~ Kamu adalah racun yang harus aku hindari. Tapi kamu adalah obat yang selalu membuatku tersenyum di waktu pagi hari. Kamu sangat indah, matahari. ~
- Lebyna Bahista Gentala -
Akibat insiden bubur pake kacang, Lebyna jadi sering marah-marah kepada Petir. Padahal setahu dirinya, ia belum melakukan kesalahan apapun, selain membelikan bubur untuknya.
“Ngapain lo liatin gue?!” Sinis Lebyna menyentak Petir yang tengah menatapnya.
Tuh 'kan. Baru saja ditatap, udah ngamuk aja. Petir menghela napas panjang, memakan bubur dingin yang tidak diterima oleh Lebyna.
“Sensi banget sih, Neng. Perasaan gue nggak ada salah deh sama lo,” ucap Petir melahap makanannya tanpa menoleh ke arah perempuan itu lagi.
“Salah lo banyak, nggak kehitung,” balas Lebyna ketus.
Petir terdiam sejenak sebelum akhirnya ia mengatakan. “Besok sekolah, gue jemput.”
Lebyna mengernyit. “Jemput?”
Petir mengangguk. “Kenapa? Nggak mau?”
Lebyna menggeleng. “Ya enggak lah, ngapain gue dijemput sama lo. Biasanya juga naik angkutan umum.”
“Sering telat 'kan? Contohnya kemarin ketinggalan angkutan umum, hmm.”
Lebyna mendengkus sebal. “Itu cuma kebetulan aja kali.”
“Nggak ada penolakan. Gue jemput, titik!”
Lebyna menggeleng cepat. “Nggak ah, ntar bestie lo, ngira kita pacaran lagi, ogah. Gue nggak mau yah, jadi bahan omongan warga sekolahan, cuma karena berangkat sekolah bareng lo.”
Petir menaruh sendok makannya, menatap Lebyna membuatnya gadis itu salah tingkah. “Nggak menerima penolakan.”
“Loh, kok?”
“Jawabannya cuma ada dua, ya. Atau yes!”
Lebyna melongo mendengarnya. “Heh! Lo gila? Masa iya ada pilihan yang jawabannya itu-itu aja.”
“Lo marah, berarti yes.”
“Ya nggak bisa dong!” sergah Lebyna tidak terima.
“Gue udah bilang, nggak menerima penolakan!” tekan Petir sudah bulat akan keputusan egoisnya.
“Kok lo maksa, sih!”
Petir tersenyum sinis. “Suka-suka gue lah, kenapa lo yang ribet?”
“Heh geledeg! Ya iya gue ribet. Disini yang jadi korban gue! Bukan lo.” Lebyna mengepalkan kedua tangannya greget.
Petir mengangguk. “Oke, jam setengah tujuh gue jemput.”
“Gue nggak—.”
“Nggak ada penolakan!” Potong Petir mendahului.
Lebyna melotot geram. “Egois!”
“Emang.”
“Ya udah deh terserah,” ketus Lebyna pasrah.
Petir tersenyum tipis. “Nah gitu dong.”
Lebyna mencibir pelan. Sesudah beres memakan bubur Lebyna dan Petir berniat untuk pulang. Namun sebelum itu Lebyna meminta Petir untuk mampir ke Alfamart untuk membeli barang yang ia perlukan di rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEROZSCAR [TERBIT]
Teen FictionRangkaian kisah antara Lebyna dan Petir yang dipertemukan dengan berbagai alur tak terduga. Mempunyai kepribadian yang sama persis, namun sudut pandang yang berbeda. Keduanya sama-sama pandai memendam kenyataan dalam suatu dendam. Kematian dua orang...