Tiara sudah dicabut.

Sebenarnya, Yera tidak suka Tiara menjadi dokter. Tapi tetap saja, ibu mana yang suka anaknya yang berprofesi sebagai dokter berubah menjadi seorang babysitter dalam semalam?

Tiara yakin, Yera pasti mengatakan yang tidak-tidak ke Arion.

“Eh, mas. Sudah datang ya..” Tiara tersenyum canggung, mendekati Arion. Arion mendongakkan kepalanya, dan tersenyum manis ke Tiara.

“Saya sampai bingung mencari tempatnya,” Ujar Arion, masih dengan senyumnya.

Apa tidak ya? Arion tidak tampak merubah sikapnya ke Tiara.

“Kenapa tidak bilang kalau anak-anak adalah anak-anaknya teman kamu ini?” Tiara menatap Yera dengan tatapan bingung.

“Te.. man?” Yera mengangguk, “lain kali kita harus berbincang bareng lagi ya arion, tante suka kamu.” Yera mengulurkan tangannya, dan berjabat tangan dengan Arion sebelum bangkit dari duduknya.

Suka yang Yera maksud disini suka apa? Yera tersenyum penuh misteri.

“Ah iya, arion dan anak-anak bisa ikut makan malam bersama dengan kita kan sayang?” Yera menatap Tiara, yang hanya bisa cengo di disisi Arion.

“Hah?”

“Nanti malam.. lagian kan theo uda tidur kan? Biarin aja tidur sampai malam, setelah makan malam baru pulang saja.” Tiara hanya mengangguk menanggapi ucapan Yera.

Tiara saling memandang bersama dengan Vano. Vano penasaran, apa yang dibicarakan oleh Yera dan juga Arion.

“Mas—”

“Saya ga tau orang tua kamu ialah pebisnis juga?” Potong Arion. Tiara terdiam sesaat, lalu mengangguk.

Tiara kurang tertarik dengan bisnis, lagipula harta orang tuanya ya milik orang tuanya. Tidak baik membanggakan sesuatu yang bukan miliknya.

“Mas—”

“Theo ada dimana ya? Tidur ya? Sa—” Tiara menahan tangan Arion yang mendadak ingin kabur dari tempatnya.

Vano yang merasa tidak cocok baginya untuk ikut campur dan mendengarkan apa yang akan terjadi, merangkul Fabian dan Kayla.

“Ayuk adek-adek, kakak jajanin cilor didepan, yukk!” seru Fabian sembari tertawa canggung.

“Emang didepan ada yang jual cilor? Emang boleh masuk? Kalau dirumah gue si ga boleh masuk ka—”

“Ssttt, ada kok ada. Yukk...” Vano membawa Fabian dan Kayla keluar. Menyisakan Tiara dan Arion.

Tiara melepaskan tangannya dari lengan Arion.

“Mama pasti ngomong yang engga-engga kan ke mas? Mas kelihatan baik-baik aja, tapi di waktu yang sama keliatan ga baik-baik aja juga. Saya ga ngerti,” Arion sontak menggeleng.

Mas Mahardika dan Tiara. ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang