•Derozscar 07•

71.8K 2K 52
                                    

~ Emosi kepada satu hati, tidak tertandingi oleh beratnya rasa ingin mencintaimu lagi, lagi, dan lagi. ~

- Aden Maulana Zargen -

Kevin menatap Lebyna dari atas sampai bawah, tidak ada bedanya. Meskipun umurnya sudah menginjak dewasa, tetapi gadis itu masih saja bermain boneka-boneka bersama kedua sahabatnya. Ya, sahabat Lebyna adalah Hani dan Salwa. Karena bosan mereka bermain boneka-boneka.

Padahal Kevin sudah memberi usul agar bermain yang lain. Namun dasarnya perempuan. Apapun yang mereka mau, maka harus di turuti. Hani menatap Kevin tanpa berkedip sedikit pun, Lebyna yang melihatnya pun memutar bola matanya malas.

“Lo ngapain natap Abang gue kayak gitu. Gue tau dia punya muka kaya bokong panci, tapi ya jangan di teliti sampai segitunya juga dong,” celetuk Lebyna menaruh boneka yang berada di tangannya dan beralih duduk di sebelah Kevin.

Hani mengerucutkan bibirnya kesal. “Ihhh katarak lo, Na. Padahal ya, kakak lo itu udah ganteng, cakep, pinter, ketua Aftager pula.” Puji Hani yang duduk di sebelah Kevin, namun dengan segera Kevin menjauhkan dirinya.

“Bisa nggak sih, kalian itu mainnya di luar. Nggak usah di rumah, udah berisik. Suka berantakin kamar. Mana nyampah sembarangan lagi,” ketus Kevin yang kesal karena selama sebulan ini dia yang membersihkan rumah.

Walaupun Lebyna sering membantunya. Tapi tidak semua yang Lebyna kerjakan, selain pemalas. Ia juga tidak suka melihat debu. Namun anehnya dia selalu main tanah.

Hani bersedekap. “Kak Kevin kalo nggak mau beresin rumah, ya jangan dikerjain lah. Gitu aja ribet.”

Kevin menghela nafas panjang. “Kan gue dapet hukuman. Euhhh greget gue.”

Lebyna mengerjap-ngerjapkan matanya. “Dahlah. Bang Kevin mah baperan. Baru juga gitu, udah ngomong greget aja.”

Kevin mengepalkan tangannya. Dari pada ia marah-marah tidak jelas di sana, mending dirinya pergi meninggalkan mereka yang sedang menatap Kevin dengan mulut terbuka lebar. Kevin merampas jaketnya dan berjalan keluar rumah. Namun sebelum itu, ia menandatangi surat izin main dulu.

Lebyna mengetuk-ngetukkan jarinya ke meja. Tatapannya kini tertuju kepada kedua sahabatnya yang menunduk lesu. Lebyna pastikan kalau mereka sedang ada masalah.

“Kalian kenapa dah, gue lihatin dari ujung kepala sampe ujung kaki, ngelamun aja. Emang ada masalah hidup apa sih? Sini cerita-cerita,” ucap Lebyna menopangkan dagunya di atas meja.

Salwa menghela nafas panjang. “Gue mau pindah!”

“HAH!”

“APA!”

Hani yang sedang bermain ponselnya pun menatap Salwa tak percaya, sedangkan Lebyna kaget karena teriakan Hani yang berada tepat di dekat telinganya. Tatapan mereka tertuju kepada Salwa yang bengong sambil memperhatikan wajah memalas.

“Kalian kenapa?” tanya Salwa terheran. Ia pun bangkit dari duduknya dan beralih duduk di sebelah Hani.

“Lo mau pindah kemana Awa, ke Jakarta? Kan ini di Jakarta. Ke Bandung? ke Arab? ke Korea? ke Jepang? Kemana Wa?” tanya Hani bertubi-tubi.

Salwa menatap Hani melotot. “Siapa yang mau pindah dongo, gue cuma mau pindah dari sana ke sini. Ma syaa Allah!”

Krik

Krik

Hani dan Lebyna menatap Salwa sambil menganga lebar. Ternyata Salwa hanya pindah posisi duduk, bukan pindah ke perkotaan apalagi luar negeri. Lebyna langsung melempar bantal yang berada di sebelahnya, tepat di wajah Salwa yang terlihat menatapnya tanpa ekspresi.

DEROZSCAR [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang