A Midnight Lover

906 114 4
                                    

"Jangan lakukan ini, Levi!" Eren menggeram, tak bisa melawan tarikan feromon Levi yang memaksanya tetap merapat padanya.

Sekujur tubuhnya memanas seolah-olah darahnya tengah mendidih dan menderas di dalam pembuluhnya. Degup jantungnya meliar tatkala feromon Levi menusuk-nusuk hidung, membuatnya kepayang sekaligus tidak berkutik, namun Eren masih mencoba melawan dengan feromon Alpha-nya.

Tunduklah, Levi!

Pada dasarnya, feromon Alpha Coordinate-lah yang tak bisa menembus perisai Omega Sempurna. Apa pun jenisnya, Levi tetaplah Omega-nya, pasangannya, dan sudah hukum alam bahwa Omega patuh terhadap Alpha-nya.

Eren mengeraskan rahang berfokus menguasai Levi dan mengambil napas sedalam mungkin dalam satu tarikan lalu menarik Levi ke meja di belakangnya sekuat tenaga.

Tubuh yang lebih kecil itu tersentak, terlalu terkejut hingga konsentrasinya buyar dan penyebaran feromonnya pun terhenti. Menyisakan feromon Alpha Eren yang mulai menguar semakin pekat di udara dalam ruangan itu.

Levi tercekat merasakan pengaruh feromon Alpha yang mencekam mendadak, punggungnya gemetar di permukaan meja yang keras sementara feromon Eren menekannya begitu kuat.

Sialan!

"Bersikaplah patuh, Sayang, aku tidak ingin melukaimu!"

"Kalau begitu pulanglah! Mengapa kau sangat keras kepala?!"

"Aku tidak bisa," desis Eren, bibirnya bergetar beberapa milimeter di atas bibir Levi.

Levi terhenyak ke dalam kenyataan menyedihkan ini dan satu-satunya hal yang membuatnya ingin menangis detik ini juga adalah wajah menderita Eren yang begitu letih menanggung banyak hal yang tak pernah dilihatnya. Mengapa Eren sangat bebal, selalu saja menolak membagi masalah dengannya? Amarah semakin menggeliat dalam dadanya.

"Brengsek! Selama ini kau menganggapku apa, hah?! Pasangan seks?" bentaknya.

Ucapannya menyentak Eren. Alpha Coordinate itu langsung terenyuh menyaksikan air mata yang meleleh tak terbendung di kedua pipi Levi. Inilah yang paling dibencinya, raut terluka yang memenuhi wajah cantik itu.

"Bukan begitu maksudku, Levi, aku mohon percayalah padaku."

"Kau tidak pernah sekali pun membiarkanku tahu ... harusnya aku paham kalau aku tidak berharga bagimu!" Levi menyemburkan kemarahannya.

Eren mengerjap padanya lantas menariknya duduk dan mendekapnya erat. Menempelkan wajah yang basah oleh kesedihan dan kekecewaan itu di dadanya, tak peduli air matanya jatuh membasahi kaus kelabunya. Membiarkan saja Levi-nya menangis dalam pelukannya. Walau demikian, Eren tetap teguh pada pendiriannya untuk menanggung bebannya sendiri.

"Kupikir kita bisa hidup bersama, menghadapi semua bersama ... tapi apa-apaan ini, Jaeger? Kau berniat pergi dan mencampakan kami lagi?"

Isakan Levi terdengar menyayat jiwanya. Pedihnya menyiksa hingga Eren tak sanggup mendengarnya lebih lama lagi.

Satu lengan Eren mempererat tubuh Levi yang menempel padanya dan tangan yang bebas mengelus kepala berambut hitam. Bahu yang bergetar ditepuk pelan, tak lupa feromon yang lebih lembut disebarkan ke udara guna menenangkan sang Omega Sempurna.

Eren mendesah pelan. Ujung hidungnya mengelus puncak kepala Levi. Harum lavender dari rambutnya berpadu dengan vanilla dan mawar di tengkuknya merupakan aroma kesukaan Eren serta lambang keindahan dalam ketangguhan Levi, yang tak akan pernah memuaskannya karena keseluruhan diri Levi sudah menjeratnya sampai kecanduan.

The Coordinate : Perfect Sword and ShieldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang