"Apa makanannya enak?"
Bocah lelaki berambut hitam itu mengangguk dengan wajah lucunya. "Sangat enak, danke!"
Kedua orang tua bocah itu hanya tersenyum melihat interaksinya dengan Levi. Jean Kirschtein, salah satu pelanggan tetap di restoran ini untuk pertama kalinya datang bersama istrinya, Mikasa dan anak mereka yang berumur empat tahun. "Kau pernah mengasuh anak, Levi?" tanya Mikasa.
Levi tercenung mendengar pertanyaan Mikasa. "Ya, aku punya dua anak kembar."
"Benarkah? Aku belum pernah melihat mereka, lain kali kau harus mengenalkan mereka, Levi," kata Jean penuh antusias.
"Jadi, kau sudah menikah?"
Pertanyaan yang baru saja dilontarkan Mikasa langsung saja menimbulkan perubahan di wajah Levi. Senyum yang semula mengembang lebar dan ceria seketika menyusut menjadi satu tarikan garis tipis. "Ah, itu ... bagaimana aku mengatakannya?" Levi menggumam canggung.
Pada saat itulah terdengar lonceng kecil di atas pintu berbunyi, menandakan adanya pelanggan yang baru masuk. Levi pamit dengan sopan sebelum cepat-cepat meninggalkan meja mereka dan melanjutkan pekerjaan. Ada helaan napas lega seiring langkah kakinya yang gesit. Namun ketika suara pasangan Kirschtein masih terjangkau telinganya, Levi mendengar percakapan mereka samar-samar.
"Jangan menanyakan hal itu lagi, Mikasa." Itu suara Jean. "Wajahnya tadi menunjukan bahwa itu bukan hal yang menyenangkan baginya."
"Aku tadi hanya bertanya."
Levi menggeleng ringan lalu kembali memasang senyum dan menyapa tamu yang baru datang. Hari ini restoran seakan-akan kejatuhan bulan. Ruangan yang tidak terlalu besar namun nyaman terasa begitu hidup dengan ramainya pengunjung yang hendak menikmati waktu makan siang dengan aneka rasa hidangan yang tersedia di restoran itu. Sejenak itu meluruhkan pertanyaan Mikasa dari pikiran Levi untuk sementara.
Hingga tak terasa jarum jam telah menunjukan waktu pukul tiga sore. Levi bersiap-siap pergi setelah mengganti seragam dengan kaus lengan panjang kelabu di bawah lapisan mantel hangatnya. Langkahnya tiba-tiba terhenti sebelum mencapai pintu sewaktu Sasha memanggilnya.
"Levi, bawa ini untuk makan malam kalian," Sasha berkata seraya mengulurkan kantong plastik berisi makanan yang dibungkus.
Levi mencium bau daging panggang yang manis dan gurih. Perpaduan aneka bumbu yang kaya dan daging sapi berkualitas bagus itu sungguh menggugah selera makan. Satu keberuntungan. Ren dan Rivaille sangat menyukai daging sapi panggang. "Terima kasih, Sasha."
Levi melangkah terburu-buru meninggalkan restoran. Beberapa detik lalu dia melambaikan tangan pada Sasha dan ayahnya di depan pintu. Napasnya terembus cepat, mengingat bahwa untuk tetap hidup di kota bernama Hamburg yang berdenyut dan penuh ingar bingar ini, siapa pun pasti akan membutuhkan uang. Terlebih omega itu telah memutuskan untuk menjadi orang tua tunggal sejak anak-anaknya terlahir ke dunia. Dia telah bertekad apa pun yang terjadi, tak akan pernah sedikit pun dia bergeser dari sisi dan harapan mereka.
Levi tidak menghitung sudah berapa banyak langkah yang diambil, dia menghentikan taksi untuk menghemat tenaga. Pukul enam nanti dia harus kembali bekerja di bar demi mendapatkan uang tambahan. Selama ini Erwin Smith-lah yang menanggung sebagian besar kebutuhan mereka dan Levi tidak menyukai fakta itu karena memanfaatkan sama sekali bukan sifatnya. Levi hanya tidak ingin terus-menerus bergantung pada lelaki alpha itu.
Tanpa basa-basi memikirkan masalah yang menekan hidupnya, Levi melompat turun setelah menyerahkan beberapa lembar uang dan berterima kasih. Salju tipis mendarat di antara helaian hitamnya yang terbelah di sisi kanan. Levi mengamati gerbang taman kanak-kanak itu sebelum memutuskan masuk dan langsung menuju ruangan Historia.
![](https://img.wattpad.com/cover/256410340-288-k804529.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Coordinate : Perfect Sword and Shield
De Todo[Fanfiction of Shingeki no Kyojin by Isayama Hajime. Mainship : Eren Jaeger x Levi Ackerman] Start : January 26th, 2021 End : April 6th, 2021 Alpha dan Omega Sempurna diturunkan sebagai pengendali konflik antarras di dunia. Mereka diberkati anugerah...