~ Maju menghadang, mundur terlentang. Rayakan malam ini dengan baku hantam bersama angin malam di bawah cahaya bintang-bintang. ~
- Dodo Shandina Najo -
Lebyna memejamkan matanya dengan lipatan tangan yang ia letakan di atas meja. Sedangkan pelajaran sudah berakhir dua belas menit yang lalu, tetapi Lebyna dan kedua teman-temannya hanya diam sambil menunggu Kevin yang belum keluar dari kelasnya.
“Eh Len, Wa, Han. Kalian belum pulang?” tanya seorang perempuan yang berada di sebelahnya.
Lebyna terbangun dari tidurnya, ia menatap perempuan itu dengan kedua alis mata yang menyatu. “Belum, Lo sendiri?”
Perempuan itu tersenyum manis, seraya memberikan kertas undangan kepada Lebyna dan kedua temannya. “Gue masih bagi-bagiin undangan.”
“Undangan apaan nih?” tanya Lebyna kebingungan.
“Ini undangan dari kepala sekolah. Malam ini bakalan ada peresmian perusahaan kakeknya keluarga Faxles yang akan diturunkan kepada cucunya. Kalian tau 'kan yang namanya Petir?”
Lebyna hanya diam tidak merespon. Sedangkan Salwa menganggukkan kepalanya, mencoba mengingat nama laki-laki tersebut. “Ouhh kak Petir, yang tadi nolongin kita, iya nggak sih?”
Hani menengok ke arah kedua temannya. Berharap jawabannya saat ini adalah benar. Perempuan itu mengangguk membenarkan sambil tersenyum tipis. “Iya bener, dia cucu yang punya sekolah ini. Dan gue saudaranya.”
“Jangan lupa dateng ke pestanya ya, gue pulang duluan karena mau bantuin ngedekor ruangan buat malam ini, sekali lagi. Jangan lupa dateng!” seru perempuan itu berjalan meninggalkan Lebyna, Salwa dan Hani yang masih memandangnya seksama.
Setelah perempuan itu menghilang dari pandangannya. Barulah Hani bertanya. “Lo bakal ikut?”
Lebyna tampak berpikir sejenak sebelum menjawab pertanyaan dari Hani. “Terserah kalian aja sih, kalau kalian mau, ya gass. Kalau nggak, ya udah paling diem, tidur di rumah.”
“Aaa kayaknya gue mau ikut pestanya deh, gila dong acaranya pasti meriah. Apalagi keluarga Faxles 'kan terkenal banget, konglomerat terkaya bestie. Kalian harus ikut!” heboh Salwa membuka undangannya dengan gembira.
Lebyna memutar bola matanya malas. Ia sudah tau kalau keluarga Faxles memang orang terkaya di Indonesia, bahkan kedua orang tuanya pun pernah membicarakan keluarganya. Yang bekerja sama antar perusahaan.
“Oke, kita shopping sekarang buat menghadiri acaranya. Tapi gue saranin, kita masih mode penyamaran. Setuju?”
Hani dan Salwa melebarkan matanya bersamaan. “Hah?! Nggak!!” teriaknya kompak.
“Gue nggak mau Na, bukannya kita dipandang, malah kita dibuang nanti. Nggak banget!” sergah Salwa tidak setuju dengan saran Lebyna barusan.
“No! You stupid? Orang ke acara pesta pasti dandan cantik-cantik, elegan, nah kita. Masa iya datang ke pesta pake baju gelandangan. Mana muka cemong-cemong,” timpal Hani merangkul pundak Salwa pertanda mereka berdua tidak setuju.
Lebyna mendengkus kesal. Ia memakai tas ranselnya, berjalan meninggalkan kedua temannya yang menatapnya bingung. “Leb---.”
“Kalau kalian nggak mau nyamar, ya udah. Kita nggak usah ikut. Oh iya, atau kalau mau, kalian aja yang hadir, tapi tanpa adanya gue. Itu terserah kalian.” Tegasnya keluar dari kelasnya meninggalkan kedua temannya yang saling memandang satu sama lain.
“Yah, lo sih Han.”
“Lah, kok nyalahin gue?”
Salwa menggigit bibir bawahnya kesal. “Ya lo deh pokoknya. Au ah, gue nggak mau dateng kalau nggak sama Lebyna. Kita turutin aja saran dia yuk.”
KAMU SEDANG MEMBACA
DEROZSCAR [TERBIT]
Novela JuvenilRangkaian kisah antara Lebyna dan Petir yang dipertemukan dengan berbagai alur tak terduga. Mempunyai kepribadian yang sama persis, namun sudut pandang yang berbeda. Keduanya sama-sama pandai memendam kenyataan dalam suatu dendam. Kematian dua orang...