"Halo ...," ucap Angela sedikit keras. "Div, kau ada di sini, kan?"
Tidak ada jawaban. Angela menjadi ragu kalau pria itu benar-benar ada di ruangan ini. Tapi, Bibi Dyana bilang Divon ada di sini. Tidak mungkinkan kalau Bibi Dyana berbohong padanya.
"Div ..., aku tahu kau ada di dalam. Jadi, aku akan masuk. Ibumu bilang, kau ingin bicara denganku."
Angela sendiri tidak tahu ruangan apa ini. Tadi, seorang pelayan yang mengantarnya ke sini. Sebelum Angela menanyakan apa-apa, pelayan itu sudah pergi entah kemana. Yang jelas ruangan ini hanya berisi satu set sofa besar. Lemari kayu yang dipenuhi buku-buku dan sebuah televisi yang sangat besar menempel di dinding.
Ini sudah seperti bioskop saja.
"Div, sebenarnya kau di mana? Aku sudah ada di sini." Angela menghela napas berat. Dia cukup kesal karena Divon yang ternyata tidak ada di ruangan ini. "Baiklah, jika memang kau tidak ada. Aku pergi saja sekarang."
Karena kesal tidak mendapatkan tanggapan, Angela memutuskan untuk keluar saja. Dia akan mengatakan kepada Bibi Dyana jika Divon tidak ada di ruangan ini. Namun, belum sempat dia berbalik. Suara pintu yang dikunci terdengar. Angela berbalik cepat. Dia sangat terkejut mendapati Divon sudah berdiri di dekat pintu dengan kunci di tangannya. Pria itu tersenyum kepada Angela. Senyum yang Angela sendiri tidak tahu artinya.
"Div, sejak kapan kau ada di sana?" tanya Angela yang masih sedikit terkejut.
"Sejak tadi."
"Lalu, kenapa kau tidak menjawab panggilan ku?"
"Biar seru, aku membiarkan mu masuk terlebih dahulu."
Mata Angela membulat sempurna saat dia menyadari sesuatu.
"Lalu, kenapa kau mengunci pintu itu!?" Nada suara Angela meninggi.
Divon malah tersenyum lebih lebar. Pria berkaus hitam itu menyimpan kunci ke saku celana. Kemudian dia melangkah pasti ke arah Angela.
"Apa yang ingin kau lakukan?" Angela refleks mundur. Tatapan Divon terhadapnya membuat Angela merinding. Tatapan pria itu seolah mempunyai arti tersendiri.
Angela tidak bisa mundur lagi. Dia sudah terpojok di dinding. Divon lagi-lagi menyeringai. Melihat ekspresi gugup dari Angela benar-benar membuat dirinya terhibur.
Angela rasanya ingin menghilang saja. Apalagi saat Angela berniat lari, Divon malah mengurungnya di antara kedua lengan kokohnya. Pria itu menatap wajahnya lekat. Membuat Angela gugup walau itu hanya sekadar ingin bernapas.
"Div, kau—"
Angela tidak bisa melanjutkan kata-katanya. Lidahnya terasa kelu. Masih menatap mata Angela lekat, wajah Divon semakin mendekat ke arah wajahnya. Angela menelan ludah. Jangan bilang kalau Divon ingin—tidak! Itu tidak boleh terjadi. Ciuman pertamanya hanya boleh diambil oleh seseorang yang benar-benar dia cintai. Dan, saat ini dia belum memiliki rasa cinta sedikit pun kepada Divon.
"Div kau jangan—"
Angela tidak bisa melanjutkan kalimatnya karena Divon tiba-tiba menempelkan jari terlunjuknya di bibir Angela.
"Kau jangan bersuara dulu. Aku hanya ingin menatap matamu lebih lama lagi."
Angela terdiam dengan pipi memerah. Bak patung hidup, dia hanya membiarkan Divon bertingkah sesukanya. Lagi pula, Bibi Dyana menjamin kalau Divon tidak akan melakukan hal yang buruk terhadapnya.
"Tolong, turuti keinginan Divon. Aku tidak bisa melihat dia bersedih lagi. Sungguh, dia telah mengalami masa sulit dalam waktu yang lama."
"Tapi, bi... Bagaimana jika—"
"Bibi jamin Divon tidak akan melakukan hal yang buruk padamu. Walau sering berbuat sesukanya. Dia sebenarnya anak yang baik."
Begitulah percakapan singkat antara dirinya dengan Bibi Dyana sebelum dia datang ke ruangan ini.
Setelah beberapa lama memandangi netra coklat cerah milik Angela akhirnya Divon menarik diri dari Angela. Dia mundur, membuat sedikit jarak di antara mereka.
Angela masih diam. Jujur di situasi seperti ini dia tidak tahu harus berbuat apa. Lagi pula dia tidak benar-benar tahu apa yang Divon inginkan darinya.
"Aku—" Divon menggantung kalimatnya.
"Aku? Apa?" Angela penasaran tentang apa yang hendak Divon katakan.
"Aku—ingin minta maaf padamu." gumam Divon, pelan.
"Minta maaf untuk apa?" tanya Angela dengan dahi mengernyit.
"Untuk semuanya. Aku tahu kau merasa terganggu karena kehadiran ku."
Angela diam. Bingung hendak merespon bagaimana. Sebenarnya dia tidak terganggu dengan kehadiran Divon di hidupnya. Dia hanya sedikit takut saja karena pria itu bisa tahu semua tentang dirinya. Di mana rumahnya. Di mana dia bersekolah. Bahkan saat Angela berlibur ke pantai bersama teman-temannya, Divon tiba-tiba sudah ada di sana. Sebenarnya dari mana pria itu tahu semua informasi tentangnya. Juga kenapa pria itu tiba-tiba tertarik padanya padahal mereka belum saling mengenal terlebih dahulu.
"Dan yang lebih utama tentang—" Divon lagi-lagi tidak melanjutkan kalimatnya.
"Tentang?" tanya Angela lagi.
Divon tiba-tiba menangkup kedua tangan Angela.
"Tentang rasa ini. Tentang perasaanku terhadap mu yang mungkin membebani mu." Setelah mengatakan itu, Divon menarik tangan Angela sehingga gadis itu jatuh ke dalam pelukannya. "Meski aku tau hatimu bukan untukku. Bolehkah aku memeluk mu lebih lama? Untuk kali ini saja."
Angela hanya bisa pasrah saat Divon memeluk tubuhnya semakin erat. Seolah Angela akan rontok jika tidak dipeluk seerat itu. Entah mengapa, kata-kata pria itu sangat menusuk jantung Angela. Dia merasa dirinya dengan Divon sama. Sama-sama tidak bisa memiliki hati orang yang mereka cintai.
Seperti Divon yang tidak bisa mendapatkan cinta Angela karena Angela sudah terlanjur menaruh perasaannya kepada Dizon, seperti itu pula Angela yang tidak bisa mendapatkan cinta Dizon karena Dizon terlanjur menaruh perasaannya kepada Scarrlet.
Kenapa ini semakin rumit saja?
"Div, boleh aku bertanya satu hal?"
Tanpa melepaskan pelukannya, Divon menjawab, "Iya,"
"Kenapa kau bisa mencintai ku? Aku rasa kita tidak saling mengenal sebelumnya."
Terdengar helaan napas dari Divon.
"Kau yang tidak mengenalku. Tapi, aku sudah mengenal mu sejak lama. Apa kau ingat ironman?"Jantung Angela berpacu cepat saat Dizon menyebut kata ironman. "Maksud mu, bukan ironman yang itu, kan?" Sungguh jika Divon memang benar ironman yang itu, berarti—
Divon tertawa pelan. Dia mengelus rambut Angela lembut. "Sayangnya, aku memang ironman yang itu."
💫
Kembali lagi.... Maaf updatenya lama. Aku benar-benar sibuk di REAL life.
Kayaknya cerita ini bakalan panjang deh. Mungkin lebih dari 50 Part...

KAMU SEDANG MEMBACA
The Mysterious Prince {TAMAT}
Romance[Sekuel I MADE YOU MINE] Angela Virginia Kathleen. Dia baru saja masuk di Universitas paling bergengsi di New York karena beasiswa. Namun, sehari setelah dia bersekolah di sana, Angela selalu mendapat kiriman barang-barang mewah dari pria misterius...