A Long Sigh

2.3K 339 61
                                    

Levi tampak seperti selembar daun. Rapuh dan tak berdaya.

"Kau tahu berapa lama aku menunggu ini?" Eren menggeram di telinganya, "aku menunggumu sangat lama."

Levi tak menjawabnya, hanya menatap sayu dengan mata segelap malam. Eren melepas tali mantel yang mengikat pinggangnya perlahan. Lalu meraba perut Levi yang masih terbungkus kemeja biru muda, bergerak ke atas dan berhenti di kancing yang mengait di bawah tulang selangkanya. Dia sengaja menekankan ujung jarinya pada seberkas kulit pucat Levi dan membuat pola melingkar di sana hingga pemiliknya melenguh pelan.

Tangan Levi menangkup wajah Eren dengan ibu jarinya mengusap lembut bibir bawah Eren yang lebih tebal dari atasnya. Eren memejamkan mata saat Levi merenggutnya dalam ciuman yang menuntut dan panas, Eren tersenyum di bibir Levi. Ketika Eren membuka matanya lagi, kecantikan Levi menerjangnya sampai dia menegang hebat di bawah sana. Eren tidak berusaha menghentikannya dan membiarkan Levi menyentuh tubuhnya di mana pun dia mau.

Eren mendesis menikmati sentuhan jemarinya hingga mulutnya yang terbuka mengeluarkan geraman rendah. Sama sekali tidak menyadari Levi yang tengah membuka kancing mantelnya dengan tangan gemetar lalu menariknya ke belakang dan bahunya tersingkap. Lalu dia menarik diri dan mencoba fokus mengamati otot sekal nan keras di perut Eren dan mengaguminya.

"Cukup, Levi." Eren menegakkan punggung untuk melepaskan mantel dari tubuhnya lalu melempar asal. "Bukankah kau ingin aku menyentuhmu?"

"Kau diam terlalu lama." Tarikan napas Levi tersengal.

Pria itu lantas tersenyum miring dan menahan kedua tangan Levi di atas kepala. "Sangat tidak sabar, hah?"

Eren kembali menindih dan menyibak sejumput rambut yang jatuh di kening Levi. Tangannya bergerak gesit melucuti pakaiannya satu per satu. Mantel, celana kain, dan kemeja langsung diempaskan begitu saja ke lantai. Hanya menyisakan celana dalam yang membungkus sesuatu yang menonjol di antara selangkangannya. Eren memberinya tekanan kecil dan Levi mengerang penuh nikmat.

Tubuh mungilnya bergetar, Eren mengambil ancang-ancang siap menerkam. Dia memiringkan wajahnya untuk memberikan sapuan lidah yang lembut sebelum akhirnya melumat habis bibir tipisnya yang memerah ranum. Eren menggeram serak seraya melesakan lidah dan membelai dengan liar di dalam mulut Levi.

Sangat panas dan basah.

Levi sudah meleleh tanpa daya. Suara-suara penuh kenikmatan yang menyusup keluar dari celah mulutnya, membuat kejantanan Eren berdenyut. Tubuh Levi meremang pasrah sementara Eren dengan tekun mengecup dan menyapa seluruh inci tubuhnya, tak lupa menggigit lembut di banyak tempat. Aroma feromon Levi yang memabukan terus menguar dari kelenjar yang terletak di tengkuknya. Eren beralih mengarahkan bibirnya ke sana dan membuat Levi yang sudah kepayang kembali diterjang gelombang panas.

"Eren ..." desahnya, Levi gemetar.


"Kau ingin apa, Levi?"

"Sentuh aku ..." Levi mengerang tersiksa.

"Di mana aku harus menyentuhmu? Kau ingin kusentuh seperti apa?" Eren menggodanya.

"Semuanya ... Eren, di dalam, tubuhku," rintihan Levi teramat putus asa.

Levi tidak berdaya. Levi mendamba. Levi mendesah. Levi menggeliat karena sentuhannya dan itu cukup memberi alasan bagi Eren melepaskan alpha buas dari dalam dirinya. "Aku turuti permintaanmu," ucapnya berkuasa, "tetapi kau juga harus mematuhiku."

The Coordinate : Perfect Sword and ShieldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang