•Derozscar 24•

19K 470 17
                                    

~ Ingin tertawa terbahak-bahak, melihat kamu yang hanya memandangku dari sisi gelap. Menyingkirkan rasa bahagia yang kita lewati di masa lampau. ~

- Nazar Alfian Fonaca -

Lebyna tampak gugup malam ini. Bagaimana tidak gugup? Sekarang ia akan makan malam bersama Devon, berdua. Catat, berdua! Lebyna tidak pernah membayangkan jika perasaannya kini terbalaskan.

Ngomong-ngomong soal perasaan, sejak kecil Lebyna memang sudah menyukai Pamannya. Akan tetapi, ikatan persaudaraan mereka yang menghalanginya. Namun kini setelah ia mencari informasi terkait saudara tiri, Lebyna jungkir balik, untuk mencintai Devon walau umur mereka terpaut jauh.

“Gimana penampilan aku malam ini?” tanya Lebyna berjalan menuruni tangga.

Devon yang tadinya sibuk memakan cemilan pun menganga, menatap Lebyna dari atas sampai bawah. Devon meneguk ludahnya susah payah, menggelengkan kepalanya, hampir salah fokus.

“Apa tidak terlalu terbuka?” tanya Devon sedikit risih melihat kaki jenjang milik Lebyna yang terekspos.

Saat ini gadis itu menggunakan baju dress panjang, namun dengan bahan tipis menerawang. Mencoba berpenampilan fashionable dihadapan Devon.

“Nggak, kok. Biasa aja,” ucap Lebyna enteng.

“Ayo, Om! Katanya mau jalan.” Lebyna sangat antusias ingin ngedate bareng Pamannya.

“I-iya, ayo ...”

***

“Ck, kita ngapain sih, disini?” Rohman  melihat-lihat suasana restoran yang terlihat tidak banyak pengunjung. Adapun yang datang, hanya orang-orang tertentu. Atau lebih jelasnya lagi hanya orang-orang yang mempunyai pasangan saja.

Membosankan. Itulah pikiran Sopiyan yang kini melipat kedua tangannya didepan dada. “Tau tuh, Si Petir. Orang kalau mau ngedate bawa pacarnya. Lah, ini? Malah bawa rakyat.”

Petir memicingkan matanya sinis. “Gue udah bilang, jangan ikut. Kalian semua pada keras kepala.”

“Ya gue pikir mau di ajak makan-makan gratis, gitu 'kan ya? Ternyata begonya, malah bengong, liatin orang pada pacaran.” Kesal Dodo celingak-celinguk mencari daftar menu restoran, yang entah tersangkut dimana.

Petir hendak membalas protesan teman-temannya, akan tetapi setelah melihat pasangan yang baru saja masuk restoran, secepatnya ia urungkan.

“Kalian diem!” tegas Petir dengan tatapan tajam, fokus kedepan.

Mengikuti arah pandang Petir hingga sampai disuatu objek yang cukup membuatnya terkejut.

“Itu beneran? Pak Devon?” tanya Nazar tidak percaya.

Kompak, semuanya mengangguk membenarkan. Tatapan mereka pun tertuju kepada kedua insan yang kini saling menukar canda tawa.

“Beneran, Om? Momi bilang gitu?” tanya Lebyna, kemudian tertawa lepas.

“Iya. Kata kak Diffa, kamu sering marah-marah kayak orang gila. Tapi aku nggak anggap kamu gila, kok. Malahan keliatan lucu, kalau kamu marah-marah nggak jelas.”

“Dih, gombal!” Lebyna menghentikan tawanya sambil menutup wajahnya, malu.

Devon tersenyum tipis. Menggenggam tangan Lebyna dengan tatapan yang sulit di artikan. Lebyna yang merasakan getaran aneh yang menjalar di seluruh tubuhnya, hanya mampu terdiam tak bergeming.

DEROZSCAR [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang