Happy Reading❤
¤¤¤¤"Kak Diego?"
"Syella, ayo."
Saat Syella hendak menaiki motor Diego, ia melihat Arya yang juga menatapnya. Tatapan Syella beralih pada kedua tangan Arya dan Iren yang saling bertautan. Syella tersenyum miris. "Ayo kak jalan aja."
"Oke." Diego melajukan motornya keluar gerbang, banyak siswa atau siswi yang menatap kearahnya.
"Syel, Iren emang siapanya Arya?" Diego bertanya dengan suara agak keras, karena mereka sedang di jalan.
"Hah? Apa kak?"
"Iren siapanya Arya?" ulang Diego.
"Iya," jawab Syella asal. Diego menggelengkan kepalanya dan tersenyum.
"Sampai, turun." Syella mengangguk, melihat cafe di depannya yang cukup besar.
"Ayo masuk." Diego menggenggam tangan Syella lembut.
"Lo kerja mulai pulang sekolah sampai jam enam ya?"
"Siap."
"Oh iya nanti lo kerjanya diajarin dia." Diego meninggalkan Syella.
"Hai, aku Mita," sapa seorang pelayan, mungkin dia yang dimaksud Diego.
"Hai, aku Syella." Syella membalas uluran tangan dari Mita.
"Yaudah, nanti kalau ada pengunjung kamu yang layanin ya." Syella mengangguk mengerti.
Syella mengerjakan pekerjaannya dengan senang. Meskipun ia hanya bekerja sebagai pelayan, setidaknya ia masih mendapat pekerjaan yang halal.
"Kamu anterin pesanan ini ke meja nomor tiga ya." Syella membawa nampan tersebut ke meja nomor tiga, dimana ada sepasang kekasih. Ah Syella jadi iri melihatnya, pasangan tersebut nampak cocok, meski Syella tak dapat melihat wajahnya.
"Silahkan dinikmati," ucap Syella tersenyum ramah.
Kedua sepasang kekasih itu mendongak membuat senyuman di bibir Syella luntur. "Kak Arya? Iren?"
Huh ternyata pasangan yang menurutnya serasi adalah kekasihnya sendiri.
"Loh Syella? Kamu kerja sebagai pelayan?" tanya Iren menekankan kata pelayan.
Syella mengangguk. "Iya."
"Yaudah aku pergi dulu, selamat menikmati." Syella menatap Arya sekejap, lalu melangkah pergi. Sedangkan Arya hanya menatapnya tanpa minat.
"Ar, emang Syella mulai kapan kerja disini?" Arya mengangkat bahunya acuh. Tak mau memikirkan yang menurutnya tidak penting.
"Pulang?" Arya bertanya pada Iren saat selesai makan. Iren mengangguk, setelah membayar mereka meninggalkan cafe.
"Tadi siapa kamu Syel?" tanya Mita.
Syella terdiam, tak tau mau menjawab apa. "Te-teman."
Mita menganggukkan kepalanya percaya lalu memulai pekerjaannya kembali.
Hari menjelang sore, semua pekerja di cafe sudah ada beberapa yang pulang, karena bergantian staf.
"Syel, aku duluan ya," ucap Mita.
"Iya." Syella tersenyum. Mungkin ia akan berjalan kaki saja untuk menghemat uang.
"Syella, mau gue anter?" tanya Diego yang baru sampai dengan motornya.
"Dia sama gue." Suara bariton membuat Syella dan Diego menoleh.
"Kak Arya?" Syella menatap Arya tak percaya. Sejak kapan dia ada disitu?
"Pulang," ucapnya tegas.
"I-iya," ucap Syella lalu menoleh ke arah Diego. "Kak aku duluan ya."
Diego menganggukkan kepalanya sekilas. Syella dengan cepat menaiki motor Arya. Arya melajukannya di atas rata-rata hingga refleks Syella memeluknya.
Motor Arya berhenti, yang membuat Syella bingung adalah Arya memberhentikannya bukan dirumahnya.
"Turun." Suara Arya terdengar datar di wajahnya pun tak ada ekspresi sama sekali.
"Kenapa kak?" tanya Syella setelah turun.
"Enak berduaan sama cowok lain?"
Syella mengerutkan alisnya tak mengerti. "Maksudnya?"
"Gausah pura-pura bego." Syella semakin dibuat bingung oleh perkataan Arya.
"Enak pelukannya?" Arya menunjukkan sebuah foto. Syella membelakkan matanya, itu foto dimana dirinya sedang berpelukan dengan Diego.
Syella menggeleng. "Kak itu gak seperti yang kakak pikirin."
Arya tersenyum miring. "Gue gak bodoh, jelas-jelas itu lo! Lo murahan juga ya."
Syella ingin mengelak namun perkataannya terhenti kala mendengar kalimat terakhir yang diucapkan Arya.
"Diem kan lo! Berati itu bener, gue udah pernah bilang sebelumnya, jangan deketin cowok lain selama lo masih pacar gue!" Arya menaiki motornya lalu melajukannya, meninggalkan Syella sendiri yang masih menahan air matanya agar tidak runtuh.
Ia merasakan sesuatu yang mengalir di hidungnya. Darah! Kepalanya mulai terasa berat, pandangannya perlahan mengabur. Syella tersenyum sebelum akhirnya matanya terpejam.
▪▪▪▪
Syella mengerjapkan matanya guna menyesuaikan cahaya. Perlahan tangannya menyentuh kepalanya yang masih terasa pusing. Sepertinya ia mengenal ruangan ini, rumah sakit. Tapi siapa yang membawanya?
Pintu terbuka membuat Syella mengarahkan pandangannya menatap pintu.
"Udah bangun?" Syella mengangguk. Sepertinya lagi-lagi Diego lah yang membantunya.
"Makasih."
"Hm." Diego menatap Syella lekat. "Gue mau nanya sama lo, tapi lo harus jawab jujur."
Syella dengan ragu akhirnya mengangguk.
"Lo punya penyakit leukimia stadium 4?" tanya Diego berharap itu tidak benar.
Syella membelakkan matanya. "Kak Diego cenayang?"
Jawaban Syella membuat harapan Diego runtuh, berarti apa yang ia ucapkan benar buakan. Diego menyugar rambutnya ke belakang.
"Kenapa lo gak bilang?!"
"Buat apa? Aku gak mau dikasihani."
"Lo selama ini gak pernah kemoterapi?" Syella mengangguk.
"Lo gila!" Diego menatap Syella tajam.
"Buat apa kemoterapi? Lagian kanker aku udah menyebar kok, tinggal nunggu bentar lagi."
"Maksud lo apa hah?!"
"Udahlah kak, gausah pikirin aku, percaya aja hidup dan mati ada ditangan tuhan."
"Lo besok ikut kemo! Atau kalau enggak, gue sebarin tentang penyakit lo."
Syella menggeleng keras. "I-iya yaudah besok aku ikut kemo!"
"Good." Diego mengacak rambut Syella.
"Tapi sekarang anterin aku pulang, nanti mama nyariin."
"Gak, lo harus dirawa--"
"Anterin aku pulang sekarang atau besok aku gak ikut kemo?"
"Ck, keras kepala, yaudah ayo pulang."
🍰TBC🍰
818 work.🌟&💬
See You🍃
Sabtu, 27 Februari 2021🍃
Salam dari,
hrlnmnca~
KAMU SEDANG MEMBACA
Sofferenza [END]
Teen Fiction[Follow dulu sebelum membaca🤗] Jika keluarga berpotensi menorehkan luka, lantas apa gunanya rumah yang kalian sebut sebagai tempat berbagi suka duka? ____________ Sofferenza dalam bahasa Italia yang memiliki arti penderitaan. Penasaran sama cerita...