~ Jika aku jadi panda, aku ingin menghiburmu sepanjang waktu kita bertemu. ~
- Lebyna Bahista Gentala -
Petir dilanda keresahan karena sedari tadi ia tak kunjung mendapati jejak Adiknya yang tiba-tiba hilang di dalam Mall, usai membeli boneka yang ia idam-idamkan sejak lama. Laki-laki itu berjalan mengitari Mall sehingga tatapannya tertuju kepada kedua perempuan yang tengah asik bercanda gurau.
“Nana!”
“Kak, Petir?!” pekik Medina tersentak kaget dengan kedatangan Petir yang tiba-tiba muncul di sampingnya.
“Kamu kemana aja? Kakak cariin dari tadi nggak ketemu-ketemu!” Marahnya tidak bisa terkontrol lagi.
Bukannya kesal, Medina malah cekikikan tertawa melihat ekspresi panik Kakaknya. “Kak Petir lebay deh, aku nggak kemana-mana, kok. Tadi kebelet pipis. Untung aja ada Kak Lebyna yang anter, jadi Nana nggak sendirian.”
Petir menoleh ke arah Lebyna yang tersenyum canggung. “Thanks.”
Lebyna berdehem pelan guna mengiyakan ucapan Petir barusan.
“Pipisnya udah 'kan? Belanjanya juga udah. Kita pulang, sekarang!”
Medina menggeleng cepat, berjalan pelan ke arah Lebyna bergelayut manja di tangannya. “Nggak mau! Nana mau makan dulu, bareng kak Byna.”
Petir melotot dengan gelengan kepala pelan. “Kita pulang, Na. Makan di rumah aja, yuk.”
Medina tetap kekeuh dengan pendiriannya yang tidak mau pulang sebelum makan bersama Lebyna. Gadis itu menatap manik mata Lebyna guna meluluhkan hatinya.
“Kak ...” rengek Medina kepada Lebyna, meminta pengertian darinya.
“Na, kita pulang! Makan di rumah!” tegas Petir menarik tangan Medina.
Lebyna secara kasar menepis tautan tangan Kakak beradik itu. “Lo bisa santai nggak sih?! Nggak usah pake narik-narik segala. Kasian Nana, tangannya kesakitan, tuh!”
Petir mengepalkan tangannya. “Jangan ikut campur urusan gue.”
“Gue nggak ikut campur urusan kalian. Tapi cara lo ngajak Medina pulang itu salah, kak.” Lebyna melirik Lebyna yang meringis kesakitan akibat tarikan dari Petir.
“Mana yang sakit?” tanya Lebyna lembut.
Medina menggeleng. “Nggak sakit, kok. Cuma nyut-nyutan doang.”
Lebyna menghela napas panjang, mendengar ucapan Medina yang kelewat polos. “Sini tangannya, biar kakak usapin.”
Medina menggeleng. “Nggak papa, kak.”
“Nggak papa gimna? Itu tangan kamu merah-merah.” Tanpa meminta persetujuan dari sang pemilik tangan. Lebyna langsung menariknya dengan tiupan bibir pelan.
Petir yang melihat interaksi keduanya hanya diam, tanpa berniat memisahkan. Medina yang melihat tatapan dalam dari kakaknya hanya bisa tersenyum simpul.
“Cie-cie ... kak Petir lihatin kak Byna sampe segitunya. Awas, kak. Ada lalat masuk ke mata ... hi ... hi ... hi ...” Jail Medina secara terang-terangan menggoda kakaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEROZSCAR [TERBIT]
Novela JuvenilRangkaian kisah antara Lebyna dan Petir yang dipertemukan dengan berbagai alur tak terduga. Mempunyai kepribadian yang sama persis, namun sudut pandang yang berbeda. Keduanya sama-sama pandai memendam kenyataan dalam suatu dendam. Kematian dua orang...