•Derozscar 39•

15.8K 864 230
                                    

~ Berkata khilaf, untuk seorang pendosa yang hilang akal sehat, lebih mulia. Dari pada orang yang paham agama, namun memaknainya dengan banyak gaya ~

- Rohman Abdul Qadir -

Pertarungan antara Derozscar melawan Aftager semakin sengit. Dibawah pimpinan Petir anggota Inti Derozscar berdiri tegap di belakangnya, begitupun dengan pasukan Aftager yang mengibarkan bendera perperangan beralaskan api dendam yang siap untuk di luapkan.

“Akhirnya lo punya nyali juga buat ngadepin kita,” ejek Kevin saat melihat Petir yang baru saja datang menghampiri area tawuran malam ini.

Petir hanya berdecak sebal. “Banyak bacot lo.”

Bugh!

“Bangsat!” teriak Kevin bergejolak kaget, saat Petir mulai melayangkan pukulannya di saat dirinya sedang lengah.

“Gimana? Baru satu pukulan, udah loyo. Lemah!” Petir menjulurkan lidahnya menantang Kevin yang kini mengepalkan tangannya kuat.

“Sialan, AFTAGER!!”

“DEROZSCAR!!”

Bugh!

Bugh!

Bugh!

“Mati lo!” pekik Kevin mencekik leher Petir yang berada di bawahnya.

“Lo yang mati!” gertak Petir membalas perbuatan Kevin dengan mencekiknya balik.

Uhuk ... uhuk ...

Kevin menyerah karena cekikan Petir lebih kuat dari apa yang ia bayangkan sebelumnya. Tangan lemasnya kini memukul-mukul tanah aspal sebagai rasa kekalahannya malam ini. Melihat hal itu Petir tersenyum miring.

“Mau nyerah aja, apa mau lanjut?” penawaran Petir membuat Kevin mengepalkan tangannya kuat.

Kevin kesulitan untuk bernapas, bahkan deru napasnya saja sudah mulai melemah. Saat Petir akan menguatkan cekikannya, tiba-tiba dari belakang ada seseorang yang memukulnya, membuat Petir sempoyongan.

“Bos! Cabut!” teriak anggota Aftager melarikan diri dari gerbang markas Derozscar.

Petir memegangi pinggulnya yang terasa ngilu, belum lagi sudut bibirnya yang mengeluarkan bercakan darah.

“Bos, lo kenapa biarin Si Kevin lolos gitu aja sih!” kesal Aden mengepalkan tangannya greget.

Petir menggeleng. “Ada yang mukul gue pake besi dari belakang, sialnya gue juga kehilangan keseimbangan, sorry.

It's oke, Bos. Tapi lo nggak kenapa-kenapa 'kan?” tanya Sopiyan mulai panik.

“Ya pasti kenapa-kenapa lah ege! 'kan Petir di pukul pake besi, bukan kapas!” sewot Rohman membantu Petir untuk masuk ke dalam markas dengan kaki yang sedikit pincang.

Ketika semua inti Derozscar sudah berkumpul di markas, mereka mendengar ada suara perempuan yang menangis di balik pintu.

“Huaa ... mau pulang!”

“Bos, di kamar lo ada kuntilanak nya apa gimana sih? Tadi gue denger ada yang gerasak-gerusuk. Sekarang gue denger ada alunan menangisnya,” ucap Nazar bergidik ngeri.

“Iya woy! Kirain cuma gue aja yang denger. Ternyata kalian juga, lo semua pada denger juga nggak?!” heboh Aden membuat mereka menganggukkan kepalanya kompak.

DEROZSCAR [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang