A Second Attack

1.5K 262 66
                                    

"Yeah, maaf." Angel duduk, menggelengkan kepalanya yang basah sehabis keramas.

Levi meringkuk di pangkuan Eren dengan ekspresi bosan yang kentara di wajahnya. Sesekali dia mengernyit dan memejamkan mata guna menghalau pusing yang menyapa kepala. Menunggu Angel mandi terasa seperti satu abad penuh. Sementara itu, Erwin sedang menelepon seseorang di luar dan belum kembali sejak dua puluh menit yang lalu.

"Tuan Aaltonen yang Terhormat, apakah membuat tamu menunggu sangat lama itu salah satu bentuk kesopanan?" ujar Eren sinis.

Angel hanya mengabaikan sindiran Eren dan berpaling pada Levi. Ada kotak persegi di telapak tangannya, diikat pita hijau panjang. Lantas diulurkannya pada Levi. "Ini adalah milikmu dari omega sempurna terdahulu yang diwariskan secara turun-temurun. Setiap omega sempurna yang terlahir akan mewarisinya dari generasi sebelumnya. "

Di waktu yang sama, Erwin baru saja masuk langsung ke tempat duduknya semula.

"Maksudmu?" Levi menyela, dia mencoba mengangkat kepalanya ketika nyeri hebat tiba-tiba menyerang kepalanya. Levi meringis kesakitan.

Terdorong instingnya, Eren dengan sigap menarik Levi dan meletakan kepalanya di dadanya lagi. Kening Eren mengerut, merasa ada yang tidak beres dengan Levi sejak serangan heat kemarin. Apa lagi aroma feromonnya saat ini tercium lebih menyengat dari sebelumnya. "Oh, tidak, jangan sekarang," Eren menggumam. Tangannya mengusap pipi Levi dengan gusar. Omega itu mulai kehilangan kesadarannya saat ini. "Levi, Sayang, kau baik-baik saja?"

Kesadaran Levi terserap perlahan ke dalam heat-nya. Mulut kecilnya beberapa kali menggumamkan sesuatu sangat lirih, dia menyebut nama Alpha-nya. Eren ... Eren ... Eren ... Tubuh kecil itu mulai bergetar, sekujur kulitnya menghangat dan suhunya meningkat secara bertahap. Eren bisa merasakan napas Levi yang tersengal-sengal diiringi rintihan kesakitan yang keluar dari celah bibir Levi, dia memerah.

"Tuan Jaeger, apa kata-kataku tadi terbukti benar?"

Eren mendengar namun dia memilih untuk mengacuhkan pertanyaan Angel dan mendekap Levi lebih erat, berusaha melindunginya dari kemungkinan dua pria lain di ruangan itu terangsang feromon Levi lalu menyerangnya. Tatapannya nyalang mengawasi Erwin dan Angel secara bergantian. Tiba-tiba sudut matanya menangkap tangan Erwin yang terkepal menahan diri, berjuang tidak terpengaruh semerbak feromon Levi yang mengisi ruangan. Sekilas mata biru Erwin berkilat lapar ke arah Levi.

"Eren, aku-" Erwin tercekat dan langsung melesat keluar tanpa melanjutkan kata-katanya. Alpha pirang itu membanting pintu terburu-buru. Meninggalkan Eren, Levi, dan Angel di ruang tamu yang kian terselubung suasana tegang dan kuatnya feromon.

"Setidaknya ras Beta tidak bisa merasakan feromon." Angel terdengar tenang namun serius. "Tidak perlu memelototiku seperti itu, Tuan Jaeger." Angel beranjak bangkit dengan bantuan tongkatnya. "Alpha itu mungkin masih bisa menahan diri untuk beberapa waktu saja, tetapi sebentar lagi dia pasti akan menggila. Belum lagi alpha lain yang lewat, kita harus segera pergi dari sini."

"Feromon Levi sangat kuat, bahkan dalam jarak jauh." Eren menggendong Levi dan menyembunyikan wajahnya di ceruk leher. "Kami sempat dikejar beberapa alpha sebelum tiba di sini."

"Saya sudah menduga ini akan terjadi saat pertama kali melihatnya, jadi saya langsung menyuruh Corina menyiapkan kendaraan di belakang."

Mendadak terdengar keributan di luar pintu. Benar saja, orang-orang yang melintas berkerumun di halaman rumah Angel dan berteriak menuntut sesuatu yang memiliki bau seharum ini. Bahkan ada yang melempar batu hingga memecahkan kaca jendela di sebelah Eren.

"Sialan!"

"Lewat sini, Tuan Jaeger."

Eren bergegas membawa Levi mengikuti langkah Angel yang tertatih-tatih. Pria itu tampak kesusahan berjalan cepat dengan satu kaki yang pincang. Angel tak berhenti sampai akhirnya mereka berhasil mencapai sebuah pintu yang mengarah ke bagian belakang rumah kayu itu. Tepat di luar adalah mobil off-road, terparkir gagah dan menderum siap melaju. Corina melambai cepat dari kursi pengemudi.

"Silahkan, Tuan," ucap Angel dengan penuh hormat seraya membuka pintu belakang untuk mereka.

Eren terheran-heran melihat perubahan sikap Angel terhadapnya tapi diacuhkan karena hal yang terpenting sekarang adalah membawa Levi pergi sejauh mungkin dari sini. Bersyukur Angel dan Corina adalah Beta sehingga Eren tidak perlu cemas terhadap mereka. "Kita akan ke mana?" tanya Eren sesudah mobil bergerak menyeberangi padang rumput besar menuju hutan.

"Ke pondok si Tua Bangka itu," sahut Angel dengan napas yang belum teratur, "di sanalah satu-satunya tempat teraman bagi Anda berdua, Yang Mulia."

Ujung alis coklat dan tebal Eren menyatu di atas pangkal hidung, menimbulkan kerutan bingung di sana. "Tunggu, mengapa bicaramu tiba-tiba sopan seperti itu dan apa-apaan dengan sebutan tadi?"

Pandangan mereka bertemu melalui kaca spion kecil di tengah ruang. Sorot mata Angel tampak segan untuk beradu mata dengannya seperti ini lalu dia mengerjap dan mendesah pelan. "Anda adalah Alpha Sempurna itu, kan?" Angel berkata, ucapannya berhasil membuat Eren tercengang hingga menahan napas, "dan Yang Mulia Levi Ackerman adalah pasangan Anda, sang Omega Sempurna.

Awalnya saya tidak begitu yakin dugaan ini benar. Tetapi melihat bagaimana Anda berdua tidak bisa berjauhan, itu sudah cukup menjadi bukti bahwa Anda telah menandainya. Akan tetapi, aroma feromon Anda sama sekali tidak ada di tubuhnya, seolah Yang Mulia masih perawan walaupun tanda itu terlihat jelas di tengkuknya. Mungkin karena alpha dan omega sempurna, atau karena dia belum sepenuhnya mekar."

Eren mendekatkan wajahnya dengan wajah Levi lalu mengecup singkat bibirnya. Lelaki itu mengerang pelan dan memanggil Eren dalam desahan halus. Kelopak mata pucat itu masih tertutup rapat, Eren menciumnya bergantian. Satu tangan Levi diangkat dan diletakkan di sisi wajahnya. "Levi pasti kesakitan," Eren melirih, "aku tidak menyangka itu benar-benar dia."

"Yang Mulia sedang dalam masa transisi menuju kemekarannya," Angel menjelaskan, dia sedang mengawasi dari spion luar dan saat terlihat beberapa orang yang sedang mengejar mereka. Angel menyuruh Corina menambah kecepatan, "tepat pada waktu itu feromonnya akan meledak sampa para alpha yang menciumnya bisa kehilangan akal."

"Dari catatan yang pernah kubaca, feromon omega sempurna di saat mekar luar biasa memabukan dan seperti yang kaukatakan, setiap alpha yang mencium aromanya akan menjadi gila. Bahkan sampai dia benar-benar mekar, feromon itu tidak akan lenyap meskipun alpha sempurna telah menandainya."

"Kecuali Alpha Sempurna, Tuan Jaeger," sela Angel mengoreksi, "Anda tetap bisa mengontrol diri walaupun aroma feromonnya benar-benar menggoda Anda seperti sekarang, dan memang benar adanya bila Anda tidak akan bisa mencampuri feromonnya sampai beliau mekar sempurna. Selain itu, hanya Anda yang berhak melindunginya sembari menunggu waktu itu tiba, Anda yang memiliki kewenangan penuh atas beliau dan sejak awal, alpha dan omega sempurna pada akhirnya ditakdirkan bersatu.

Tuan Jaeger, kapan Anda merasakan gejala itu mulai muncul?"

Eren termenung sejenak. Pikirannya melompati tahun demi tahun yang telah dilewatinya sejak gejala itu muncul pertama kali. "Saat aku berumur 13 tahun." Hari itu ... adalah hari yang menjungkirbalikan titik kehidupan normalku.

"Seharusnya alpha dan omega sempurna mekar di umur ke-13 tahun," gumam Angel seraya menerawang ke luar jendela, "tapi perkembangan omega sempurna ini justru dua kali lebih lambat dari seharusnya. Mungkin karena beliau seorang keturunan Ackerman?"

Ackerman.

***

Jangan lupa dukung fanfiksi ini dengan vote and comment setiap usai membaca. Thanks, dear!

Jepara, 24 Februari 2021
With love,

中原志季
Nakahara Shiki

Edited : Jepara, 3 Agustus 2021

The Coordinate : Perfect Sword and ShieldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang