"Kenapa kau membantu ku dan memperlakukan aku seperti tadi."
Angela yang duduk di tepi ranjang ruang kesehatan kampus menatap nyalang Dizon yang berjongkok di hadapannya. Pria itu sedang mengoleskan alkohol ke lutut Angela yang terluka.
Bagaimana Angela tidak baper jika Dizon terus-menerus melakukan hal-hal yang membuat Angela merasa istimewa? Seperti saat ini, Angela sudah menolak bantuan Dizon yang ingin membantu mengobati lukanya, tapi pria itu tetap keras kepala dan tetap ingin mengobati luka Angela. Padahal ada petugas kesehatan di sini yang siap sedia jika ingin dimintai pertolongan. Jadi, jangan salahkan Angela yang tidak bisa mengendalikan debaran jantungnya yang semakin menggila.
"Aku hanya membantu seorang teman." ujar Dizon acuh kemudian meniup luka Angela.
Seketika Angela merinding saat merasakan hangat napas Dizon menyentuh kulitnya.
"Teman?" Angela berkata sinis. "Berapa banyak teman yang kau angkat seperti tadi di saat mereka terjatuh? Dan berapa banyak teman yang kau obati lukanya seperti ini?"
Dizon tidak menjawab. Dia sibuk mengoles obat merah di luka-luka Angela. Beberapa saat kemudian, Dizon bangkit setelah urusannya dengan luka-luka Angela selesai.
"Sepertinya kau tidak bisa melanjutkan pelajaran lagi hari ini. Kakimu belum bisa berjalan dengan normal. Tadi, aku sudah menghubungi supir. Dia akan mengantar mu pulang." ucap Dizon seolah acuh.
Seketika mata Angela membola. "Oh ... itu sangat tidak perlu tuan Dizon. Aku bisa menghubungi temanku untuk menjemput." tolak Angela cepat.
"Sayangnya aku memaksa, Angela."
"Tapi,"
"Dia sudah ada di depan. Ayo!"
"Tapi," Angela masih enggan. "eh, kau mau apa?" Angela panik dan menghindar saat Dizon hendak meraih dirinya.
"Aku ingin membantu mu berjalan. Bukankah kakimu masih sakit?"
"Tapi, aku tidak mau diangkat seperti tadi lagi. Itu memalukan!"
"Baiklah. Kalau begitu, aku akan membantumu berjalan dengan cara lain."
"Cara lain seperti apa maksudmu?"
"Seperti ini," Dizon memeluk pinggang Angela, kemudian meletakkan satu tangan gadis itu dipundaknya. "aku bisa memapah mu."
Angela meneguk ludah. Untuk sesaat dia berhenti bernapas. Ini juga tidak baik untuk kesehatan jantungnya. Wajah pria ini terlalu dekat dengannya. Apalagi badan mereka menempel seperti ini. Bagaimana jika Dizon mendengar degupan jantung Angela. Tapi, ini lebih baik dari pada diangkat seperti tadi.
💫
Tidak ada seorang pun di sana saat Angela tiba di rumah. Kak Anna belum pulang bekerja. Jika mendapat tugas shift siang seperti ini, Kak Anna akan pulang sore menjelang malam. Sementara Gerald pasti masih bermain bersama teman-temannya setelah pulang sekolah. Jadilah Angela sendiri di sini menonton televisi sembari meminum teh buatannya.
Angela masih fokus dengan film di depannya saat ponselnya berbunyi, pertanda ada pesan chat masuk.
My worst crush💔
Kakimu bagaimana? Kau bisa mempergunakan kruknya dengan baik, kan?
Sebenarnya Angela sangat malas membalas pesan dari Dizon, tapi sebagai ungkapan terima kasih karena sudah membantu—apalagi pria itu sudah repot-repot menyuruh supir mengantarnya pulang dan membelikan kruk—mau tidak mau Angela pun membalas.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Mysterious Prince {TAMAT}
Romansa[Sekuel I MADE YOU MINE] Angela Virginia Kathleen. Dia baru saja masuk di Universitas paling bergengsi di New York karena beasiswa. Namun, sehari setelah dia bersekolah di sana, Angela selalu mendapat kiriman barang-barang mewah dari pria misterius...