"Sudah sampai," ujar Dizon sembari mengulurkan tangannya ke arah Angela yang masih terbengong. "ayo."
Angela menyambut uluran tangan Dizon. Mereka pun turun dari bus dengan bergandengan tangan.
"Aku akan mengantarmu sampai rumah." ucap Dizon.
Angela tersenyum, "Terima kasih."
"Tidak masalah."
Tidak banyak percakapan yang mereka lakukan selama perjalanan. Mereka larut dengan pikiran masing-masing. Namun, satu hal yang tidak mereka sadari, tangan mereka yang masih saling menggenggam satu sama lain.
"Ini rumahku." ucap Angela sembari menunjuk sebuah rumah sederhana dengan pagar besi sedada berwarna putih.
"Eh," Dizon yang pertama kali sadar. Dia langsung melepaskan genggaman tangan mereka.
Angela yang juga baru menyadari, langsung salah tingkah. "Hm... Maaf, aku tidak bermaksud untuk terus menggenggam tanganmu. Aku baru menyadarinya saat kau melepaskan tangan kita tadi."
Dizon tersenyum kikuk. Dia mengelus belakang lehernya. "Tidak apa-apa. Aku juga baru menyadarinya."
"Kalau begitu, aku masuk dulu." Angela membuka pagar rumahnya.
"Sekali lagi, terima kasih, Dizon."
Dizon tersenyum tipis. "Sama-sama. Kalau begitu, aku pergi."
Angela melambai ke arah Dizon. "Dah, Dizon. Hati-hati di jalan."
Dizon mengangguk, kemudian berjalan pergi.
Angela masih diam di ambang pintu pagar. Dia menatap punggung Dizon yang semakin menjauh.
Senyum Angela mengembang dengan sempurna. "Salahkan jika aku menyukai pria ini?"
💫
Angela membuka pintu rumah. Dia langsung tertegun melihat Gerald yang sedang berciuman dengan seorang gadis di kursi ruang tamu.
Menyadari keberadaan Angela, mereka langsung menjauhkan diri satu sama lain. Si gadis langsung menunduk malu dengan pipi bersemu merah. Sementara Gerald, adik brengseknya itu malah tersenyum lebar ke arah Angela. Seakan pemandangan yang baru saja Angela lihat tidak ada artinya sama sekali.
"Kak Angela? Kau baru pulang?" tanya Gerald basa-basi.
Angela tidak menjawab, dia melewati sepasang manusia itu begitu saja. Gerald menghampiri Angela yang hendak memasuki kamar.
"Kau tidak ingin berkenalan dengan pacar baruku?" tanya Gerald sembari tersenyum jahil ke arah Angela.
"Aku rasa tidak perlu Gerald. Toh, aku yakin paling tidak dua minggu lagi kau tidak akan bersamanya lagi." ucap Angela jengah mengingat perilaku Gerald yang sering berganti pacar.
"Kali ini berbeda, aku serius dengannya." ucap Gerald mencoba meyakinkan Angela.
Angela memutar bola mata malas. "Dua minggu lalu, kau juga mengatakan itu untuk gadis bernama Stefy. Satu bulan lalu, kau juga mengatakan itu untuk gadis bernama Rihanna. Sekarang kau mengatakan itu untuk gadis ini juga? Kau benar-benar brengsek!" umpat Angela.
Bukannya merasa tersinggung, Gerald malah tertawa kecil. "Itu salah mereka sendiri. Mereka sudah tahu reputasiku. Tapi, mereka masih mau mendekatiku. Siapa yang salah coba?" Gerald menaik turunkan alisnya.
"Ya sudah, terserah kau saja. Aku hanya takut kau akan terkena karma karena terlalu sering mempermainkan wanita. Kalau itu sampai terjadi, jangan merengek kepada ku." ucap Angela kemudian menutup pintu.
Gerald hanya mengangkat bahu, tidak peduli dengan peringatan kakak keduanya itu. Dia pun menghampiri kekasih barunya.
"Kakakmu bilang apa?" tanya gadis itu saat Gerald tiba di hadapannya. "Apa dia tidak menyukaiku?"
Gerald menggeleng, dia tersenyum manis ke arah gadis itu.
"Tidak, dia menyukaimu. Siapa yang tidak akan menyukai seorang Megan Smith yang manis?" ucap Gerald meyakinkan.
"Tapi, ekspresi wajahnya—"
"Sudahlah, sayang. Dia memang seperti itu. Dia hanya iri melihat kita. Kau tau, seumur hidupnya, dia belum pernah berpacaran." ucap Gerald membuka aib kakaknya sendiri.
"Begitukah? Tapi, dia sangat cantik. Tidak mungkin tidak ada pria yang menyukainya." ucap Megan tidak percaya.
Gerald mengenakan jaket denim miliknya yang tergeletak di atas meja. Megan menatap Gerald tanpa bekedip. Pesona pria ini benar-benar tidak bisa dilewatkan begitu saja.
"Sudahlah, tidak usah pikirkan dia. Lebih baik, kita pergi keluar." ajak Gerald sembari mengedipkan sebelah matanya.
Tentu saja Megan tidak akan menolak, dia akan ikut ke mana pun Gerald mengajaknya.
💫
Malam hari, saat Angela pulang dari toko Meraalda, dia merasa sedang diikuti seseorang. Namun, saat dia berbalik melihat ke arah belakang atau sekeliling, dia tidak melihat seorang pun yang mencurigakan. Angela mempercepat langkahnya, perasaannya tidak enak. Dia harus segera tiba di rumah.
Akhirnya, dia tiba juga di depan rumahnya dengan selamat. Namun, saat dia hendak membuka pagar. Dia melihat bayangan seseorang dari balik tembok salah seorang tetangganya. Angela langsung menoleh ke arah bayangan itu. Dia melihat ada seseorang yang mengenakan hoodie hitam sedang menatap ke arahnya. Sadar kalau Angela mengetahui keberadaannya, orang itu pun langsung berlari. Angela yang diliputi rasa penasaran langsung mengejar orang yang memakai hoodie hitam itu.
"Woi! Tunggu!" panggil Angela. Namun, orang itu terus berlari.
Angela berhenti sebentar untuk mengambil napas. Kemudian, mengejar pria itu lagi dengan tenaga ekstra.
"Berhenti!"
Akhirnya Angela mendapatkan pria itu, namun sebelum Angela melihat wajah orang itu, dia malah didorong hingga jatuh terjerembab di trotoar.
"Akh!" Angela meringis, pinggangnya serasa remuk. Sikunya terasa perih. Ia yakin, pasti sikunya terluka sekarang.
Dia hendak bangun dan kembali mengejar orang itu. Namun, orang itu sudah masuk terlebih dahulu ke dalam sebuah mobil mewah yang terparkir di pinggir jalan. Dan, mobil itu pun melaju dengan cepat.
Angela melongo. Mobil yang digunakan pria itu sangat bagus. Angela beranggapan bahwa dia bukanlah seseorang yang miskin.
Angela berjalan ke tempat mobil tadi terparkir. Sesuatu yang tergeletak di atas aspal itu menarik perhatiannya. Sesuatu itu adalah benda kecil imut berwarna kuning.
"Kenapa ada miniatur spongebob di sini? Apa ini milik orang itu?" gumam Angela dengan dahi mengernyit.
💫
![](https://img.wattpad.com/cover/226670552-288-k614119.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Mysterious Prince {TAMAT}
Romance[Sekuel I MADE YOU MINE] Angela Virginia Kathleen. Dia baru saja masuk di Universitas paling bergengsi di New York karena beasiswa. Namun, sehari setelah dia bersekolah di sana, Angela selalu mendapat kiriman barang-barang mewah dari pria misterius...