A Great Escape

2.2K 340 33
                                    

Levi telah mengepak pakaian mereka dan bersiap kabur dari Hamburg. Menjauh dari sumber mimpi buruknya atau lebih tepatnya alpha brengsek bernama Eren Jaeger. Dia telah memutuskan tempat tujuannya, yaitu Rudesheim am Rhein. Sebuah kota indah yang berada di Rhine Gorge. Ke sanalah Levi akan memboyong anak-anaknya dan memulai hidup baru.

Levi bahkan memutuskan untuk mengundurkan diri dari restoran dan bar karena dia berencana menetap di sana. Setelah mengirim surat untuk pasangan Church yang akhirnya bersedia membantu menyiapkan kebutuhannya di Rudesheim, kemudian Levi mengurus kepindahannya. Tentu saja rencana pelarian ini mendapat pertentangan keras dari Erwin Smith. Lelaki pirang itu nyaris saja menyekap Levi di rumahnya tidak lama setelah Levi mengatakan tentang pindah ke Rudesheim.

Beruntung akhirnya, Erwin mau mendengarkan begitu Levi menyebutkan pasangan Church yang akan membantu kehidupannya di sana meski dengan setengah hati. Dengan syarat Erwin sendiri yang akan mengantarnya ke kota itu. Levi menerimanya setelah berpikir sejenak. Paling tidak ini lebih baik daripada Erwin benar-benar menyekapnya.

Pagi itu, Erwin menoleh padanya setelah memastikan semua barang tertata rapi di bagasi. Levi hanya membawa pakaian serta keperluan Ren dan Rivaille karena rumah itu beserta isinya merupakan milik Erwin.

"Tak bisakah kau menimbang ulang keputusanmu, Levi?"

Kening Levi mengernyit menandakan kebingungan sementara Erwin terus saja menatapnya was-was. "Kurasa kita sudah sepakat, Erwin."

"Kau terlalu rapuh untuk membawa mereka pergi. Aku tidak ingin mendengar hal buruk tentang kalian."

"Maaf, tapi ini sudah menjadi keputusanku," gumamnya. Levi mengembuskan udara yang begitu menyesakannya sepagi ini.

Kemudian, omega mungil itu bergerak menuju anak-anaknya yang masih termenung di meja teras dengan ekspresi yang benar-benar menyedihkan. Rivaille dan Ren terus saja menekuk wajah dan mengabaikan Levi. Omega itu hanya bisa menghela napas setiap kali mereka menolak dirinya. Ada sepercik rasa sesal karena memisahkan mereka dari sang ayah, tetapi dia sendiri dilanda ketakutan karena Eren Jaeger berhasil menemukan mereka. "Ayo kita pergi."

Bocah-bocah Ackerman itu hanya menunduk lalu berjalan lesu menuju pintu mobil yang telah dibukakan Erwin. Tanpa menghiraukan tangan Levi yang terulur untuk menggandeng mereka. Levi menarik napas panjang sebelum menyusul dan duduk di sebelah kursi pengemudi di mana Erwin telah berada. Tidak ada percakapan sepanjang perjalanan itu. Suasana sangat canggung di dalam mobil. Erwin hanya sesekali bertanya untuk makan siang, lalu kembali fokus pada jalan raya yang terbilang ramai.

Levi melihat Ren dan Rivaille dari kaca spion. Rivaille meringkuk dalam rengkuhan sang kakak dan mereka mencoba tidur. Namun Levi tahu mereka tidak bisa langsung tertidur pulas dengan kening mengerut sejak tadi. Andai saja wajah mereka tak cemberut seperti itu, pasti pemandangan saat ini akan terlihat sangat menggemaskan.

Eren, apa yang sudah kaulakukan?

Tanpa sadar Levi mendesis gelisah dan menempelkan pelipis pada kaca jendela. Pening menyerang kepalanya. Dia tidak ingin berakhir seperti ini namun apa yang bisa dilakukannya sekarang? Tiba-tiba sesuatu menyentuh kepalanya dan memijatnya hati-hati. Jemari Erwin yang kokoh kini menyelinap di antara helaian rambutnya. Sentuhannya lembut dan kuat secara bersamaan. Levi menatapnya terkejut.

"Ingin mampir ke apotek?" tanya alpha pirang, "atau kau ingin makan sesuatu?"

Levi meraih tangan Erwin dan menurunkannya. Lelaki itu langsung meremasnya sebelum Levi sempat menarik tangannya kembali.

"Kau tahu aku bersungguh-sungguh dengan ucapanku, Levi."

Levi mengalihkan pandangan ke luar. Mengamati deretan pohon di pinggir jalan yang berkelebat seiring mobil melaju cepat. Levi tidak ingin mendengar topik ini namun dia merasa canggung untuk menghentikan Erwin.

"Aku bisa melindungi kalian jika kau mau," ujarnya, "hanya jika kau mau."

Udara yang berpadu dengan aroma lemon segar dari pengharum mobil terasa berat mengisi paru-parunya. "Aku tidak ingin menjadikan dirimu sebagai pelarian, Erwin." Levi mengintip sebentar ke belakang memastikan Ren dan Rivaille sepenuhnya tenggelam dalam mimpi mereka yang damai. "Lagipula, kau pria yang baik dan tidak sepantasnya mencintai omega rendahan sepertiku."

"Jangan menyebut dirimu seperti itu, Levi," Erwin menegurnya, "aku tak peduli dengan apa yang terjadi pada kalian tujuh tahun lalu di Riquewihr."

Napas Levi tercekat ketika tangan Erwin membawa jemarinya bertemu bibirnya yang dingin. Erwin memang tidak pernah bermain-main dengan perkataannya namun tetap saja Levi tidak bisa membalas perasaan Erwin dengan cinta yang sama besarnya. "Maaf, Erwin, aku tidak bisa."

~¤~

"Kau ini bodoh atau apa?"

Zeke menenggak minuman kemudian memelototi pria berambut coklat pekat itu. Eren tampak begitu memprihatinkan. Semenjak dia pulang dua jam lalu, wajahnya sudah kusut seperti kertas yang diremas-remas. Sinar matanya semuram langit malam ini. "Kau hanya perlu membawa omega itu dan anak-anak kalian, kalau perlu culik saja. Tapi kau malah membiarkan mereka pergi, benar-benar payah!"

Eren hanya bungkam memandangi minumannya tanpa berniat menyentuhnya sementara Zeke mengoceh. Pikirannya kalang-kabut memikirkan Levi dan anak-anaknya. Entah di mana dan sedang apa mereka saat ini.

"Bagaimana kau bisa sebodoh ini?"

"Diamlah," Eren menggumam tanpa menatap kakaknya, "aku tidak akan melepaskan mereka semudah itu."

"Lalu sekarang apa yang telah kaulakukan?" sembur Zeke.

"Aku hanya membiarkan Levi berpikir sebentar."

"Hah?"

Eren mengambil napas, menyingkirkan ekspresi letih dari wajahnya yang rupawan dan berkata, "aku sudah memenangkan hati Ren dan Rivaille, itu akan membuatku semakin dekat dengan Levi. Asal kau tahu, Levi tak akan bisa menang melawanku karena anak-anak."

Mendengarnya, Zeke Jaeger langsung bertepuk tangan seolah dia baru saja menang judi besar. "Wow! Kau luar biasa, Eren! Membuat anak-anakmu tidak bisa hidup tanpamu, dengan begitu Levi akan segera tunduk padamu. Hebat!"

Cengiran penuh kebanggaan menghiasi bibir Eren. Dia mengangkat gelas anggur dan menggoyangkannya dalam gerakan ringan sebelum menghirup aromanya. Saat ini pun dia bisa menghirup aroma kemenangan yang akan diraihnya tak lama lagi.

Hanya butuh sedikit waktu dan aku akan menang.

"Kalau begitu kita harus bersulang untukmu," Zeke berujar dan mengacungkan gelas miliknya ke atas kepala.

Mereka menempelkan gelas masing-masing sambil tersenyum penuh kepuasan. Eren mencecap manisnya red wine dengan ingatan wajah Levi yang erotis berkeliaran di dalam kepalanya. Rasanya dia tak bisa menunggu lebih lama lagi untuk menikmati kembali betapa indahnya pemandangan itu.

Levi adalah miliknya dan sampai kapan pun akan selalu menjadi omega-nya. Tidak ada yang bisa merebut Levi dari Eren, hanya dia yang akan menaklukan Levi. Saat ini, di bawah terjangan cahaya bulan keperakan, Eren bertekad dalam hati bahwa dia akan membawa Levi dan anak-anaknya menetap di sisinya.

Tunggu aku, Sayang.

***

Jangan lupa dukung fanfiksi ini dengan vote and comment setiap usai membaca. Thanks, dear!

Jepara, 5 Februari 2021
With love,

中原志季
Nakahara Shiki

Edited : Jepara, 2 Agustus 2021

The Coordinate : Perfect Sword and ShieldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang