Terkadang, sifat egois itu dibutuhkan.
💫
Tak berapa lama, orang itu memeluk Angela. "Syukurlah, bahwa kau baik-baik saja," ucap orang itu.
Angela ragu untuk membalas pelukannya. Ini ... terlalu tiba-tiba.
Orang itu melepaskan pelukannya namun tidak dengan genggamannya di tangan Angela.
"Aku tidak akan memaksamu lagi. Kau bebas untuk menyukai siapapun. Tapi, aku mohon jangan menghilang seperti tadi. Aku ... sangat mencemaskan mu," ucap orang itu.
Jantung Angela berdetak semakin cepat. "Apa maksud dari perkataan mu itu, Diz? Apa kau juga sudah menyukai ku?"
Jangan salahkan Angela yang dengan gamblang menanyakan hal itu. Melihat Dizon, pria yang sangat ia sukai, tiba-tiba datang tengah malam ke kamarnya hanya untuk memastikan bahwa dirinya baik-baik saja tentu membuat perasaan Angela membuncah. Dan mendengar kalimat bahwa pria itu sangat mencemaskan dirinya membuat Angela tidak bisa menahan pertanyaan yang sedang menggerogoti perasaannya. Pertanyaan, 'Apa Dizon sudah menyukai dirinya?'.
Dizon nampak salah tingkah setelah Angela melempar pertanyaan itu.
"Kenapa tiba-tiba kau menanyakan hal itu?" Bukannya menjawab, Dizon malah bertanya balik.
Seketika pipi Angela berubah seperti kepiting rebus. Mendengar respon Dizon yang dingin seperti itu, Angela jadi menyesali pertanyaannya barusan.
"Ya, aku penasaran saja. Melihat caramu yang datang ke kamarku tengah malam seperti ini membuat pertanyaan itu terlontar begitu saja. Aku jadi berpikir jika mungkin, kau ... menyukai ku."
"Kau berpikir seperti itu?" ucap Dizon tanpa menunjukkan ekspresi berarti.
Angela menghela napas kecewa. "Jadi, kali ini aku salah lagi ya? Apa kau datang ke sini karena Divon menyuruhmu? Jika benar seperti itu, lebih baik kau pergi. Aku hanya menerima tamu khusus orang-orang yang benar-benar mencemaskan ku. Bukan terpaksa mencemaskan ku karena adanya dorongan dari orang lain." ucap Angela menutupi rasa kecewa yang ia rasakan.
Angela beringsut mundur, dia memperbesar jarak di antara mereka.
"Pergilah, Diz. Jangan membuat ku salah paham lagi. Jangan beri aku harapan yang tidak bisa kau berikan. Kau tidak akan mengerti tentang apa yang aku rasakan."
Dizon hanya bergeming. Angela semakin bingung dibuatnya. Jika tidak menyukainya harusnya pria itu pergi sekarang juga, kan?
"Terserah kau saja lah. Aku akan tidur. Jika kau ingin berdiri di situ sampai pagi silahkan saja. Jika kau berniat pulang pintu beranda itu terbuka lebar," ucap Angela acuh dan berniat menuju kasur. Namun, dengan sigap, Dizon menahan tangan Angela.
Angela sontak terkejut. Dia menatap Dizon yang juga sedang menatap dirinya. Pandangan mereka mengunci satu sama lain.
"Aku datang ke sini karena kemauanku sendiri," ucap Dizon. "Kecemasan ku padamu itu benar-benar berasal dari diriku sendiri, tidak ada dorongan dari orang lain."
Angela hanya bisa terpaku mendengar setiap kata yang pria itu lontarkan.
"Dan jika kau bertanya apakah aku sudah menyukai mu juga? Tentu itu adalah sebuah pertanyaan yang salah karena aku bukan hanya menyukai. Aku mencintaimu Angela, jauh sebelum kamu menyukai ku."
💫
Seisi kampus dibuat gempar melihat kedekatan yang kembali terjalin di antara Dizon dan Angela. Rumor bahwa mereka berpacaran menyebar cepat layaknya virus menular. Scarrlet yang sedari awal hanya menjalin hubungan pura-pura dengan Dizon tidak banyak berkomentar. Dia memilih diam walau banyak orang-orang di sekitar melempar berbagai pertanyaan padanya.
"Sepulang kuliah, kau mau ke mana?" tanya Dizon. Mereka kembali duduk berdampingan seperti dahulu.
"Kau punya rencana?" Angela bertanya balik. Jujur dia bingung jika harus disuruh memilih tempat untuk kencan pertama mereka.
Dizon nampak berpikir. "Ah, aku tahu suatu tempat. Kau pasti menyukainya," ucap Dizon sembari tersenyum manis. Seperti virus menular, senyuman Dizon itu mampu membuat senyuman Angela ikut terbit.
"Di mana?"
"Rahasia."
Angela cemberut. "Kenapa harus dirahasiakan? Aku jadi penasaran tahu."
"Biar seru. Pokoknya aku jamin kau tidak akan kecewa."
"Baiklah. Aku percaya kepadamu. Tapi, sebelum itu aku ingin minta tolong padamu," ucap Angela dengan nada ragu.
"Minta tolong apa?"
Angela memperbaiki posisi duduk, dia mendekatkan diri pada Dizon.
"Kau pasti tahu kalau selama ini Divon sering mengirim barang-barang untukku, kan?"
Dizon mengangguk. "Lalu?"
"Aku tidak pernah menggunakan barang-barang itu. Bahkan keluargaku tidak tahu tentang keberadaan barang-barang mewah itu."
"Lalu kau ingin meminta bantuan seperti apa?"
"Aku ingin kau membantuku mengambil barang-barang itu dan mengembalikannya kembali pada Divon. Jujur, aku tidak bisa menyimpan barang-barang itu lebih lama lagi. Kau mau membantu ku, kan?"
Dizon terdiam beberapa saat. Berbicara dengan Divon setelah dia melanggar janji kepada saudaranya itu sebenarnya bukanlah ide yang baik. Tapi, dia tidak mungkin menolak permintaan Angela. Selain tidak ingin membuat gadis itu kecewa, mengembalikan semua barang pemberian Divon memanglah ide terbaik. Tapi, apakah dia bisa menghadapi saudaranya itu. Dia berjanji untuk mendekatkan Divon dan Angela, tapi dia yang malah menjadi kekasih Angela. Tapi, perasaan tidak bisa dipaksakan. Dizon tidak ingin menyakiti Angela lebih dalam lagi. Dia membiarkan Angela untuk memilih dan gadis itu memilih dirinya.
"Baiklah, kapan kita akan mengambil barang-barang itu?" ucap Dizon pada akhirnya.
"Besok, bagaimana?"
"Oke."
💫
Lanjut nanti ya gays....
KAMU SEDANG MEMBACA
The Mysterious Prince {TAMAT}
Romansa[Sekuel I MADE YOU MINE] Angela Virginia Kathleen. Dia baru saja masuk di Universitas paling bergengsi di New York karena beasiswa. Namun, sehari setelah dia bersekolah di sana, Angela selalu mendapat kiriman barang-barang mewah dari pria misterius...