~ Akhirnya aku menemukan titik cerah yang aku cari selama ini. Dirimu, sang cahaya hatiku. ~
- Petir Govanza Faxles -
Terulang kembali. Lebyna tidak mempunyai efek jera, meski sudah mendapatkan hukuman akibat melanggar peraturan sekolah berkali-kali. Tidur di dalam kelas adalah hal biasa untuk para murid yang proaktif dalam bidang pergadangan. Begadang? Tentu, Lebyna masih galau mengenai insiden kemarin.
Jika dipikir-pikir ia hanya mencari penyakit, lewat penyakit yang ada. Bodohnya, jika Lebyna melupakan cintanya maka hidup akan terasa nyaman dan damai, pikir Salwa. Yang kini duduk bersebelahan dengannya.
“Lebyna, bangun!”
Tak kunjung bereaksi. Lebyna masih menikmati alam bawah sadarnya. Bu Neti menghela napas panjang, beralih menatap Salwa yang kini menggaruk-garuk tengkuk lehernya, bingung mau berbuat apa.
“Sejak kapan dia tidur?” tanya Bu Neti kepada Salwa yang notabenenya sohib sebangku.
“Emmm ... A-anu Bu, baru satu jam, kok.”
“Hah! Satu jam?!”
Salwa tersentak, langsung menganggukkan kepalanya beberapa kali. “I-iya Bu.”
“Berarti dia tidak mencatat materi sedari tadi?” Bu Neti berkacak pinggang. Bersiap membangunkan Lebyna dengan tenaga ekstra.
Salwa menggeleng. “Iya, Bu. Tapi jangan dibangunin sekarang, Bu. Kasihan Lebyna, keliatan ngantuk banget.”
Bu Neti mengernyit heran. “Suruh siapa begadang?”
“Ya nggak ada yang nyuruh, sih, Bu. Tapi 'kan sebagai solidaritas tanpa batas Salwa mewakili hati yang tersakiti ini,” ucapnya sambil menunjuk ke arah Lebyna yang kini mendengkur dalam tidurnya.
Bu Neti menggeleng-gelengkan kepalanya. “Tidak ada alasan. Bangunkan!”
“Tapi Bu—.”
“Mau kamu yang membangunkan atau Ibu sendiri yang membangunkannya?!”
“Aa iya-iya. Aduh, Ibu. Marah-marah mulu, cepet tua loh, Bu.”
“Kamu ngeledek ibu?!” sentak Bu Neti berkacak pinggang.
Salwa menggeleng cepat. “E-nggak, Bu. Enggak ...”
Tidak mau mendapatkan amukan Bu Neti, akhirnya Salwa membangunkan Lebyna walau gadis itu membalasnya dengan lenguhan saja.
“Na, bangun!” Salwa menggoyang-goyangkan punggung Lebyna, membuat gadis itu terganggu akan kenikmatan alam mimpinya.
“Hoamm ... Apaansih?! Gue masih ngantuk!” kesal Lebyna belum sepenuhnya sadar.
“I-itu, Na. Itu ...” Salwa tampak ragu memberitahukan Lebyna, jika Bu Neti berada di belakangnya saat ini.
“Itu-itu apaan sih?!” Lebyna duduk tegak. Menoleh ke samping, mendapatkan Bu Neti yang tersenyum tipis ke arahnya.
Lebyna membalas senyuman itu tak kalah tipisnya. Begitukah, cara menukar senyuman saat kedua perempuan jutek itu, dipersatukan dalam ruangan yang ramai ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
DEROZSCAR [TERBIT]
Fiksi RemajaRangkaian kisah antara Lebyna dan Petir yang dipertemukan dengan berbagai alur tak terduga. Mempunyai kepribadian yang sama persis, namun sudut pandang yang berbeda. Keduanya sama-sama pandai memendam kenyataan dalam suatu dendam. Kematian dua orang...