•Derozscar 22•

20.6K 1K 142
                                    

~ Kata Matahari kamu harus tetap bersinar. Kata bulan kamu tidak pantas memancarkan cahaya terang, dan kata pelangi kamu harus tetap berwarna agar hidupmu lebih indah untuk dikenang.~

- Devon Zodana Gentala -

Tengah malam seperti ini Medina dikejutkan oleh pertengkaran Talia dan Tora, ingin merelai pun ia takut. Medina mencoba menghubungi Petir berkali-kali, tetapi tidak ada respon apapun. Selain suara operator yang terus berbicara menggunakan bahasa inggris yang sulit untuk Medina terjemahkan.

"Kak ... Kakak dimana?" lirih Medina memeluk lututnya, menangis di balik tangga dekat ruang tamu.

Prank!

Tora membanting guci antik yang terpajang di sudut ruangan. "KATAKAN! DIMANA KAMU MENYEMBUNYIKAN SURAT WARISAN PAPAH!"

Talia tampak gemetaran. "Aku tidak tahu, Mas."

"Bohong! Kamu pasti tau dimana Petir penyembunyian surat warisan dari kakeknya. Harusnya aku yang melanjutkan perusahaan Faxles. Bukan bocah ingusan yang masih menduduki bangku SMA!" gertakan Tora mampu membuat Talia ngebleng.

Rasanya ia ingin melarikan diri saja, dari pada dibentak-bentak seenaknya seperti ini. Harga dirinya terasa diinjak-injak oleh suaminya. Suami? Bahkan kewajiban sebagai suami agar bertanggung jawab pun tidak ia dapatkan sama sekali.

Talia menggeleng. Bukan saatnya ia menimbang-nimbang perlakuan buruk suaminya. Tangannya bergerak, mendorong tubuh Tora agar keluar dari rumahnya.

"Ini sudah malam, Mas sebaiknya pulang. Aku takut Naisa melabrak aku, dan membuat kegaduhan di rumah ini," ucap Talia berusaha sabar akan sikap keras suaminya.

Tora mengernyit. "Naisa tidak akan kemana-mana. Dia tidak peduli denganku."

Talia menghela napas panjang, ia tidak tahu hubungan rumah tangga Tora dengan Naisa sudah mulai renggang. Padahal sebelum dimadu, secara terang-terangan Naisa mencintai suaminya.

"Jangan biarkan aku selalu merendah di hadapanmu, Mas. Aku sudah cukup sabar dengan sikap kalian berdua yang semena-mena kepadaku. Tapi kini, tidak lagi!" Talia naik pitam, ia mendorong tubuh Tora keluar.

"Beraninya kamu mengusirku? Hah!”

Sialnya tenaga Talia tidak sebanding dengan tenaga Tora. Wanita itu tersungkur akibat dorongan dari Tora, hingga ia jatuh di dekat meja ruang kamu.

"Pergi, Mas! Tolong. Pergilah!" bentak Talia tidak berdaya.

Tora mendelik tajam. "Aku tidak akan pergi sebelum menemukan surat warisan dari papah."

Talia menggeleng-gelengkan kepalanya. "Tolong! Aku mohon, jangan geledah rumah ini!"

Tora menepis tangan Talia yang hendak meraih tangannya. Berbarengan dengan jatuhnya Talia, Petir datang dengan sorot mata tajamnya.

Ruang tamu yang berantakan, suara bising yang saling bersahutan. Serta pukulan yang kini ia dengarkan. "Anda lagi. Ck, mau ngapain sih malem-malem kesini? Minta makan?"

"Kurang ajar!" sungut Tora melayangkan tangannya ke udara.

Dengan secepat kilat, Petir menahan pergelangan tangannya. "ANDA YANG KURANG AJAR! SUDAH TAU MALAM MALAH KELAYAPAN!"

DEROZSCAR [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang