A Breaking Dawn

1.8K 146 70
                                    

Awal yang baru.

"Tarik napas dalam-dalam, Levi," kata Carla. "Jangan biarkan wajah barumu berkeringat. Coba tenangkan debar jantungmu."

Levi berkonsentrasi menarik napas, berusaha untuk tidak memilin kain transparan yang melapisi bagian bawah gaunnya. Dia takut melihat bayangan dirinya dalam balutan gaun pengantin karena itu akan membuatnya semakin gugup, sehingga Levi merasa sangat perlu menghindari menatap cermin atau benda-benda yang dapat memantulkan bayangannya.

Terdengar suara dehaman parau dari arah pintu.

"Kuchel pasti sangat bangga, gadis cantiknya akan segera menikah," seloroh Kenny.

"Paman!"

"Tuan Ackerman, tampan sekali Anda!" Carla berseru begitu kembali dengan membawa dua karangan bunga berwarna putih dan merah.

Aroma mawar merah dan freesia putih kemerahan menyergap lembut indera penciuman Levi ketika bunga itu berada di pangkuannya. Baunya cukup membantu Levi menenangkan diri sementara Carla memasang tudung pengantin dan mahkota bunga di kepalanya.

"Historia akan datang tak lama lagi."

Benar saja, wanita pirang itu muncul dengan gaun peach lembut yang menuruni tubuh langsingnya dengan indah. Rambutnya dikepang tebal di atas tengkuk dan diselipkan bunga-bunga mungil dengan warna senada.

"Tenanglah, Levi," kata Historia menenangkan, tampaknya dia telah berdamai dengan masa lalu yang menyesakan itu, "mempelai priamu sudah menunggu di altar."

Levi terkenang pada waktu di mana Eren menyatakan keinginan menikahinya saat mereka kembali ke Hamburg. Setiap kepingan ingatan yang telah berlalu selama hampir satu tahun itu masih saja menimbulkan nyeri di hati Levi. Terlebih pada hari ketika Eren-

"Levi, tersenyumlah," Kenny mengingatkan, "kau tahu Eren-mu tidak akan senang kau bermuram durja begitu."

Satu tarikan napas mengisi paru-paru yang hampir kosong sebelum diembuskan perlahan. Kakinya seakan mati rasa, ingin rasanya dia melempar sepatu heels itu kembali ke kotaknya. Dengan canggung, Levi mengaitkan jemari di siku pamannya.

Hari ini, semua orang menulis di halaman yang baru.

Pieck Finger, seorang rekan Zeke yang terpilih menjadi musisi di pernikahan Levi, mulai memainkan piano dalam nada-nada manis yang membuai. Andai saja Levi tidak begitu canggung, tentu dia akan menikmati alunan musiknya tanpa sesak napas.

Levi menarik napas sedalam mungkin, menguatkan diri agar tidak gugup. Yeah, alunan musik yang perlahan berganti lagu sedikit membantunya tetap tenang sampai Kenny menyenggol lengannya. "Sudah waktunya dimulai."

Permainan Pieck mulai berubah lebih emosional ketika Levi berdiri di puncak anak tangga. Wedding march tradisional digubah sedikit lebih modern, nada-nadanya yang romantis melayang-layang di udara bersama aroma bunga-bunga yang menghiasi setiap sudut ruangan. Levi berusaha fokus pada anak tangga bertaburan kelopak mawar yang dipijak tumit sepatunya, dia terus bergerak maju.

Historia berjalan menuruni tangga lebih dulu, langkah si pirang begitu anggun. Levi menegakan punggungnya dengan rileks, berharap dia tak akan terlihat kikuk saat mengikuti langkah Historia.

Waktu bagi Levi untuk turun ditandai oleh musik yang menggema lebih megah dan anggun. Jemarinya menekan lengan Kenny lebih erat dari yang direncanakannya. Tumit sepatunya mengetuk seirama dengan tempo musik yang lambat.

Levi menunduk dalam di balik tudung putih tipisnya. Darahnya berdesir deras ke pipi mendengar suara-suara gemerisik para tamu begitu dia menginjak lantai dasar. Mengabaikan pita-pita putih panjang dan bunga-bunga di sekelilingnya, serta para tamu yang terfokus padanya, Levi mengikuti langkah Kenny menuju altar.

The Coordinate : Perfect Sword and ShieldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang