~ Mungkin kamu tak mengenal rasa rindu, yang ku alami semasa kita bertemu hari itu. ~
- Petir Govanza Faxles -
Petir menghela napas panjang, lirikan matanya tertuju pada ban belakang motornya yang terlihat kempes. Sial! Ia akan telat datang ke sekolah jika sudah begini caranya.
“Argh! Sialan. Handphone gue ketinggalan lagi,” keluh Petir memeriksa tas ranselnya yang terasa ringan saat di angkat ke udara.
Gerutuan kesal kembali ia lontarkan. Bodoh jika Petir hanya berdiam diri saja di tepi jalan, tanpa melakukan sesuatu. Tidak ada cara lain, selain mendorong motornya sampai ia menemukan bengkel yang bisa menangani motornya agar berjalan dengan lancar kembali.
“Kak Petir!” teriak seseorang dari arah berlawanan.
Petir mengernyit. Menatap bingung kepada Lebyna yang tengah lari menghampirinya, dengan helaan napas tak beraturan.
“Kenapa ngos-ngosan gitu? Latihan lari maraton?” tanya Petir basa-basi.
Lebyna mengambil napas dalam-dalam, sebelum bibirnya mengucapkan kalimat. “Gue ketinggalan angkutan umum. Tadinya mau nunggu di halte, tapi bus nya nggak dateng-dateng. Terus lihat lo lagi dorong motor, makanya gue samperin.”
“Mau gue bantuin?” tawar Lebyna memegangi stang motor tanpa ada kata persetujuan apapun dari sang pemilik.
“Nggak usah, biar gue sendiri aja." Tolak Petir, kembali melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda karena merespon lawan bicaranya.
Sesaat Lebyna bergumam tak jelas, hingga tangannya kembali memegangi stang motor. “Gue bantuin!”
“Kok lo maksa, sih!” kesal Petir tidak mengerti dengan perlakuan Lebyna saat ini.
Bukannya menyahut, Lebyna malah memasang wajah bingung. “Emang kenapa? Gue cuma mau bantuin dorong, apa salahnya?”
Petir melirik Lebyna sinis. “Lo mau nebeng 'kan sama gue? Ngaku deh lo, gue udah hafal trik-trik yang sering lo pake.”
Lebyna melotot dengan bibir setengah terbuka. “Seudzon, heh! Gue nggak ada niatan begitu. Ya udah sana, gue mau sekolah!”
Kakinya melangkah dengan perasaan kesal. Belum sempat menjauh, pergelangan tangannya ditahan dari belakang.
Lebyna menoleh. “Kenapa?”
“Becanda elah, baperan lo jadi cewek.”
Untuk kesekian kalinya Lebyna dibuat kesal oleh Petir. “Lo—.”
“Mau bantuin dorong motor gue 'kan? Ya udah, sini.” Petir menarik tangan kanan Lebyna, spontan gadis itu memundurkan langkahnya, hingga berdampingan dengan tubuh Petir.
Keduanya pun bekerja sama mendorong motor hingga tidak sadar waktu terus berputar, dan mereka sudah kehilangan satu jam pelajaran.
***
“Sampai kapan sih, kita di sini?” tanya Lebyna sudah bosan menunggu motor Petir yang tak kunjung beres.
Petir memasang wajah datar. “Sebentar lagi.”
“Sebentar aja terus. Emang Lo nggak nyadar? Ini udah siang banget! Bentar lagi juga bel istirahat.” Kesabaran Lebyna di ujung tanduk. Ketahuilah, ia sudah muak berada di bengkel. Bau oli, asap knalpot. Belum lagi alat-alat elektronik yang berserakan di sekitarnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/255882418-288-k965166.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
DEROZSCAR [TERBIT]
Подростковая литератураRangkaian kisah antara Lebyna dan Petir yang dipertemukan dengan berbagai alur tak terduga. Mempunyai kepribadian yang sama persis, namun sudut pandang yang berbeda. Keduanya sama-sama pandai memendam kenyataan dalam suatu dendam. Kematian dua orang...