~ Ketika malam aku bersedih, ketika siang aku ceria. Dasar diriku, pandai sekali memendam luka seberat ini. ~
- Lebyna Bahista Gentala -
Lebyna sudah lelah berlari. Apalagi ini tengah malam, gila saja ia berlari sejauh lima belas meter menuju jalan raya tanpa ada seorang pun yang menemaninya. Napasnya tersengal-sengal, ia merutuki dirinya sendiri yang gegabah dalam mengambil keputusan.
“Haduh hp gue tiba-tiba mati lagi, mana rumah gue masih jauh. Owalah gimana gue mau balik kalau gini caranya,” ucap Lebyna menendang-nendang batu kerikil yang berada di jalanan.
“Mana gelap bener lagi, aduh ini lagi Salwa sama Hani beneran balik apa nggak yah. Masa mereka tega sih ninggalin gue tengah malem begini?” gerutu Lebyna mulai bercucuran air mata. Memang seperti itu, Lebyna akan terlihat cengeng bila dirinya dilanda ketakutan seperti saat ini.
Lebyna terduduk lemas ditepi jalan raya,“Sepi.” Hanya kalimat itu saja yang Lebyna terlontar dalam mulutnya. Lebyna ingin menangis meraung-raung, tetapi ia juga takut dirinya disebut gila nantinya.
Tind ...
Suara klakson mobil sport terdengar nyaring di gendang telinga Lebyna. Gadis itu mengerjap-ngerjapkan matanya, takut. Apakah ia dibegal?
Mana mungkin dibegal, ia saja tidak membawa barang-barang berharga. Atau orang itu akan memperkosanya di jalanan? Pikiran Lebyna melayang-layang tak tentu arah, dasar otak mesum! Disaat keadaan sedang genting begini pikirannya malah tertuju kepada hal-hal negatif.
Lebyna terbelalak melihat seorang laki-laki jangkung yang berjalan menghampirinya. “Gimana rasanya lari-lari sendirian di jalanan sepi? Capek?”
Tunggu!
Suara itu? ... Lebyna memicingkan matanya, menyelidiki. Setelah menyadarinya, Lebyna melotot kaget. “Woi! Lo—mmphhh.”
Laki-laki itu membekap mulut Lebyna seraya berkata. “Berisik! Ini gue, Petir.”
Lebyna mendengkus sebal. Menggigit lengan kanan Petir yang membekap mulutnya dengan amat kencang, hingga laki-laki itu merintih kesakitan.
“Aw ... Aw! Lo gila?!” bentak Petir menatap Lebyna dengan tatapan tajamnya.
Plak!
“Lo yang gila! Tiba-tiba datengin gue kayak orang jahat, dah mirip kayak begal tau nggak. Gue 'kan jadi takut hiks ...”
Petir mengusap pipinya yang terasa ngilu akibat tamparan Lebyna yang terlalu kencang, memang Lebyna. Tidak kira-kira menyiksa Petir, bisakah gadis itu bersikap tenang kepadanya, sebentar saja?
“Kebanyakan drama lo, ayo pulang. Ini udah tengah malem, ntar nyokap sama bokap lo nyariin lagi.”
Lebyna mengerjap-ngerjapkan matanya. “Tapi di anter sama lo 'kan?”
“Hmm,” balas Petir singkat.
Lebyna mendengkus sebal, tetapi tidak lama kemudian ia tersenyum senang, karena dirinya akan segera pulang ke rumahnya, lalu tidur dengan nyaman. Namun ketika Lebyna berdiri. “Aww!”
Petir yang melihat Lebyna terjatuh pun, ikut berjongkok. Menatap Lebyna yang berlinang air mata, membuat Petir resah dan gelisah melihatnya. “Lo kenapa?”
KAMU SEDANG MEMBACA
DEROZSCAR [TERBIT]
Teen FictionRangkaian kisah antara Lebyna dan Petir yang dipertemukan dengan berbagai alur tak terduga. Mempunyai kepribadian yang sama persis, namun sudut pandang yang berbeda. Keduanya sama-sama pandai memendam kenyataan dalam suatu dendam. Kematian dua orang...