Chapter 49

2.5K 190 12
                                    

"Aku pulang!" ucap Angela sedikit berteriak.

Tidak ada jawaban dari siapapun. Tentu saja. Semua orang masih ada di luar dengan kesibukan mereka masing-masing.

Namun, Angela salah. Saat dia tiba di lantai dua dan hendak menuju kamarnya, tak sengaja, Angela mendengar perkataan seseorang dari dalam kamar Bibinya. Bukannya Angela ingin bertingkah kurang ajar karena menguping pembicaraan orang secara diam-diam. Tapi, ucapan orang itu benar-benar membuat Angela harus mendengar lebih lanjut agar tidak salah paham.

"Kau belum memberitahu dia kalau aku ini Ayahnya, kan?" ucap orang itu.

Ayah?

Kening Angela mengernyit. Dari celah pintu yang sedikit terbuka, Angela hanya bisa mendengar suara mereka. Dia tidak bisa melihat wajah dari orang di dalam sana.

"Sebaiknya dia tidak tahu dulu, Rafael." Suara Bibinya—Liona.

"Tapi sampai kapan, hah? Kau menyuruhku untuk berubah demi dia. Aku sudah mulai berubah sekarang. Dan sebagai gantinya, aku harus bertemu dengannya. Bukan sebagai orang lain. Tapi sebagai Ayahnya."

"Tidak Rafael! Tidak sekarang!"

"Kapan lagi Liona!? Kapan!? Aku sudah menunggu selama ini. Anna berhak tahu kalau kita adalah orang tua kandungnya."

DUGH!

Angela terjungkal saking terkejutnya. Mengakibatkan pintu di depannya terbuka semakin lebar. Kedua orang di dalam sana langsung menatap dirinya. Angela hanya bisa menelan ludah. Dia tidak tahu harus bereaksi seperti apa.

"Angela, kau sudah pulang, Nak?" tanya Liona hati-hati. Dia bertanya dalam hati, apakah Angela mendengar percakapan mereka?

"Bi-Bibi. Siapa pria ini? Kenapa dia mengatakan bahwa kalian adalah orang tua kandung Kak Anna?"

Angela menatap Rafael nyalang.

"Paman ini siapa? Kenapa tiba-tiba bicara seperti itu? Kak Anna itu kakakku. Dia kakak kandungku. Bagaimana bisa dia menjadi putri paman?" kesal Angela sembari menunjuk ke arah Rafael.

Mengingat Rafael memiliki temperamen buruk. Buru-buru Liona menghampiri Angela untuk memberi pengertian. Dia takut jika Rafael emosi itu akan berakibat buruk bagi semuanya.

"Angela, tenang dulu ya. Kita bicarakan ini nanti. Untuk sementara, tolong rahasia kan ini dari Anna dan Gerald. Bibi berjanji akan memberitahu kalian semuanya nanti."

"Tapi, Bibi?" Angela yang masih syok jelas tidak terima. Dia ingin mendapat kepastian sekarang agar hatinya tidak bertanya-tanya.

"Bibi mohon, Angela. Sekarang, tolong pergi ke kamarmu," pinta Liona sembari menggenggam tangan Angela lembut.

Angela tidak bisa berbuat apa-apa selain mengikuti perkataan Bibinya.

Dengan langkah gontai, Angela menuju kamarnya. Dia tidak habis pikir dengan apa yang ia dengar barusan.

Kak Anna. Kakaknya sendiri. Tiba-tiba diklaim sebagai anak oleh orang asing yang tidak dia kenali. Yang lebih parah lagi, orang itu berkata bahwa Kak Anna adalah anaknya bersama Bibinya. Dunia ini benar-benar tidak masuk akal.

Baru saja Angela meraih kenop pintu, tapi seseorang menarik tangannya.

"Kak Anna?"

Bola mata Angela membulat. Kenapa Kak Anna sudah ada di sini? Harusnya ini masih jam kerjanya di rumah sakit.

"Ikut Kakak sebentar, Angela," ucap Anna. Ekspresi Kakaknya itu tidak bisa Angela baca sama sekali.

Ternyata Kak Anna membawa Angela ke taman belakang rumah. Kebetulan di sana ada dua ayunan yang dipasang di bawah pohon besar. Mereka berdua duduk berdampingan di masing-masing ayunan.

Hening beberapa saat di antara mereka. Angela menatap Anna yang menunduk di sampingnya. Entah apa yang sedang Kakaknya itu pikirkan.

"Kak Anna—"

"Aku sudah tahu Angela."

Mereka berbicara dalam waktu yang hampir bersamaan.

"Eh? Apa yang sudah kakak tahu?" tanya Angela. Jangan bilang kalau Kak Anna—

"Aku tahu kalau Bibi adalah ibu kandungku. Dan Paman itu adalah Ayah kandungku."

"A-apa? Ba-bagaimana? Ja-jadi itu benar?" ucap Angela berharap bahwa semua ini hanyalah mimpi atau Prank semata.

Anna mengangguk.

"Aku tahu beberapa bulan yang lalu. Aku tidak sengaja menemukan dokumen adopsi dan surat yang Bibi tulis untuk Paman itu."

"Awalnya aku tidak ingin percaya. Tapi, setelah menyelediki semuanya ternyata memang begitu adanya."

"Mustahil Kak Anna. Itu mustahil. Jelas-jelas Kakak adalah putri dari Ayah dan Ibu. Jelas-jelas orang tua kita adalah orang yang sama." Angela masih tidak mau percaya. Fakta bahwa Anna bukanlah kakak kandungnya cukup menyakitkan bagi Angela.

Anna menggeleng. Dia menggenggam tangan Angela lembut. Menjelaskan secara perlahan kepada adiknya itu agar mengerti.

"Faktanya aku memang anak dari Bibi dan Paman itu. Bibi sedang dipenjara saat dia mengandungku. Hingga aku dilahirkan pun, Bibi masih dipenjara. Karena tidak memungkinkan untuk membesarkan anak di dalam penjara aku dititipkan kepada Ayah dan Ibu yang merupakan saudara Bibi."

Air mata Anna nyaris jatuh, tapi dia dengan cepat menyelanya.

"Tapi, meski begitu, bagiku kau dan Gerald tetaplah saudara kandungku. Kita sudah bersama sejauh ini. Bagiku tidak ada yang akan berubah."

"Kak Anna," Angela tidak tahan lagi. Dia berdiri dan langsung memeluk Anna erat. "Pokoknya, apapun yang terjadi. Kak Anna tetaplah kakak kandungku. Tidak ada yang berubah."

Kedua saudara itu menangis dalam pelukan. Cukup lama hingga mereka melepaskan pelukan itu.

"Dan ada satu fakta lagi yang aku pikir seharusnya kau tahu."

Angela menatap Anna lamat-lamat. Menunggu kalimat selanjutnya.

"Bibi dan Paman itu sama-sama pernah dipenjara. Dengan kasus yang nyaris sama. Ini berhubungan dengan keluarga Alfaro."

Fakta apalagi yang akan Angela dengar setelah ini.

"Bibi dan Paman itu terlibat insiden tidak mengenakkan dengan keluarga Alfaro. Bahkan kasusnya lebih parah dari yang aku bayangkan. Mereka nyaris menghilangkan nyawa istri Andreas Alfaro. Dyana. Ibu Dizon dan Divon."

Deg!

Seketika jantung Angela berpacu lebih cepat.

"Kakak mohon padamu Angela. Tolong jangan membenci Bibi setelah tahu fakta ini. Dan tolong jangan membenciku juga. Mungkin selamanya kau tidak akan bisa bersama dengan Dizon atau dengan siapapun yang berasal dari keluarga itu."

"Maaf, gara-gara Ibu dan Ayah kandungku, kau tidak akan pernah bisa bersama dengan orang yang kau cintai." Anna kembali menangis tersedu-sedu.

Angela kembali memeluk Kakaknya. "Kak Anna tidak perlu minta maaf. Aku sudah melupakan Dizon dan tidak mempunyai niat untuk memiliki hubungan dengan keluarga itu. Aku tidak peduli lagi dengan pria itu. Sungguh. Yang terpenting bagiku sekarang adalah keluarga kita. Aku, Kakak, Gerald, juga Bibi. Selamanya kalian adalah keluargaku. Tidak ada hal yang lebih penting bagiku selain kalian. Kalian saja sudah cukup untukku."

"Terimakasih, Angela. Terimakasih karena tidak membenciku dan Ibuku," lirih Anna.

"Tidak akan pernah."

💫

Hmmm... Tinggal satu part + epilog ya teman-teman. Bagaimanapun endingnya nanti aku harap tidak mengecewakan kalian.

🙂

The Mysterious Prince {TAMAT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang