~ Cinta yang dilibatkan dengan hawa nafsu akan celaka di waktu-waktu tertentu. ~
- Aden Maulana Zargen -
Plak!
Aden melongo, menatap wajah merah padam pacarnya yang kini memaki-maki dirinya tanpa jeda. Belum lagi beberapa pukulan maut yang kini perempuan itu layangkan, bukannya Aden pengecut, tidak mau melawan pergerakan darinya. Tapi ia masih menghormati kedudukannya sebagai seorang perempuan yang patut untuk ia lindungi.
“Kamu kenapa, sih, Nes! Tiba-tiba nampar aku kayak gitu?!” bentak Aden tidak mengerti dengan sikap Anesya — pacar ke-empatnya.
Anesya mengusap jejak air mata yang mengalir di pipinya. “Ini apa? Maksud kamu apa, Den! Kamu selingkuh lagi?!”
Tentu saja Anesya marah. Mengetahui pacar yang ia idam-idamkan berselingkuh kembali, lebih parahnya berselingkuh dengan teman sebangkunya — Amerta.
Aden memutar bola matanya malas. “Cuma itu doang?”
Plak!
Anesya menampar Aden untuk yang kedua Kalinya. “Cuma gitu doang? Gila, ya, kamu!”
Aden menggaruk-garuk tengkuk lehernya. “Ya, terus, kamu mau apa? Putus?”
Anesya menghentak-hentakan kakinya kesal. Penewaran putus yang kian Aden lontarkan bagaikan tawaran mengajaknya jajan dikantin, begitu mulus tanpa adanya beban yang menghalangi.
“Kamu tuh, jadi cowok peka dikit, dong! Au ah kesel. Terserah kamu mau putus apa nggak, aku capek!” Pasrahnya berjalan meninggalkan Aden yang berdiri diambang pintu kelasnya dengan eskpresi datar.
“Lah?” Aden menggeleng, tidak mengerti dengan yang namanya perempuan.
Kakinya melangkah, memasuki kelasnya kembali. Lalu duduk disebelah Petir.
“Kenapa lagi tuh, cewek lo?” tanya Rohman menoleh kesamping kanan, tempat Aden duduk.
Aden mengedikkan bahunya acuh. “Biasalah, ngadepin cewek serba salah.”
Pluk!
Sebuah penghapus bor Nazar layangkan hingga mengenai kepalanya. Untung empuk, kalau tidak, mungkin Aden sudah tewas dengan tragedi konyolnya.
“Ya, bukan ceweknya yang salah, sih, menurut gue. Lo jadi cowoknya juga serbaguna.”
“Lo kira gue tepung tapioka?!” Aden melotot tidak terima atas tuduhan Nazar kepadanya.
“Lah, kok sewot?” balas Nazar mengernyit heran.
Aden bersedekap dada, tidak berminat untuk melanjutkan permasalahannya. Cukup otaknya saja yang setres. Jangan semuanya.
Memegangi kepalanya yang terasa sempoyongan, Aden teringat akan sesuatu. “Woy! Gue lupa infoin sama kalian!”
Mendengar suara heboh Aden, Petir menoleh ke arahnya. “Info apa?”
“Geng Aftager. Katanya mereka comeback kemarin gue denger mereka ngehadang SMA Patimura. Tempat sekolahnya sodara gue, lo semua pada tau nggak?”
KAMU SEDANG MEMBACA
DEROZSCAR [TERBIT]
Fiksi RemajaRangkaian kisah antara Lebyna dan Petir yang dipertemukan dengan berbagai alur tak terduga. Mempunyai kepribadian yang sama persis, namun sudut pandang yang berbeda. Keduanya sama-sama pandai memendam kenyataan dalam suatu dendam. Kematian dua orang...