Tiba-tiba Levi merasakan tubuhnya limbung dan Eren dengan sigap menangkapnya sebelum jatuh tersungkur ke lantai.
"Kau sakit?"
Levi menggeleng sambil mengurut pelipisnya yang berdenyut bagai ditusuk-tusuk. Setiap kali mencoba mengambil langkah, nyeri di kepalanya akan langsung menyergap. "Eren, lepas, aku bisa sendiri."
"Bagaimana aku akan melepaskanmu? Kau bahkan tidak bisa berjalan dengan benar."
"Ini hanya pusing biasa, aku tidak apa-apa!"
Eren tidak peduli, dia tetap menarik satu lengan Levi melewati bahunya dan merangkul pinggang kecil itu menahannya agar tidak jatuh, kemudian Eren memapah Levi perlahan menuju pintu keluar. Sebenarnya dia ingin menggendongnya tetapi Levi pasti akan menolak mentah-mentah.
Akan tetapi, Eren merasa ada yang aneh ketika mereka telah melewati anak tangga terbawah dan hampir secara bersamaan, dia mendengar bunyi pelatuk yang ditarik dan peluru yang melesat di udara. Secara naluriah Eren menarik paksa tubuh Levi ke dadanya lantas membawanya melompat menjauh dari titik mereka semula berdiri.
Terdengar bunyi tembakan yang teredam, sesuatu baru saja jatuh menghantam bumi hingga menimbulkan lubang tidak rata di tempat yang mereka tinggalkan. Eren mengerjap, masih memeluk Levi di bawah tubuhnya. Beruntung tumpukan salju itu cukup tebal sehingga Levi tidak akan terlalu kesakitan karena punggungnya yang membentur tanah.
Mereka kembali berguling, berpindah ke tempat di mana mereka tidak akan dilihat dari tempat yang lebih tinggi. Atap. Arah tembakan itu berasal dari atap rumah berlantai dua yang terletak cukup jauh dari restoran itu. Eren mengerjap dan menatap sengit ke sana. Mata tajamnya menangkap sebentuk bayangan yang bergerak di tempat itu. Seseorang tampak sedang membenahi sesuatu lalu menghilang dalam sekejap.
Sniper?
Eren lantas menurunkan pandangannya pada Levi yang mengerang kesakitan dengan tubuh bergetar. Kulitnya terasa panas dan sedikit merona. Gejala ini ... Eren bergegas bangkit sambil menggendong Levi di depan dadanya menuju sedan hitam yang terparkir di depan restoran. Mereka harus pergi dari sini secepat mungkin karena feromon Levi mulai menyengat dan anehnya, justru tidak ada sedikit pun aroma feromon Eren. Benar-benar murni milik Levi.
Bahkan lebih tajam dari kemarin, Eren membatin. Dia mendudukan Levi di kursi depan lalu memasangkan sabuk pengaman sebelum berjalan memutar menuju kursi pengemudi. Tanpa membuang waktu, Eren menyalakan mesin kemudian mengemudikan mobil itu melaju cepat menembus salju di jalanan.
Eren tidak tahu di mana rumah Levi dan omega itu tidak sedang dalam keadaan yang baik untuk ditanya, dia pun memutuskan langsung menuju ke selatan. Persetan dengan perbekalan! Masih ada cukup uang untuk membeli sesuatu selama di perjalanan nanti. Mobil melewati kerumunan orang, beberapa dari mereka mulai bersikap aneh seolah baru saja menemukan harta karun yang teramat mahal. Eren bisa melihat dari sorot mata dan gerak-gerik mereka bahwa mereka terpengaruh aroma feromon Levi. Para alpha, mereka tergoda dan mulai mengejar sumber dari harum yang menggiurkan ini.
"Sialan!" Eren menginjak pedal gas dalam-dalam tanpa berpikir ulang. Bersyukur telah menukar tujuannya ke rumah Levi dengan memilih menjauhi pemukiman.
Beruntung tangki bensin telah diisi penuh sebelum mereka berangkat tadi pagi. Setidaknya Eren bisa menyetir tanpa harus berhenti untuk jarak yang cukup panjang. Yang terpenting saat ini adalah membawa Levi ke tempat yang aman dari jangkauan para alpha kelaparan di belakang mereka. Tetapi ke mana?
Saat Eren mengintip dari spion kecil di atasnya, orang-orang gila itu memang sudah tertinggal jauh, namun itu belum berakhir karena sebuah mobil juga sedang mengejar mereka dengan kecepatan tinggi. Eren mengumpat dan menekan pedal lebih dalam. Aksi kejar-kejaran pun tak dapat dihindari.
"Mengapa mobil itu masih mengejar?" gerutunya. Eren tidak akan berbohong bahwa dia terserang panik saat mobil itu telah berada persis di belakangnya dan dengan menambah sedikit kecepatan saja mobil itu sudah menghadangnya sehingga Eren terpaksa menginjak pedal rem secara tiba-tiba.
Sosok Erwin Smith keluar dari mobil itu, dia berdiri tepat di sebelah Eren dan mengetuk kaca. Jalanan ini sedang sepi, tampaknya tidak masalah untuk membuka jendela. Eren pun hanya menurunkannya sedikit lantas menyerang Erwin dengan tatapan tajamnya. "Eren Jaeger?" Erwin jelas terkejut, namun dia mahir dalam mempertahankan ekspresi dingin di wajahnya.
"Erwin Smith, ada apa?"
Levi mengeluh kesakitan lagi, kedua alpha itu melirik ke sumber suara dan Erwin tidak bisa menahan dirinya untuk tidak terkejut ketika mendapati Levi yang tampak tersiksa karena heat-nya. "Levi?"
Kerumunan orang mendadak muncul lagi dan mengejar mereka, Eren mengernyit kesal lalu berpaling pada Erwin. "Apa kau bisa menahan feromon Levi?"
"Untuk saat ini aku bisa, ada apa dengannya?"
"Akan kuceritakan nanti kalau ingin tahu. Ikuti aku dengan mobilmu, kita harus membawa Levi ke tempat yang sepi."
Erwin bergegas kembali ke mobilnya kemudian melaju menyusul mobil Eren. Dalam kepalanya, Erwin bertanya-tanya, apa yang telah dan sedang terjadi? Beberapa waktu lalu dia mendengar bunyi tembakan ketika hendak pergi ke rumah Levi dan menemukan adik Zeke Jaeger yang sedang membopong lelaki omega yang dikenalnya ke dalam mobil kemudian pergi dengan tergesa-gesa.
Sekarang dia dia justru terlibat dalam permainan kejar-kejaran dengan segerombolan alpha kelaparan yang tidak perlu dipertanyakan lagi apa mau mereka. Levi, apa yang terjadi denganmu?
~¤~
"Jadi, kau gagal menghabisi omega itu?" Rod Reiss menggeram marah di telepon.
Seorang penembak runduk suruhannya telah gagal membunuh Levi Ackerman. Rod menggebrak meja, marah pada keberuntungan yang berpihak pada Levi. Kini dia harus memikirkan cara lain menyingkirkan omega itu agar Eren bisa menikahi Historia dan memuluskan rencananya menguasai dunia.
Terdengar seseorang datang dan mengetuk pintu.
"Tetap cari mereka, aku akan menghubungimu lagi nanti," Rod memutuskan sambungan dan meletakkan ponsel di meja, "masuklah!"
Uri Reiss muncul dari pintu yang terbuka. Adik lelaki Rod itu masih memberinya ekspresi yang sama dengan terakhir kali mereka berbicara. "Kau masih ingin mencari si Alpha Sempurna?"
"Tentu saja, aku masih ingin menundukkan dunia di bawah keluarga Reiss."
"Lupakan saja, Rod, tidak ada gunanya rencana itu."
Rod menatap sinis adiknya. "Mengapa tidak? Kau tentu tahu, dahulunya leluhur kita adalah bangsawan yang sangat dipuja. Mereka bagaikan dewa yang begitu dicintai manusia sebagai lambang kekuatan dan keindahan yang tiada tandingnya. Sebagai kerajaan Eldia yang menguasai hampir sepertiga daratan di dunia, leluhur kita kala itu memiliki darah Yang Sempurna. Bukankah sangat menakjubkan ketika kau bisa melihat orang-orang berlutut memujamu?
Tetapi, sejak 200 tahun lalu kita kehilangan mereka. Selama itu pula tidak ada lagi Yang Sempurna di dunia ini, legenda mereka seolah tidak pernah ada, hanya sebatas dongeng yang semakin terlupakan. Hingga akhirnya Eren Jaeger terlahir, dia adalah sang Alpha Sempurna yang konon memiliki kemampuan mengendalikan orang-orang dengan feromonnya. Aku ingin mengembalikan kejayaan dan kekuasaan leluhur kita dengan menggunakan kemampuan Alpha Sempurna."
Uri menghela napas tanpa suara, membiarkan ocehan Rod masuk ke telinga kanan lantas keluar dari telinga kirinya. Jadi, kau ini memang tidak tahu apa-apa, ya?
***
Jangan lupa dukung fanfiksi ini dengan vote and comment setiap usai membaca. Thanks, dear!
Jepara, 19 Februari 2021
With love,中原志季
Nakahara ShikiEdited : Jepara, 2 Agustus 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
The Coordinate : Perfect Sword and Shield
Aléatoire[Fanfiction of Shingeki no Kyojin by Isayama Hajime. Mainship : Eren Jaeger x Levi Ackerman] Start : January 26th, 2021 End : April 6th, 2021 Alpha dan Omega Sempurna diturunkan sebagai pengendali konflik antarras di dunia. Mereka diberkati anugerah...