Chapter 19

4.7K 337 8
                                    

Kalau ada typo dan sebangsanya kasih tau ya. Soalnya belum sempat edit.

Oke, Happy reading!

💫

Divon duduk di depan ayahnya dengan kepala menunduk. Dia sama sekali tidak berani menatap wajah ayahnya langsung. Sekali lirik saja, Divon tahu kalau Andreas marah besar padanya. Nampak jelas dari raut wajah ayahnya yang mengeras dan tangan mengepal menahan emosi. Dan jangan lupakan tatapan setajam elang milik ayahnya yang tengah menyorot dirinya. Walau sudah memasuki usia lima puluhan tetapi tatapan itu masih mampu mengintimidasi siapa pun objek yang disorot.

"Kau tahu apa kesalahan mu?" tanya Andreas dingin.

Seketika Divon merinding, dia meneguk ludah susah payah. Sungguh, Ayahnya dalam mode menahan amarah seperti ini benar-benar mengerikan. Ibarat bom hanya menunggu waktu untuk meledak saja.

"Karena menghabiskan uang terlalu banyak?" ucap Divon kurang yakin.

Andreas mendengkus. Bukan itu jawaban yang hendak dia dengar. Kalau hanya masalah uang dia tidak akan mempermasalahkannya. Hanya saja masalah ini lebih rumit dari yang terlihat dan dia yakin Divon sangat sulit untuk mengerti akan hal ini.

Tiba-tiba pintu ruang kerja itu diketuk, kemudian beberapa saat kemudian muncul seorang pria berusia awal tiga puluhan di sana. Dia James, anak pertama Jack. Dia menggantikan ayahnya sebagai orang kepercayaan Andreas.

Setelah Andreas memberi kode, James pun segera mendekat dan membisikkan sesuatu kepada Andreas.

Andreas nampak mengangguk mengerti. James keluar ruangan setelah meletakkan sebuah berkas di atas meja.

Andrea membuka berkas itu sesaat setelah James pergi.

"Angela Virginia Kathleen. Delapan belas tahun. Mahasiswi semester pertama di NY University, right? Dia cukup pintar karena menerima beasiswa penuh di universitas bergengsi itu."

Mata Divon membelalak mendengar ucapan ayahnya. Kenapa Ayahnya tiba-tiba menyebut nama Angela? Dan dari mana Ayahnya tahu tentang Angela?

"Kenapa dengan ekspresimu itu? Kau mengenalnya?"

Divon menjadi gugup. "A-aku," Dia memang tidak berdaya jika harus berhadapan dengan ayahnya.

"Kau tahu aku paling tidak suka bertele-tele. Jadi, apa kau mengenalnya?" Andreas mengulang pertanyaan.

Divon mengangguk lemah. "Ya, aku mengenalnya."

"Jadi kau sudah mau mengakui kesalahanmu?"

Divon menghela napas pasrah. Bagaimana pun Ayahnya tidak akan mudah dibohongi. Ayahnya pasti bisa menyelidiki ini semua dengan mudah.

Divon hendak berbicara. Namun, Andreas mendahului dirinya.

"Menghabiskan uang tabungan dan membelikan barang-barang mahal kepada gadis itu dengan cara memasukkannya ke dalam loker secara diam-diam."

"Menyusup ke dalam kampus dan membobol sistem keamanan dan meretas semua data gadis itu."

"Menghajar semua orang yang mencoba mengganggu gadis itu. Semua berakhir di rumah sakit dan ada yang nyaris meninggal dunia."

"Menguntit gadis itu kemana pun dia pergi. Dan, terakhir yang paling parah adalah kau menculik gadis itu tepat di pesta ulang tahun pernikahan Ayah dan ibu." Andreas menjeda dia menatap Divon lekat. "Apakah perilaku seperti itu pantas untuk seseorang yang berasal dari keluarga Alfaro?"

Divon diam seribu bahasa. Ayahnya terlalu pintar. Bahkan, Ayahnya tahu tentang perbuatannya kepada Angela. Namun, sepintar apapun Andreas masih ada detail-detail kecil yang tidak ia ketahui. Seperti, Dizon yang sebenarnya ikut andil dalam masalah ini.

The Mysterious Prince {TAMAT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang