"Rivaille, Ren!"
Iris biru gelap itu masih tertuju pada punggung-punggung kecil yang kian menjauh darinya. Levi mengutuk dirinya karena tidak menyadari keberadaan Ren dan Rivaille yang diam-diam ternyata mendengarkan percakapannya dengan Historia Reiss di ruang guru. Demi Tuhan, jantungnya seperti ingin meledak detik ini juga.
Orang-orang menatap heran dan buru-buru menyingkir saat anak-anak itu berlarian menerobos kerumunan. Beberapa dari mereka menegur agar berhati-hati namun tentu saja tidak digubris. Rivaille Ackerman terus saja berlari sambil sesenggukan, sedangkan Ren mengejar di belakangnya. Tujuannya adalah mencari pria yang selalu dipaggilnya Papa dan tetap bersamanya.
Tungkai mungil itu baru berhenti ketika seseorang menghadang dan menangkap bahunya. "Rivaille, apa yang terjadi?"
"Papa!" Rivaille menjerit.
Anak itu terisak-isak seraya melingkarkan lengannya di leher Eren. Wajahnya yang menggemaskan dengan hidung memerah dan basah karena air mata itu pun ditenggelamkan ke bahu lebar sang alpha dewasa lebih dalam. Eren mengerjap sekilas pada Ren begitu bocah yang persis dengannya itu mendekat, Eren segera menariknya dalam dekapan.
Alpha itu pun mengulang pertanyaannya namun tidak satu pun jawaban yang didapatkannya. Lantas dia menguatkan pelukan dan memberi ketenangan hingga tangis si bocah mereda. Lalu tiba-tiba dia menahan napas sesaat dan menarik udara sebanyak mungkin seolah dia akan menghadapi hal yang sulit setelah ini. Kemudian pandangannya bertabrakan dengan sosok ramping yang berhenti sembari mengatur napasnya yang memburu tak jauh darinya.
Omega yang selalu ada dalam mimpi panasnya itu akhirnya muncul bagai mimpi indah yang menjelma kenyataan. Dengan mata membulat dan napas tercekat, tampak jelas bahwa dia sama terkejutnya dalam pertemuan ini. Levi Ackerman kini melangkah lambat-lambat dan berhenti tepat di hadapan Eren. Panas merayap dengan cepat di bola matanya yang indah, melelehkan cairan bening hingga mengalir membentuk sungai kecil di kedua belah pipi pucatnya. Tanpa sadar, bibir merahnya bergerak menggumamkan sesuatu tanpa suara.
Eren melepaskan lengan Rivaille namun anak itu menolak dan semakin menempel padanya, dia pun menghela napas sambil menepuk lembut punggung Rivaille. Lalu bangkit dengan menggendong Rivaille yang kini melingkarkan kaki di sekeliling pinggangnya.
Setelah kesunyian yang ternoda hiruk-pikuk dunia, Eren memanggil lelaki di hadapannya. Sorot matanya sarat akan kerinduan dan gairah yang meluap-luap. Begitu besar keinginannya untuk memeluk Levi dan menyesap bibirnya demi menuntaskan rasa rindunya selama ini. Tetapi bertemu dengannya bersama anak-anak yang belum lama diketahuinya ini pun sudah cukup mengobati kesepian yang sempat menggerogoti dirinya.
"Aku menemukanmu, Sayang," ucapnya lembut, tatapannya melekat pada Levi.
Lelaki Ackerman mendesis, "kembalikan anak-anakku!"
Eren mengernyitkan kening, merasa tidak suka dengan balasan dari bibir yang pasti akan terasa manis jika dia mencecapnya. "Mereka darah dagingku juga, Levi."
Kata-kata Eren berhasil menamparnya. Levi tahu persis fakta itu dan mau sekeras apa pun dia mencoba, dia tidak akan pernah bisa mengubahnya. Genetik Eren bahkan terwaris sempurna pada Ren. Darah Jaeger mengalir deras dalam pembuluh darah mereka.
Tetapi ....
Eren tidak pernah ada sepanjang tujuh tahun sejak Levi mengandung mereka. Pria itu lenyap bagai ditelan bumi. Apa dia masih layak menjadi ayah bagi mereka? Levi rasa tidak, Eren tidak pernah menjadi ayah mereka kecuali secara biologis. Eren hanyalah alpha yang menanam benih di rahimnya. Ujung alis Levi bersentuhan, ditatapnya Eren dengan sejumlah besar amarah yang dikerahkan dari dasar hati. Levi menarik napas sedalam mungkin bersiap untuk konfrontasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Coordinate : Perfect Sword and Shield
De Todo[Fanfiction of Shingeki no Kyojin by Isayama Hajime. Mainship : Eren Jaeger x Levi Ackerman] Start : January 26th, 2021 End : April 6th, 2021 Alpha dan Omega Sempurna diturunkan sebagai pengendali konflik antarras di dunia. Mereka diberkati anugerah...