Setelah berbincang sebentar mengenai permintaan bibi mereka—yang meminta mereka untuk tinggal bersama, Angela dan Anna kembali bergabung dengan yang lainnya.
Angela kembali duduk di antara Nash dan Meraalda. Sementara Anna, duduk di antara Gerald dan Agni.
"Kenapa kalian tertawa?" tanya Angela, heran. Saat tiba tadi dia sudah mendapati teman-temannya tertawa, kecuali Norah.
"Agni berkata kalau Norah sangat jarang mandi saat hendak pergi ke sekolah." Sillve yang mengatakan itu kembali tertawa.
"Bahkan kebiasaan itu masih melekat hingga sekarang." ujar Agni. Dia dan Norah tinggal di rumah yang berseberangan. Ibu Norah sering mengeluhkan kebiasaan Norah itu kepada Agni.
"Itu tidak benar. Dulu memang seperti itu, tapi sekarang aku sudah berubah. Aku bahkan mandi lima kali sehari." imbuh Norah tidak terima aibnya disebar oleh Agni. "Aku tahu kau kesal karena aku sudah menghabiskan kacangmu. Tapi, jangan mengarang cerita seperti itu." Norah menatap Agni tajam.
Agni membalas tatapan Norah, dia sama sekali tidak takut. "Siapa yang mengarang cerita?" Agni mengendus-endus ke arah Norah. "Teman-teman! Apakah kalian tidak mencium aroma aneh? Seperti bau busuk. Aku rasa itu dari Norah karena dia sudah tidak mandi selama delapan hari."
"Agni!!!"
"Apa?"
"Aku tahu kalau kau sebenarnya menyukai ku, kan?"
Semua orang terdiam, termasuk Agni. Mereka cukup terkejut dengan ucapan Norah. Sesaat kemudian, Agni tertawa.
"Kau lucu. Wanita mana yang akan menyukai pria jorok seperti mu?"
Norah tersenyum miring. "Baiklah kalau begitu. Aku akan membuat mu menyukai ku." ucapan Norah terdengar serius.
Agni terdiam dengan pipi yang bersemu.
"Coba saja kalau bisa!" Agni menantang.
"Lihat saja nanti."
Suasana mendadak awkward. Nash berdehem untuk mencairkan suasana.
"Sebenarnya, di sini, aku yang hendak menyatakan perasaan."
Kini semua pandangan tertuju pada Nash.
"Apa?" ujar mereka bersamaan.
"Jangan bilang kau menyukai salah satu dari teman-teman mu ini." ujar Anna tidak percaya.
"Wah, sepertinya Nash sudah membalas cinta mu." Angela berbisik ke arah Sillve yang duduk tidak jauh darinya, mereka hanya dibatasi Meraalda.
Meraalda yang mendengar itu langsung melirik Gilbart. Pria itu hanya memasang wajah datar. Seolah ini tidak berarti padanya. Padahal sebentar lagi, orang yang dia sukai sedang berpotensi direbut orang lain. Apalagi orang lain itu adalah Nash, teman dekatnya sendiri.
"Kalau kau hendak menyatakan perasaan mu kepada Sillve sudah katakan saja langsung. Dia sudah lama menunggu mu." bisik Angela kali ini ke arah Nash. Dia sudah seperti mak comblang saja. Lagi pula kalau Nash dan Sillve jadian, kesempatan Meraalda untuk mendekati Gilbart akan semakin lebar. Apalagi jika setelah ini Gilbart pasti merasakan patah hati dan Meraalda ada untuk menemani pria itu. Pasti kesempatan Meraalda untuk mendapatkan Gilbart akan semakin terbuka lebar.
"Ayo, katakan! Siapa di antara mereka yang kau sukai?" tanya Gerald tidak sabar. "Apa kak Sillve? Ku dengar dia juga menyukai mu."
Sillve langsung menunduk dengan pipi yang bersemu. Dia berharap itu semua memang benar.
"Atau jangan-jangan kau menyukai Norah?" ujar Agni.
"Yang benar saja? Itu tidak mungkin." Norah langsung mendelik tajam ke arah Agni. "Baik aku dan Nash masih lah pria normal."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Mysterious Prince {TAMAT}
Storie d'amore[Sekuel I MADE YOU MINE] Angela Virginia Kathleen. Dia baru saja masuk di Universitas paling bergengsi di New York karena beasiswa. Namun, sehari setelah dia bersekolah di sana, Angela selalu mendapat kiriman barang-barang mewah dari pria misterius...