•Derozscar 53•

15.3K 794 180
                                    

~ Apa alasan penyesalan selalu datang di akhir? Karena jika di awal, mungkin ia tidak akan merasakan arti penyesalan itu sendiri. ~

- Kevin Zordanu Gentala -

“Ini lokasinya bener 'kan?” tanya Viola merasa ragu ketika mereka sudah sampai di tempat yang dituju.

Kevin mengangguk. “Gue hafal betul, tempat ini yang terakhir Bang Gani injakki, d-dan—.”

“D-dan?” ulang Viola menatap Kevin kebingungan.

Laki-laki itu menundukkan kepalanya, menatap jalanan yang kini sepi dengan tatapan penuh haru. Ada kisah tersembunyi di dalam benaknya. Kisah yang sulit untuk Kevin ceritakan kepada siapapun. Termasuk keluarganya sendiri.

“Tempat Bang Kevin menghembuskan napas terakhirnya,” gumam Kevin terdengar putus asa.

Viola menepuk-nepuk punggung Kevin, menguatkan. “Lo nggak perlu sedih. Gue yakin, dia bahagia kalau lihat kita bahagia.”

Kevin terpaku sesaat. “Hmm.”

“Sampai kapan kita berdiri disini? Dan apa yang harus kita selidiki? Jalanan ini sangat sepi. Bahkan tidak ada pengendara seperti motor dan mobil yang lewat di jalan ini,” ucap Lebyna memandang jalanan yang berada di hadapannya dengan tatapan datar.

Viola menatap sekitar. Memang suasananya sangat sepi dan mengasingkan. Entah apa sebabnya, yang jelas mereka bingung harus melakukan apa setelah tau tempat yang mereka tuju tidak ada bukti yang patut mereka selidiki.

Pak Aryana yang ikut serta dalam kasus itu pun menyusuri jalanan. Memperhatikan setiap inci yang terlihat oleh kedua mata tajamnya.

“Hey! Jalan ini ada cctv-nya!” teriak Lebyna menunjuk-nunjuk cctv yang terpasang di sebuah tihang, tertutupi oleh dedaunan yang merambat di sekitarnya.

Pak Aryana mendekati Lebyna. Begitupun dengan Kevin dan Viola. Mereka saling pandang satu sama lain, hingga Pak Aryana berkata. “Kita ke Kantor Polisi sekarang.”

Dengan gesit mereka segera memasuki mobil Pak Aryana. Kembali ke Kantor Polisi, dengan perasaan berkecamuk. Antara penasaran dan takut, jika mereka akan gagal nantinya.

Tidak butuh waktu lama, mereka sudah sampai di Kantor Polisi. Pak Aryana langsung berlari ke ruang komputer. Mengambil beberapa flashdisk yang mereka ketahui sebagai penampungan dokumen laporan.

Pak Aryana cukup terkejut ketika memutar cctv tiga tahun silam. Tepatnya di jalan Merpati, tempat pertempuran Nolan dan Gani itu terjadi.

Terlihat dari arah camera yang mengarah kepada keduanya, Gani membantu Nolan untuk melawan sang lawan. Terlihat komplotan yang memakai jaket Aftager dan Derozscar bersatu untuk melawan musuhnya.

Wallace. Tulisan yang tercetak jelas di belakang jaket musuhnya. Walaupun buram, Kevin dapat melihat dengan jelas akan nama tersebut.

Tangannya mengepal dan bergetar ketika salah satu geng Wallance menusuk Nolan dengan pisau tajamnya. Disana terlihat Gani menolong Nolan dengan langkah kaki sempoyongan. Tanpa di duga dari arah depan, sebuah pisau terlempar hingga menancap mulus di perut Gani.

“Bangsat!” teriak Kevin mengacak rambutnya frustasi. Tidak kuasa melihat kejadian tragis tersebut.

Lebyna sudah menangis sesenggukan. Viola pun sama, gadis itu menatap layar monitor dengan air mata yang bercucuran. Rasanya sulit untuk ia cegah, terlalu menyesakkan dan menyakitkan.

DEROZSCAR [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang