Chapter 48

2.3K 186 3
                                    

Hujan deras tiba-tiba turun. Angela beranjak dari meja belajar dan berjalan menuju balkon. Menghirup udara dingin sebanyak-banyaknya. Angela berharap, hari-harinya akan segera membaik.

Ini sudah hampir dua bulan sejak ia melihat berita tentang Divon di televisi. Juga hampir dua bulan sejak Dizon memutuskan dirinya secara sepihak hanya melalui SMS—lalu pria kejam itu menghilang tanpa jejak.

Dua bulan yang cukup berat bagi Angela. Meski begitu, dia berusaha untuk melaluinya. Berusaha untuk melupakan segala hal yang hanya membuat dirinya semakin merasakan sakit. Terutama melupakan seorang Dizon Ead Alfaro beserta seluruh perasaan yang Angela miliki pada pria itu.

Beruntung, Angela masih memiliki keluarga dan teman-teman yang selalu mendukungnya. Selalu berada di sisinya sehingga sedikit demi sedikit perasaan sakit hatinya mulai terobati.

Angela mengulurkan tangan, menampung air hujan yang menetes dari atap menggunakan tangan kanannya. Sensasi dingin itu sempat membuat Angela merinding.

"Oi, kenapa kau melamun?"

Angela terkejut. Bukan hanya karena suara orang itu yang tiba-tiba terdengar, tapi juga karena cipratan air yang orang itu arahkan pada wajah Angela.

"Nash!" ujar Angela dengan nada kesal. "Kenapa tiba-tiba kau ada di sini?"

Nash tidak menjawab. Pria berwajah manis itu malah tertawa melihat wajah kesal Angela yang menurutnya lucu.

"Berhenti tertawa, Nash! Tidak ada yang lucu!" sewot Angela sembari menyilang tangan di depan dada. Lagian, kenapa orang-orang di rumah ini membiarkan Nash masuk ke kamarnya begitu saja sih.

"Baiklah. Baiklah. Aku tidak akan tertawa lagi," ucap Nash pada akhirnya.

"Kenapa tiba-tiba datang kemari?" tanya Angela dengan wajah yang mulai bersahabat.

"Akh, maaf. Tapi, aku tidak datang tiba-tiba Nona," jawab Nash santai.

"Maksudmu?" tanya Angela menyelidik.

"Coba periksa ponselmu."

Angela menuruti perkataan Nash. Gadis itu mengambil ponsel dalam saku celananya.

"Ada pesan dariku, kan?"

Angela mengangguk setelah melihat pesan dari Nash yang masuk ke ponselnya. Di pesan itu tertulis bahwa Nash akan segera datang ke rumah Angela untuk mengambil buku series tentang detektif milik Nash yang Angela pinjam dua minggu yang lalu.

"Jadi, mana bukunya Nona Angela?" tagih Nash sembari menengadahkan tangan.

Angela tersenyum. Dia menggandeng tangan Nash kemudian menatap pria itu dengan pandangan mengiba.

"Aduh, Nash temanku yang paling baik. Aku belum selesai membacanya. Bisakah aku pinjam seminggu lagi. Ya?" ucap Angela sedikit merengek.

Nash menggeleng kuat. "Tidak. Sesuai kesepakatan, kau harus mengembalikannya sekarang juga."

"Nash? Ya?" Angela belum menyerah juga. Dia menyerang Nash dengan wajah melas yang tidak mungkin dapat pria itu tolak.

Nash nampak menarik napas dalam. "Baiklah. Baiklah. Seminggu lagi. Tapi, kau yang harus mengembalikannya padaku bukan aku yang menjemputnya seperti ini."

"Yeayyy!!!! Makasih, Nash!" ucap Angela begitu senang. Dia bahkan memeluk lengan Nash secara singkat. "Kau adalah teman terbaikku."

Sementara Nash, pria itu harus mati-matian mengontrol detak jantungnya. Sudah bukan rahasia lagi kalau Nash sebenarnya menyukai Angela. Dia bahkan sudah pernah mengakuinya secara langsung pada Angela. Namun, Angela berkata bahwa mereka adalah teman dan sepertinya akan selalu seperti itu.

"Baiklah, Nash. Sebagai gantinya, aku akan membuatkan spaghetti yang enak untukmu. Bagaimana?"

"Bukan ide yang buruk," ucap Nash tanpa berpikir.

"Kalau begitu, ayo kita turun," ucap Angela kemudian melangkah lebih dahulu.

Nash yang melihat Angela sudah mulai ceria seperti dulu tidak bisa menahan senyum. Sepertinya, Angela sudah mulai melupakan pria sialan itu.

'Aku berharap, suatu saat kita bisa lebih dari sekadar teman', batin Nash.

"Tunggu aku, Angela," ucap Nash menyusul Angela menuju lantai bawah.

💫

Angela sedang fokus pada buku di hadapannya saat seseorang mengetuk mejanya. Angela mendongak, dia cukup terkejut saat mendapati Scarrlet yang kini berdiri di hadapannya.

Tanpa basa-basi Scarrlet menyodorkan sebuah amplop yang sepertinya berisi undangan kepada Angela.

"Undangan pesta akhir tahun universitas. Undangan ini wajib dibawa sebagai tiket masuk nantinya. Boleh membawa teman atau pasangan dari luar kampus kita. Tapi, jika kau tidak mau datang ya terserah sih," ucap Scarrlet sedikit sinis kemudian meletakkan amplop itu di atas meja.

"Scarrlet, tunggu!"

Scarrlet yang hendak pergi sontak berhenti saat Angela memanggilnya.

"Apa lagi?" tanya gadis itu dingin. Sebenarnya, dia sangat malas berbicara dengan Angela. Jika dia bukan salah satu panitia yang mengurus pelaksanaan pesta itu nantinya, dia sendiri malas untuk memberikan undangan itu kepada Angela secara langsung.

"Aku mengingatnya," ucap Angela.

"Mengingat apa?" ucap Scarrlet bingung.

"Aku ingat, waktu itu di hari ulangtahun mu. Aku menemanimu mengganti gaun di kamarmu. Saat itu kau berkata bahwa aku boleh meminta satu permintaan dari mu. Aku rasa kau juga belum melupakan itu."

Mendengar perkataan Angela, Scarrlet terdiam beberapa saat.

"Ya, aku masih mengingatnya. Oh, apa sekarang kau ingin meminta sesuatu dariku?" tanya Scarrlet dengan nada sinis.

Angela mengangguk kemudian mengambil sesuatu dari dalam tasnya. Sebuah kotak berwarna abu-abu berukuran sedang ia sodorkan ke arah Scarrlet.

"Aku tahu ini akan terdengar konyol tapi aku sudah memikirkannya baik-baik. Aku ingin meminta tolong padamu. Jika suatu hari kau bertemu dengan Dizon tolong berikan kotak ini padanya. Aku tahu keluarga kalian cukup dekat. Tidak menutup kemungkinan kau akan bertemu dengannya, kan?"

Scarrlet menatap kotak itu beberapa saat.

"Kenapa tiba-tiba menitipkan kotak sekarang? Lagipula, aku tidak pernah bertemu lagi dengannya. Di mana dia saat ini pun aku tidak tahu. Jadi, percuma saja jika kau menitipkan kotak itu padaku," ucap Scarrlet tidak ingin menerima kotak itu.

"Tidak apa-apa. Setidaknya kemungkinan kau bertemu dengannya lebih besar daripada aku. Jadi, aku minta tolong padamu. Jika memang kalian tidak bertemu, tidak apa-apa. Setidaknya aku sudah berusaha untuk memberikan kotak ini padanya."

"Memangnya apa sih isi kotak itu?"

"Hanya beberapa barang tidak penting. Tapi, kalau bisa harus sampai ke tangan Dizon."

Scarrlet nampak menimbang-nimbang. "Baiklah, aku akan membawa kotak ini. Tapi, aku tidak berjanji bisa sampai ke tangan Dizon karena aku tidak tahu kapan kami bertemu."

"Terimakasih, Scarrlet. Aku harap dengan aku melepaskan kotak ini. Aku akan semakin melupakan semua kenangan tentang Dizon."

"Yah, terserah kau saja. Aku pergi," ucap Scarrlet kemudian melangkah pergi setelah mengambil kotak itu dari tangan Angela.

💫

The Mysterious Prince {TAMAT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang