Chapter 6

7.7K 551 23
                                    

Zio berpisah dengan teman-temannya di parkiran bar. Dengan langkah sedikit sempoyongan, dia memasuki mobil dan melaju dengan kecepatan standar. Dia menyalakan radio agar suasana tidak terlalu sunyi. Dia menatap jam tangannya. Sudah lewat tengah malam. Dia harus segera tiba di rumah.

Di tengah perjalanan, ada sebuah mobil sport hitam yang menghalangi jalan. Zio memberengut menahan kesal. Berkali-kali ia membunyikan klakson tetapi tetap tidak ada respon dari pemilik mobil itu.

Zio berdecak, dan memutuskan untuk keluar dari mobil. Dia akan memberi pelajaran kepada siapapun pemilik mobil itu.

"Tidak bisakah kau menepikan mobilmu, bung? Mobilku tidak bisa lewat. Kau parkir tepat di tengah jalan." ucap Zio sembari mengetuk kaca pintu mobil itu. Namun, tidak ada respon.

Zio berdecak sebal. Orang itu, apa dia tidak mendengar Zio? Atau dia hanya berpura-pura tidak mendengar?

Zio menatap sekeliling. Tidak ada satupun pengendara lain yang lewat. Hanya ada dia bersama mobil mewah sialan ini yang ada di jalan sempit ini.

"Apa kau tidak mendengarku? Apa kau tuli?!" sentak Zio kemudian menendang mobil itu. "Dasar orang kaya tidak waras! Memarkir mobil seenaknya!"

Zio hendak memasuki kembali mobilnya. Dia berniat memundurkan mobilnya saja dan melewati jalan yang lebih lebar. Namun, langkahnya terhenti. Seorang pria yang memakai hoodie hitam keluar dari mobil itu. Dia melangkah mendekati Zio.

Zio menatap orang itu dengan sinis. "Jadi kau memang ada di dalam sana? Kau berpura-pura tidak mendengar ku?" Zio mendecih. Dia menatap pria yang masih belum ia lihat wajahnya. Kepala pria itu masih menunduk dan ditutupi topi hoodie.

"Kau siapa? Jangan karena mobilmu bagus. Kau jadi seenaknya di jalan ini! Cepat pinggirkan mobilmu, atau aku akan memberikan pelajaran padamu." ucap Zio penuh ancaman.

Pria itu menyeringai. Tangannya mengepal. Dan beberapa saat kemudian, dia membuka topi hoodienya perlahan. Kemudian, mengangkat wajah, menyorot Zio tajam.

"Anak culun?" gumam Zio tidak menyangka.

Pria itu menyeringai. "Bukankah sudah ku peringatkan untuk tidak mengganggu Angela ku?"

💫

Angela memicingkan mata, dia mengarahkan pensilnya ke arah Dizon yang sedang fokus membaca buku antropologi yang tebal. Angela sedang berusaha merekam garis-garis wajah Dizon sedetail mungkin dan mengabadikan gambaran wajah pria itu menjadi sketsa yang akan Angela pajang di kamarnya. Selain pintar di bidang akademis, Angela juga mahir dalam hal melukis.

Dizon yang duduk di sebelahnya sama sekali tidak menyadari jika dia sedang menjadi objek lukisan Angela. Hingga Angela menyelesaikan sketsanya dan membandingkan hasilnya dengan wajah asli Dizon, pria itu masih tidak menyadarinya. Angela tersenyum, ia cukup puas melihat hasil karyanya sendiri.

Tiba-tiba David dan gengnya datang dan memukul meja tepat di depan Dizon dengan keras. Baik Dizon dan Angela sama terkejutnya. Bahkan, Angela hampir menjatuhkan kertas gambarnya ke lantai jika ia tidak segera menangkapnya.

Dizon menutup bukunya, kemudian ia memandang David yang ditemani Lucas dan Andrew dengan pandangan penuh tanya.

"Kenapa?" tanya Dizon dingin. Dia sedang malas untuk menghadapi orang-orang yang selalu menimbulkan masalah ini.

"Kau bertanya kenapa?" tanya David berapi-api. Dia menatap Dizon seolah dia ingin memakan pria itu hidup-hidup.

Angela sempat terkejut melihat ekspresi tidak biasa dari David. Biasanya, semarah apapun David, dia tidak akan menunjukkan emosinya separah itu. Dia akan tetap bersikap cool dan calm, membiarkan teman-temannya yang lain untuk menyelesaikan masalah mereka. Bukan malah bertindak secara langsung seperti ini.

The Mysterious Prince {TAMAT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang