Chapter 16

5.5K 384 17
                                    

Mobil Dizon berhenti tepat di depan rumah Angela. Setelah berbicara baik-baik dengan Divon, akhirnya kembarannya itu bisa menerima kalau Angela harus pulang dengannya.

"Kau tidak mau masuk?" tanya Dizon hati-hati. Dia hanya sedikit menoleh ke arah Angela yang sedari berangkat tadi hanya diam menunduk.

Angela diam. Rambut panjangnya yang tidak dikuncir menutupi sebagian wajahnya. Dizon menghela napas pelan. Dia tahu Angela syok dengan semua ini. Apalagi kemunculan Divon yang tiba-tiba. Pasti membuat banyak pertanyaan bermunculan di benak Angela.

"Aku akan menunggumu sampai kau siap untuk turun." ucap Dizon tidak mau memaksa. Pria itu menyandarkan diri dengan nyaman di kursi kemudi.

Untuk beberapa saat sunyi, hanya suara binatang malam yang terdengar dengan jelas. Angela menoleh ke samping kanan, menatap rumah sederhana peninggalan orang tuanya. Lampu di ruang tengah nampak padam. Entah Kak Anna dan Gerald sudah tidur atau belum.

Perlahan Angela menggerakkan kepalanya ke arah kiri. Melirik Dizon diam-diam. Ternyata Dizon juga melihat ke arahnya. Untuk beberapa saat pandangan mereka bertemu.

"Aku tau kau marah padaku," ucap Dizon lembut. "itu wajar. Tapi, jika kau memberi ku waktu, aku bisa menjelaskan semuanya kepada mu."

Entah apa yang tersimpan di balik iris biru itu. Angela sama sekali tidak bisa membaca setiap ekspresi yang Dizon tunjukkan. Apakah dia merasa bersalah atau tidak? Dari ekspresi wajahnya, Dizon terlihat biasa saja.

"Aku tidak marah pada mu." Angela memberanikan diri untuk menatap mata Dizon. "Bagaimana bisa aku marah pada mu? Kau tau aku menyukai mu. Bagaimana bisa aku bisa marah kepada orang yang aku sukai?" Angela terdiam sesaat. "Aku memang marah. Tapi, bukan kepadamu. Lebih tepatnya aku marah kepada diriku sendiri." Semakin lama suara Angela semakin rendah. Ada kekecewaan yang amat dalam bersarang di hatinya. Tapi, dia coba tutupi.

Dizon hendak bersuara. Namun, Angela menyela.

"Aku juga mendengar percakapan mu dengan Divon."

Raut wajah Dizon sedikit berubah. Dia terlihat terkejut mendengar pernyataan Angela.

"Bagian mana yang kau dengar?"

Angela mengedikkan bahu. Dia menatap lurus ke depan.

"Hanya bagian penting saja. Seperti, kau yang tidak jatuh cinta pada ku. Dan, kau yang akan membantu Divon agar aku bisa mencintainya."

Dizon menghela napas dalam. Ada sesuatu yang ia simpan yang sangat ingin ia katakan kepada Angela. Namun, lagi-lagi, ego menahannya.

"Maaf, tuan Dizon Ead Alfaro yang terhormat. Bukannya aku lancang. Tapi, aku hanya ingin mengatakan ini kepadamu." Angela menatap mata Dizon dalam. Sekuat tenaga dia berusaha agar suaranya tidak bergetar. "Kau boleh tidak menyukaiku. Kau boleh tidak membalas perasaanku. Tapi, satu hal yang tidak boleh kau lakukan." Angela bersiap melepaskan sabuk pengamannya. "Jangan paksa aku untuk mencintai orang lain. Jangan paksa aku untuk menyukai orang lain.  Itu saja. Semoga setelah ini harimu menyenangkan."

Setelah melepas sabuk pengaman, Angela membuka pintu dan berlari ke arah rumahnya. Dia mengetuk pintu dengan tidak sabar. Berharap Kak Anna atau Gerald segera datang dan membuka pintu untuknya. Dia tidak ingin berlama-lama berada di luar dengan fakta masih ada Dizon di belakangnya. Sungguh ini menyakitkan. Mengetahui orang yang kau cintai secara tulus ternyata tidak mencintaimu. Dan, lebih parahnya lagi. Orang itu berencana membuat mu mencintai orang lain.

Syukurlah. Ada seseorang yang membuka pintu dari dalam. Sesaat kemudian terlihat Kak Anna yang sepertinya belum tidur keluar dengan memakai piyama. Angela langsung menghambur masuk ke dalam rumah.  Dia mengabaikan Kak Anna yang sepertinya ingin menanyakan sesuatu padanya. Angela bisa menjelaskan semuanya nanti. Yang terpenting dia harus segera menuju kamarnya dan menumpahkan semua rasa sesak yang sejak tadi ia tahan.

The Mysterious Prince {TAMAT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang