Chapter 40

3K 245 13
                                    

Bersandar di pilar yang berada di dekat gerbang, Angela menatap ponselnya. Membaca pesan dari Meraalda yang berkata bahwa dia sudah dalam perjalanan ke rumah Scarrlet bersama Nash dan Gillbart. Kebetulan kedua teman mereka itu sedang berkunjung ke toko bunga milik keluarga Meraalda. Saat mendengar Angela meminta Meraalda untuk menjemput, Nash dan Gillbart menawarkan diri untuk menemani. Lagipula akan lebih aman jika mereka berdua ikut, kan? Tidak mungkin mereka berdua membiarkan Meraalda pergi sendiri. Bagaimana pun, bahaya bisa datang kapan saja dan di mana saja.

"Angela,"

Angela mengangkat pandangan. Di hadapannya, sudah berdiri tuan Dizon Ead Alfaro yang terhormat. Pria itu menatap dirinya dengan tatapan yang tidak bisa Angela jelaskan.

"Iya," jawab Angela dingin.

Dizon cukup terkejut mendengar nada bicara Angela yang lain dari biasanya. Sebenarnya apa yang telah terjadi sehingga Angela bersikap seperti ini?

"Kenapa kau tiba-tiba meninggalkan pesta? Kau tidak berniat pulang, kan?"

"Aku memang ingin pulang. Kenapa?" jawab Angela. Dia menatap Dizon malas.

Dizon menatap Angela bingung. Kenapa sikap Angela tiba-tiba berubah seperti ini? Tadi, bersama Scarrlet, Angela terlihat cukup ceria. Dia juga terlihat menikmati pesta. Tapi, setelah bertemu Divon, kenapa tiba-tiba ingin pulang?

"Tapi pestanya belum selesai."

"Aku tidak memiliki kewajiban untuk berada di dalam sana hingga pestanya selesai, kan?"

"Angela, kau—"

"Kenapa kau masih di sini. Seharusnya kau kembali ke dalam. Scarrlet pasti mencari kekasihnya."

Mata Dizon terpejam sebentar. Dia dapat melihat pancaran mata Angela yang menyiratkan luka.

"Jika kau memang mau pulang. Aku bisa mengantar mu."

"Oh, itu tidak perlu, tuan Dizon. Upik abu ini sudah mengabari temannya untuk menjemput."

"Angela!" tegur Dizon. Dia tidak suka mendengar kalimat Angela yang seolah merendahkan diri.

"Kenapa? Apa ada yang salah dengan kalimat ku?" tantang Angela.

Lagi, Dizon menghela napas. Tanpa mengatakan sepatah kata lagi, dia meraih tangan Angela dan langsung menariknya menuju mobil.

"Biar aku mengantar mu pulang," ucap Dizon tidak menyerah.

Tapi, Angela menolak. Dia menyentak tangan Dizon. "Lepaskan, Diz! Kau tak perlu bertingkah seolah kau benar-benar peduli padaku!" ujar Angela marah.

Angela sudah cukup lelah dengan semua ini. Dia sudah muak dengan sikap Dizon yang seolah memberikan harapan. Jika memang tidak menyukainya, harusnya pria ini membiarkan dirinya saja. Jika Dizon terus bersikap seperti ini, jangan salahkan Angela jika dia merasa bahwa Dizon sebenarnya juga menyukai dirinya. Angela menggeleng. Menyukai apa? Jelas-jelas pria ini hanya menganggap dirinya sebagai mainan. Tepatnya, mainan saudara kembarnya yang harus dia jaga.

Dizon terdiam. Sebenarnya dia mengerti apa maksud dari kalimat Angela. Tapi, seperti biasa, dia akan bertingkah bodoh seolah tidak mengerti apa yang Angela maksud.

"Aku—"

Suara klakson mobil terdengar, mengurungkan ucapan Dizon.

Apa Meraalda sudah datang? Tapi, kenapa cepat sekali? Angela menoleh ke arah gerbang untuk memastikan. Itu bukan Meraalda. Angela menghela napas frustrasi. Dia ingin segera pergi. Berada di tempat yang sebenarnya bukan tempat untuk orang-orang sepertinya benar-benar membuat Angela tertekan.

The Mysterious Prince {TAMAT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang