~ Percayalah, hidup adalah anugerah kasih sayang. Hanya orang-orang yang kurang bersyukurlah yang menyebutkan hidupnya tidak ada pilihan. ~
- Rohman Abdul Qadir -
Kring—.
Bel istirahat berbunyi nyaring, semua murid berhamburan keluar kelas. Begitupun dengan geng Derozscar yang kemana-mana selalu berenam. Mereka berjalan beriringan menuju kantin, guna mengisi perutnya yang keroncongan minta diisi makanan.
Disepanjang perjalanan menuju kantin Aden bersiul menebar pesona, sedangkan yang lainnya hanya mampu menggelengkan kepalanya, tidak mengerti dengan kelakuan teman playboy satunya itu.
“Di lapangan rame banget, ada turnamen apa gimana, nih?” Sopiyan memicingkan matanya memperjelas penglihatannya.
“Kayaknya ada pertandingan bola basket, biasa. Anak IPS 'kan sering ricuh,” balas Nazar tidak terlalu tertarik untuk menontonnya.
Ketika segerombolan pemuda itu sudah mendekati arah lapangan, sebuah bola melayang ke arahnya. Namun tanpa diduga ada perempuan yang lewat, berlarian tergesa-gesa menuju kantin.
Bugh!
Petir memegangi belakang kepalanya yang terkena bola basket, karena menolong perempuan yang kini menutup wajahnya, kaget.
“Bos! Lo nggak papa?!” heboh Aden menghampiri Petir.
Perempuan itu membuka matanya. “Lo!”
Petir tampak tak bergeming, laki-laki itu menatap Lebyna sempoyongan. Ya, perempuan ceroboh itu adalah Lebyna, gadis lincah yang berlarian tidak menengok kanan kiri. Hingga tanpa disadari sebuah bola hendak membentur kepalanya.
Untung saja ada Petir yang menolongnya, bagaimana jika tidak? Mungkin Lebyna sudah berada di ruangan UKS saat ini.
“Lebyna! Lo nggak hah papa, 'kan?!” teriak Salwa ngos-ngosan, akibat berlari menyusul Lebyna.
Disusul oleh Hani dari belakangnya. “Ya ampun! Na, lo nggak benjol 'kan? Gue lihat tadi bolanya hampir kena muka lo! Woy!”
Lebyna menutup telinganya yang berdenging. “Astaghfirullah! Gue nggak papa. Kalian lebay deh, noh! Kak Petir yang kena bolanya.”
Tatapan keduanya beralih kepada Petir yang tampak menahan rasa pusing di kepalanya. Lebyna mendekat, menaruh telapak tangannya di kening laki-laki itu.
“Lo sakit?” tanya Lebyna sedikit khawatir.
“Iya, kak. Muka lo pucet,” ucap Salwa menimpali.
“Loh, iya, Bos! Lo kenapa? Perasaan tadi baik-baik aja. Wah, ini pasti gara-gara kena bola basket, nih!” Dodo menggulung ujung baju seragamnya bersiap memarahi pemain bola basket.
Tangan Petir terangkat, menahan pergerakan Dodo. “Gue nggak papa.”
Lebyna mengernyit, menggeleng-gelengkan kepalanya tidak percaya. “Lo nggak papa, cuma kepala lo pasti kenapa-kenapa.”
Tanpa adanya kata permisi, Lebyna menarik pergelangan tangan Petir menuju UKS.
“Woy! Temen gue mau dibawa kemana?!” teriak Rohman tersentak.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEROZSCAR [TERBIT]
Novela JuvenilRangkaian kisah antara Lebyna dan Petir yang dipertemukan dengan berbagai alur tak terduga. Mempunyai kepribadian yang sama persis, namun sudut pandang yang berbeda. Keduanya sama-sama pandai memendam kenyataan dalam suatu dendam. Kematian dua orang...