Happy Reading❤
¤¤¤¤Syella tersadar, ia melihat jam dinding yang menunjukkan pukul 5 sore, dua jam ia tidak sadarkan diri. Posisinya masih tetap diatas lantai dengan keadaan acak-acakan.
Syella menepuk dahinya, Syella lupa bahwa ia mempunyai janji pada teman-temannya hari ini, apa mereka sempat kesini, pikirnya.
Dengan segera Syella bangkit dari tempatnya lalu mencari benda pipih, ia membuka chat paling atas, dari Ana.
Ana Laurencia.
Syel, sory gue sama yang lainnya gak bisa kerumah lo sekarang.Syella Luvena.
Iya gak papa kok.Syella bernafas lega, setidaknya temannya tidak tau akan keadaannya.
Syella berjalan gontai menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya, mungkin kali ini Syella akan pergi ke dokter untuk menanyakan perkembangan penyakitnya.
Ia memakai pakaian simple, setelahnya ia menuruni tangga, sepi, yap rumah Syella sepi. Jangan tanyakan soal Dian, sudah pasti ia berangkat lagi. Syella berjalan cepat, ia menaiki taxi yang sudah ia pesan.
"Dokter Raditnya ada?" tanya Syella pada salah satu resepsionis.
"Sekarang dokter Radit ada diruangannya."
"Baiklah terimakasih."
Dengan perlahan Syella membuka pintu ruangan Radit.
"Assalamu'alaikum pak dokter," Syella tersenyum mendapati Radit yang menoleh kearahnya.
"Syella, kamu kemana aja gak pernah kesini hah!" ucap Radit menatap Syella khawatir.
Radit Veones, seorang dokter muda, umurnya hanya terpaut 4 tahun dari Syella. Radit mengenal betul Syella, tentang kondisinya, dan juga keluarganya. Ia sudah menganggap Syella sebagai adiknya sendiri.
"Syella bosen liat muka kak Radit terus, makanya Syella jarang kesini," Syella tersenyum lebar menunjukka gigi putihnya, sedangkan Radit hanya menatapnya datar.
"Kamu tau kan penyakit kamu itu udah parah, kakak mohon kamu mau ya kemo," Radit menatap Syella penuh harap, Syella mengalihkan pandangannya ia tidak kuat melihatnya.
"Kakak tau keputusan Syella kan, Syella gak mau kemo kak, lagian apa gunanya kemo?"
Radit menghembuskan nafas gausar lalu kembali menatap Syella, "Kemo penting Syel, dengan melakukan kemo kamu masih ada peluang untuk sembuh."
"Kemoterapi hanya bisa memperlambat kankernya menyebar kak, tapi gak bisa untuk menyembuhkan, aku gak mau semua orang tau penyakit Syella dari efek kemo kak."
Syella menghembuskan nafas pelan, ia tersenyum lalu melanjutkan kalimatnya, "Syella baik-baik aja kok, lagian cepat atau lambat semua orang pasti akan mengalami kematian, semua udah takdir kak."
"Kamu ngomong apa sih! Kakak gak mau kehilangan kamu! Penyakit kamu pasti sembuh!" Radit menatap Syella dengan mata memerah menahan amarah ketika mendengar kalimat yang barusaja diucapkan Syella.
"Kakak tenang aja, selagi tuhan masih mengijinkan aku hidup, pasti aku akan tetap hidup."
"Syel, kamu harus yakin penyakit kamu bisa sembuh!"
"Leukimia susah disembuhin kak, lagian Syella gak papa kok selama kak Radit yang ngerawat Syella," ucap Syella dengan senyum yang mengembang.
"Kakak harap kamu pikirin lagi apa yang kakak bilang, kakak tau kamu gadis yang kuat," Radit memeluk erat Syella seolah takut kehilangan.
"Kamu pasti sembuh," ucap Radit lirih dalam pelukan Syella, sedangkan Syella ia hanya tersenyum, ya ia berharap juga sama.
Syella melepas pelukannya, "Makasih ya kak udah mau ngerawat Syella," ucapnya tersenyum tulus.
"Hm, kakak udah capek-capek ngerawat kamu, berati kamu harus sembuh!"
Syella tak bisa menjawabnya, ia hanya membalas dengan senyuman, tunggu saja jika tuhan mengijinkannya pasti ia akan sembuh.
"Syella harap kakak mau merahasiakan semuanya."
Radit menatap Syella sebentar, "Iya."
"Yaudah Syella pamit pulang dulu ya kak," pamit Syella.
"Yaudah kamu hati-hati, sering-sering kesini!"
"Siap!"
Syella melangkahkan kaki keluar ruangan Radit, Syella menghela nafas sejenak ia berharap semoga tuhan memberikannya umur panjang setidaknya sampai urusannya di dunia ini selesai.
Syella berlalu pergi, menaiki taxi yang sudah ia pesan menuju rumahnya.
🍃
Saat ini Syella tengah termenung di kamarnya, banyak hal yang ia pikirkan. Ia juga memikirkan sikap Arya yang seolah tak peduli terhadapnya. Bukankah baru kemarin ia jadian lalu sekarang ia sudah diacuhkan.
"Huft, tenang Syella positif thinking aja, mungkin kak Arya udah gak suka sama kamu," monolognya sendiri.
"Eh, itukan negatif thinking!" lihatlah Syella seperti orang gila sekarang, yang berbicara sendiri.
"Udahlah capek mending tidur aja."
Syella memutuskan untuk pergi tidur, ia tidak ingin memikirkan banyak hal sekarang yang membuat kepalanya tambah pusing.
Saat ini Syella berada di suatu tempat yang sangat indah, banyak bunga bermekaran disekitarnya.
"Kak Syelli?" Syella berucap ketika melihat sosok yang terlihat mirip dengan kakaknya.
"Hai Syella," Syelli tersenyum melihat adiknya.
"Syella kangen kak Syelli," Syella memeluk sosok Syelli begitu erat seakan tak mau kehilangannya lagi.
"Kakak juga kangen kamu," Syelli tersenyum manis.
"Kak, Syella mau disini sama kakak."
"Suatu saat kamu akan disini Syella, tapi sekarang belum waktunya," Syelli mengusap surai hitam adiknya.
"Kenapa kak? Syella mau sama kakak aja, disana gak ada yang sayang sama Syella, mama sama papa nyalahin Syella atas kepergian kakak, kenapa kakak pergi?" Syella terisak.
"Kamu tahu? Banyak orang yang masih sayang sama kamu."
"Nanti kakak jemput kalau memang udah waktunya, jangan lukain diri sendiri. Kakak sayang Syella."
Perlahan sosok itu menghilang, hanya cahaya putih yang Syella lihat setelahnya.
"Kak Syelli!" Syella melihat sekelilingnya, ternyata itu semua hanya mimpi.
"Kak Syelli, kenapa kakak gak ajak Syella?" ucap Syella dan mulai terisak pelan.
Syella melihat jam dinding yang ternyata masih menunjukkan jam 12 malam. Ia memutuskan untuk melanjutkan tidurnya, ia harus punya tenaga bukan? Untuk menghadapi hari esok. Setidaknya ia harus punya tenaga untuk berpura-pura tersenyum.
🍰TBC🍰
863 work.
Vote dan komen...
See You🍃Sabtu, 13 Februari 2021🍃
KAMU SEDANG MEMBACA
Sofferenza [END]
Teen Fiction[Follow dulu sebelum membaca🤗] Jika keluarga berpotensi menorehkan luka, lantas apa gunanya rumah yang kalian sebut sebagai tempat berbagi suka duka? ____________ Sofferenza dalam bahasa Italia yang memiliki arti penderitaan. Penasaran sama cerita...