A Lost Soul

768 119 14
                                    

Masih. Belum. Terlambat.

Feromon gelap Eren yang dirasakan Levi lebih pekat daripada sebelumnya. Levi tak sanggup menyaksikan Eren berdiri sebagai boneka atas kemampuannya sendiri, dia membeku begitu kaku sampai rasanya seluruh tulangnya akan remuk akibat tekanan yang mengimpitnya.

Levi baru saja mengambil beberapa langkah dari pintu saat Eren berputar dan tersenyum dengan cara yang berbeda ke arahnya. Tepat saat itulah Levi menyadari bahwa Eren sudah tidak ada di sana. Yang tersisa hanyalah boneka kosong tak berjiwa dan bergerak sesuai perintah kekuatan terkutuk itu.

Senyuman aneh dan asing itu yang memicunya. Amarahnya memuncak lebih dahsyat dari kemarahannya ketika Eren menghilang setelah malam percintaan pertama mereka. Levi merasakan sesuatu yang menggelegak jauh di dasar hatinya yang semakin lama mengalir dan menguatkan sekujur ototnya yang semula gemetar di bawah tekanan feromon Eren.

Alirannya bergelombang dan murni. Levi merasakan otot-ototnya mengejang, seolah-olah aliran itu searus dengan pikirannya. Dengan segenap kekuatan dan keyakinannya, Levi melontarkan perisai dari pikirannya ke seluruh tubuh. Melindungi diri dari paparan langsung feromon Coordinate yang mencoba membakarnya dari luar.

Perisai itu melapisi tubuhnya dengan energi yang teramat kuat, lapisan elastis yang mengikuti pergerakannya, dan berdenyut-denyut bagai makhluk hidup dari puncak kepala hingga ujung kaki. Lapisan lentur itu adalah manifestasi pertahanan yang selama ini telah bersemayam dalam pikiran Levi serta menjadi bagian dirinya.

Eren berjalan semakin dekat padanya. Dapat dilihatnya luka-luka memanjang yang coreng-moreng di sepanjang jemari dan punggung tangan Eren. Levi terenyuh melihat kondisi Eren yang sangat jauh dari kata baik. Lapisan itu bergolak tidak stabil mengikuti emosinya yang terombang-ambing. Namun cepat-cepat Levi menyadari hal itu lalu melontarkan kembali perisainya hingga meregang seperti otot yang patuh pada kemauannya.

Sambil tersenyum dingin, Eren meraih tangannya.

Levi tersengat panas yang aneh di telapak tangan Eren, tapi saat perisai itu menebal di bagian yang tersentuh Eren, panas itu pun berubah menjadi hangat. Dia mendesis frustrasi, kutukan itu benar-benar menguasai tubuh Eren. Perisai Levi bergejolak lagi karena kemurkaannya dan berkontraksi di seluruh permukaan tubuh Levi yang bergetar marah.

"Eren?" Levi memanggilnya.

Pandangan Eren terlihat hampa dan terpusat padanya. Eren bergumam, "seharusnya kau tidak di sini."

Suara itu milik Eren namun menggemakan sosok lain yang benar-benar asing. Mata Eren pun jauh lebih gelap dari biasanya. Levi mencoba menatapnya, mencari-cari bagian mana yang masih tersisa sebagai Eren-nya, tapi segalanya begitu sempurna. Levi seperti menghadapi iblis berwajah malaikat yang menyamar.

"Hentikan!" Levi mendengar suaranya yang lembut namun bernada memerintah.

Rahang Eren mengeras. Keningnya mengernyit di balik helaian coklatnya. "Apa maksudmu?"

"Kembalikan Eren padaku!"

Selama satu detik penuh suasana begitu sunyi senyap namun sejurus kemudian terdengar geraman amarah dari dada Eren yang tentu saja ditujukan kepada Levi. Omega itu mendesis ketika suara-suara penderitaan merangkak naik dari jalanan di bawah sana. Tatapan Eren semakin menusuknya, Levi menarik napas dalam-dalam mempertahankan lapisan perisainya dan mengangkat dagu. Menantang sang Iblis.

Eren berdiri di hadapannya dengan sepenuh kemarahan, mencengkeram bahunya dan mendorongnya mundur. Kakinya tergelincir, Levi pasti sudah jatuh seandainya Eren tidak menahannya ke dinding dengan tubuhnya sendiri. Mengurungnya serta mengenyahkan jarak yang membatasi mereka.

The Coordinate : Perfect Sword and ShieldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang