~Hakikatnya pikiran itu berputar, sama seperti bumi mengelilingi matahari. Dan aku mengelilingi isi hatimu yang belum sempat aku singgahi.~
- Petir Govanza Faxles -
Petir merebahkan tubuhnya di atas kasur. Sepertinya ia kelelahan setelah mengelilingi Mall seharian, dengan seragam sekolah yang membuatnya kegerahan. Sebelum ia terlelap di atas kasur, alangkah baiknya Petir membersihkan badannya terlebih dahulu.
Lelaki itu menyambar handuk yang tergantung di balik pintu, berjalan ke arah kamar mandi seraya bersiul merdu, sebagai pelengkap kesenangannya.
“KAK!”
Belum sempat kaki jenjangnya masuk sempurna. Petir menoleh ke belakang, mendapati Sang Adik yang memancarkan keceriaan dalam dirinya.
“Kenapa?”
“Kakak mau mandi ya? Ya udah Medina tunggu di sini ya, Kak. Ada yang mau Nana omongin sama Kakak,” ucap gadis berlesung pipit dua itu duduk manis di atas kasur Kakaknya, mengayun-ayunkan kedua kakinya sebagai pengobat rasa bosan.
Petir mengernyit. “Ngomong sekarang aja, Na. Ada apa?”
Medina menggeleng, tersenyum manis ke arah Kakaknya. “Enggak ah, nanti aja. Nunggu Kak Petir selesai mandi, hehe ...”
“Lama loh.”
“Enggak papa, Nana tungguin,” ucap Medina tidak keberatan.
Petir menghela napas panjang, kemudian masuk kamar mandi tanpa menoleh ke arah Sang Adik. Tak lama setelahnya Petir segera menjalankan ritual mandinya, sebelum Medina di landa kebosanan akibat terlalu lama menunggu.
Selepas mandi Petir menghampiri Medina dengan pakaian yang sudah bersih dan wangi, membuat badannya lebih fresh dari sebelumnya.
“Kenapa, Na?”
Medina menggaruk-garuk kepalanya, ada kebingungan untuk kata yang akan ia ucapkan. “Emm gini, Kak. Besok 'kan ulang tahun Kakek. Nah, kata Mamah keluarga kita pasti ke sekolah Kakak, karena acaranya di sekolah Kak Petir. Aku bingung, Kak. Di sekolah nanti aku sama siapa? Aku nggak kenal mereka, Mamah pasti juga ikutan sibuk ngurus acaranya kakek.”
Petir tersenyum tipis, mengacak rambut lembutnya dengan gemas. “Kamu ini, kirain Kakak ada hal penting apa yang mau kamu bicarain. Ternyata ini loh.”
Medina mengerucutkan bibirnya kesal. “Nana pengen ikut, tapi Nana nggak ada temen.”
Laki-laki Petir tersenyum, kali ini dengan kekehan pelan. “Kamu nggak usah khawatir gitu, Na. Disana juga ada Kak Lebyna. Nanti kamu sama dia aja, udah kaya bestie juga.”
Medina menepuk jidatnya. “Ouh iya yah, kenapa Nana bisa lupa? Wah! Terima kasih ya Kak, sayang Kakak deh.”
Medina memeluk pinggang Petir dari samping, menunjukkan dirinya sangat bahagia saat ini. Gadis itu langsung melepaskan pelukannya, berjalan keluar kamar Petir antusias.
“Aku mau ke kamar dulu ahh, mau teleponan sama Kak Byna, dadah Kakak!”
“Hmm.”
***
Kevin memutar-mutar pisau lipat yang sedari tadi ia genggam. Menatap lukisan dirinya dan Gani dengan Lebyna di tengah-tengah mereka. Kevin mengusap sisi bingkai lukisan yang terlihat kusam nan berdebu.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEROZSCAR [TERBIT]
Ficção AdolescenteRangkaian kisah antara Lebyna dan Petir yang dipertemukan dengan berbagai alur tak terduga. Mempunyai kepribadian yang sama persis, namun sudut pandang yang berbeda. Keduanya sama-sama pandai memendam kenyataan dalam suatu dendam. Kematian dua orang...