A Sexy's Tease

2.3K 330 82
                                    

Levi tidak pernah bercerita tentang Eren dan dia sadar, itulah satu-satunya alasan Ren dan Rivaille kabur dari rumah.

"Salju turun semakin lebat, semoga tidak ada badai salju malam ini." Itu suara Farlan yang baru saja masuk sambil menyingkirkan salju-salju dari mantelnya.

Lelaki yang tengah dilanda kecemasan itu bangkit dari duduknya dan langsung menyerang Farlan dengan pertanyaan, "kau sudah menemukan mereka?"

"Belum, maafkan aku."

Demi Tuhan! Levi sudah nyaris gila memikirkan nasib anak-anaknya saat ini. Dia tidak bisa terus berdiam diri di sini, sedangkan Ren dan Rivaille kedinginan di luar sana. Levi mendesah gusar lalu menyambar mantel hangat dan mengenakannya terburu-buru. Jika Farlan tak bisa menemukan mereka, maka Levi sendiri yang akan mencari sampai ketemu.

"Kau mau ke mana?" sergah Isabel.

Levi berhenti sejenak di ambang pintu yang terbuka. "Ini salahku, aku yang harus menyelesaikannya."

"Tapi di luar sangat dingin, Levi."

"Lalu bagaimana dengan anak-anakku, Farlan?" Levi menatap mereka dengan mata berkaca-kaca. "Aku tak bisa duduk manis begitu saja."

"Kita cari lagi besok."

"Aku tak punya waktu untuk menunggu, Farlan, biarkan aku pergi sendiri!"

Itulah kalimat terakhir yang diucapkan Levi sebelum dia membanting pintu dan pergi menembus lebatnya hujan salju. Persetan dengan salju lebat! Levi tidak keberatan jika harus menahan serangan hawa dingin yang menusuk tulangnya bertubi-tubi demi menemukan kedua anaknya.

Namun dia melupakan satu hal yang penting.

~¤~

Di sisi lain kota Rudesheim, Eren Jaeger sedang berdiri menatap cermin. Jemarinya yang kokoh memutar keran hingga air berhenti mengalir seusai membasuh wajah dan rambutnya. Eren telah selesai memotong rambut, sekadar merapikan. Membiarkannya jatuh di atas bahunya, dia menyugarnya ke belakang lalu diikat asal-asalan. Tetes air berjatuhan dari ujung-ujung rambutnya yang basah, menitik di kulit yang sedikit bersemu kecoklatan itu dan mengalir bagai sungai kecil dari bahu ke punggung tegap yang telanjang.

Pantulan mata zamrudnya membara di cermin. Sudah dua minggu dia menginap di penginapan sederhana ini semenjak tiba di Rudesheim. Dalam berkas yang diberikan Mikasa, dinyatakan bahwa Levi hanya pernah menetap di Rudesheim am Rhein dan Hamburg selama hidup di Jerman. Seketika itu, Eren langsung mengikuti insting alpha yang menariknya ke Rudesheim. Dia sangat yakin Levi dan anak-anaknya masih berada di kota kecil ini. Di suatu tempat di Rudesheim ... Eren berharap mereka baik-baik saja.

"Aku pasti menemukan kalian," Eren bersumpah di keheningan yang mencekam, "akan kutemukan!"

Eren hanya mengenakan mantel hitam dan celana jins saat keluar untuk mencari bar terdekat. Malam ini udara sangat dingin tetapi tubuhnya malah terasa gerah. Perasaan semacam ini seperti pernah dialaminya. Baru beberapa meter berjalan dari penginapan, penciumannya langsung menangkap aroma harum yang familiar. Seperti perpaduan mawar, vanila, dan musk yang menggoda. Seakan ditarik sesuatu, Eren pun menukar tujuannya untuk mencari sumber bau yang sungguh memabukkan ini.

Langkahnya terhenti di sebuah gang sempit yang gelap. Selain bunyi angin yang berembus, terdengar pula suara rintihan yang berasal dari salah satu sudut tergelap gang. Semakin Eren mendekati asal suara, aroma harum itu semakin menguat. Alpha dalam dirinya langsung menarik kendali tubuhnya hingga Eren telah berada cukup dekat dengan sesuatu yang bergetar dan terus merintih itu.

Astaga, itu adalah seorang omega! Bagaimana bisa ada omega berkeliaran di jalanan saat sedang heat dalam cuaca seperti ini?

"J-jangan ... mendekat!" Suara itu memperingatkan dengan tersengal-sengal dan sesekali mengerang kesakitan.

Eren tercengang mengenali suara itu. "Levi, itu kau?"

Suasana kembali hening lalu bayangan itu menggeliat dan mengerang kesakitan. Tidak salah lagi, itu memang Levi. Tanpa berpikir panjang, Eren langsung berlutut di sisinya dan menyelipkan satu lengan di bawah lutut Levi, lantas mengangkat tubuh yang bergetar dan semakin banyak berkeringat itu di depan dadanya. Aku menemukanmu lagi.

Jika dibiarkan semakin lama, bisa saja Levi menjadi mangsa alpha lain yang kebetulan melintas. Namun tampaknya malam yang sepi ini sedikit menguntungkan bagi Levi, kecuali jika Eren yang telah menemukannya tidak dapat menahan naluri buas dalam dirinya. Terlebih dengan aroma feromon Levi yang menggiurkan menguar tiga kali lipat lebih kuat dari feromon omega biasa.

Omega sempurna. Sebagaimana dua spesimen yang memasuki masa kawin, Eren bisa merasakan gejolak feromon alpha-nya meliar dan bersahutan dengan feromon Levi. Mereka saling menarik satu sama lain agar melebur dan bersatu dalam sebuah babak percintaan yang panas.

Eren bergerak cepat menuju kamarnya, kemudian segera membaringkan Levi dengan hati-hati di ranjang setelah mengunci pintu. Eren masih membungkuk di atasnya, memeriksa keadaan omega yang mengerang tersiksa itu. Wajah Levi semakin merona, napasnya terengah-engah, dan aroma feromonnya yang tiada henti mengusik alpha dalam diri Eren.

Pria itu ragu bisa menahan diri untuk tidak menyentuh Levi. Sudah sangat lama sejak mereka bercinta tujuh tahun lalu dan sekarang dia juga berhasrat untuk mengulang kenangan manis itu. Apalagi Levi tidak sedang dalam kondisi untuk menolak gairahnya.

"Eren ..." Levi mendesah gelisah, mengigau memanggil nama pria yang saat ini sedang menatapnya dengan terperangah.

Eren menyentuhkan jarinya pada pipi yang memerah padam itu. Mata Levi terbuka perlahan tapi pandangannya berkabut dan tidak fokus saat bertemu tatapan Eren yang kelaparan.

Sudah berapa lama kau menahan hasratmu? Sekarang dia ada di bawah kendalimu, nikmatilah, dia milikmu!

Suara alpha-nya meraung keras, gairah yang meronta menuntut dilepaskan. Eren semakin kalap dalam dorongan untuk menyentuh Levi lebih dalam. Bagian lain di bawah tubuhnya terasa mengeras sampai terasa amat nyeri. Rasa ingin memiliki dan tidak rela apabila Levi disentuh alpha lain menjadi bahan bakar yang membuat hasratnya semakin panas membakar dirinya.

"E ... ren ..." Levi menyentuh rahangnya yang tegas dengan ujung jari lentiknya. "Sentuh aku ... aku mohon."

Eren tahu Levi sedang berada jauh di bawah kesadarannya saat bertingkah menggoda seperti ini. Sisi omega yang bersemayam dalam dirinya telah terbangun sepenuhnya dan mulai mengambil alih kendali diri Levi. Sentuhan ringan nan menggelitik itu memicu alpha-nya untuk langsung menyerang dan merengkuh kuasanya.

Sang Alpha memamerkan senyum kemenangan lalu menunduk pada leher jenjang Levi yang masih menguarkan aroma sangat menggiurkan itu. Mengecup lembut dan membelainya sensual. Omega inilah yang telah memancingnya untuk bertindak lebih, kini dia menggeliat sedemikian erotis. Levi Ackerman telah menyulut api gairah Eren dan dia akan segera terbakar lalu mengerang indah di kamar yang dipenuhi feromon mereka.

"Panggil namaku, Levi," perintahnya.

"Eren."

***

Jangan lupa dukung fanfiksi ini dengan vote and comment setiap usai membaca. Thanks, dear!

Jepara, 9 Februari 2021
With love,

中原志季
Nakahara Shiki

Edited : Jepara, 2 Agustus 2021

The Coordinate : Perfect Sword and ShieldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang