~ Andai kita bisa menyatu dalam sekali tarikan waktu. Mungkin aku adalah orang yang paling bahagia, karena mendapatkan sosok seperti dirimu. ~
- Petir Govanza Faxles -
Tiada hari tanpa mengintip. Akhirnya Lebyna mengakui akan hal itu, rutinitas setiap jam pelajarannya sudah berakhir. Berlari ke kelas lain yang di dalamnya terdapat Pria pujaan hatinya. Siapa lagi kalau bukan Pak Devon—Guru tetap SMA Gardenia yang mampu memporak-porandakan hati Lebyna.
“Istighfar, Na. Udah tau Pak Devon pawangnya Bu Aluna, masih aja dipepet-pepet.” Salwa menggeleng tidak habis pikir.
Lebyna memicingkan matanya sinis. “Selama janur kuning masih belum melengkung, jomblo masih halal untuk menikung!”
Akhirnya kata andalan itu terucap kembali dilipatan bibirnya. Salwa menghela napas panjang, sedangkan Hani hanya diam mengikuti, entahlah. Sepertinya Hani tidak ahli dalam bidang menasehati.
“Pertahankanlah, selagi bisa dipertahankan,” ucap Hani menyemangati Lebyna.
Salwa melotot, ia bersedekap dada. Tidak adakah yang mau membelanya? Muris sekali, Salwa hanya mampu memaki-maki kelakuan kedua sahabatnya di dalam hati.
Kring—.
Bel istirahat berbunyi nyaring, semua murid berbondong-bondong keluar dari kelasnya masing-masing. Lebyna mendesah pelan, gagal sudah rencananya untuk memandangi Devon yang tengah asik mengajari para murid-muridnya.
“Cepet banget sih, istirahatnya.” Lebyna mengerucutkan bibirnya kesal.
“Eh buset, orang kalau denger bel itu bersyukur! Pelajaran berakhir, berburu makan di kantin. Lah lo, malah uring-uringan nggak jelas.” Salwa merasa gemas dengan Lebyna yang dibutakan oleh kata cinta.
Beginilah kalau orang sudah terkena virus kasmaran. Waktu yang menurut para siswa membosankan pun malah dikata seperti berlian. Gelengan kepala dilakukan oleh Salwa beberapa kali.
“Lo mah nggak asik, ah. Makanya jatuh cinta. Biar lo juga ngerasain gimana rasanya memandangi pangeran yang selama ini lo dambakan, beuh bukan jantung aja yang berdebar, semua pikiranpun ikut melayang.” Lebyna menyatukan kedua tangannya, lalu meletakkannya tepat dipipi sebelah kanan. Membayangkan betapa indahnya kebersamaan Devon dan dirinya kala itu.
Salwa tertawa mengejek. “Mending kalau kata cintanya dibales, lah ini pelanga-pelongo kayak orang setres!”
Hani memukul punggung Salwa tertawa ngakak. “Lah iya, anjir haha!”
Lebyna merasa terpojokkan. “Nyebelin banget sih, kalian. Ini tuh namanya perjuangan! Lihat aja nanti, gue bakalan dapetin tuh Om Devon.”
Salwa menggelengkan kepalanya. “Udah, deh, Na. Terima nasib aja, udah untung jadi ponakannya juga.”
Lebyna menggeleng-gelengkan kepalanya beberapa kali. “Tapi gue masih cinta sama dia, gimana dong?”
“Moveon, Na. Moveon!”
Lebyna memutar bola matanya malas. “Lo enak tinggal ngomong doang, lah gue? Pemeran utamanya disini nyesek banget cok!”
“Andai kata lo berjuang mati-matian buat bobolin tuh pintu hatinya, kalau udah kekunci, lo bisa apa? Na. Ngedobrak aja lo nggak mampu, 'kan?”
Lebyna terdiam membisu oleh nasehat Salwa kepadanya, disatu sisi ia meyakini akan kenyataan pahit itu. Namun disisi lain ia belum bisa sepenuhnya merelakan Devon untuk siapapun. Termasuk Bu Aluna — Guru cantik yang mampu memikat hati Pamannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEROZSCAR [TERBIT]
Teen FictionRangkaian kisah antara Lebyna dan Petir yang dipertemukan dengan berbagai alur tak terduga. Mempunyai kepribadian yang sama persis, namun sudut pandang yang berbeda. Keduanya sama-sama pandai memendam kenyataan dalam suatu dendam. Kematian dua orang...