Part 34🌼

14.1K 794 4
                                    

Happy Reading❤
¤¤¤¤

"Halo?"

"Kenapa?"

"Kak Arya bisa kesini aku demam, bisa anterin aku ke rumah sakit?"

"Sorry, gue gak bisa."

"Kenapa?"

"Iren sekarang di rumah gue, maagnya kambuh. Lagian lo pasti cuma demam biasa kan? Kompres aja nanti juga sembuh, gausah manja."

"O-oh okey."

Syella menghela nafasnya, demamnya cukup tinggi, bukan seperti yang Arya kira. Bahkan saat ingin ke dapur untuk mengambil air, Syella urungkan karena kepalanya terasa sangat sakit. Untuk itu Syella memutuskan untuk tidur, siapa tau demamnya bisa berkurang.

Wajah Syella pucat pasi, tubuhnya terasa dingin meskipun sudah dibalut dengan selimut yang tebal, ia meringkuk diatas tempat tidur.

Keadaan rumahnya sepi, bahkan hanya ia sendiri. Orang tuanya pergi untuk mengurus pekerjaan dan baru bisa kembali besok. Sedangkan Iren, ia sedang bersama Arya. Sudahlah ia benar-benar sendiri.

Syella memejamkan matanya tapi tetap saja ia tidak bisa tertidur, matanya terasa panas saat terpejam. Syella mencoba menegakkan tubuhnya.

Syella menggapai ponselnya, menghubungi seseorang yang mungkin bisa membantunya.

"Halo?"

"Kenapa Syel?"

"A-aku boleh minta anter--"

"Sory ini gue Ana, Audy lagi main sama gue lo jangan ganggu."

"Ooh yaudah."

Tak adakah yang mengkhawatirkannya, bahkan Syella tadi pagi tidak bersekolah tanpa izin. Tak adakah yang mau bertanya tentang keadaannya?

Syella menatap lurus pada dinding kamarnya. Ia lelah, tapi matanya tak mau untuk dipejamkan. Syella menjambak rambutnya, lalu memukul kepalanya berkali-kali. Selfharm-nya kambuh lagi.

"Argh!" Syella merasakan kepalanya bertambah pusing, ia meraba laci lalu mengambil sebuah obat dan meminumnya, tak lama matanya terasa berat dan akhirnya ia pun tertidur.

▪▪▪▪

Disisi lain seorang laki-laki menatap ponselnya datar, ada sedikit rasa kasihan pada gadis yang barusaja menelfonnya.

"Kak Arya, ayo jalan-jalan."

Ya, laki-laki itu Arya, ia berbohong tentang Iren yang sakit, bahkan sekarang Iren terlihat baik-baik saja. Mereka juga bukan berada dirumah Arya, melainkan mall. Lagi pula Arya tak bisa meninggalkan Iren sendiri, meskipun hanya sebentar.

"Kak Arya." Iren menepuk bahu Arya membuat Arya tersadar dari lamunannya.

"Kenapa?"

"Ayo jalan-jalan lagi."

"Pulang aja ya, besok lagi." Arya berusaha membujuk Iren yang keras kepala.

"Gak mau!"

Arya menghembuskan nafasnya. "Yaudah ayo."

Senyum Iren mengembang dengan segera gadis itu menarik tangan Arya agar mengikutinya untuk berkeliling mall.

"Kak Arya kenapa diem aja sih?" tanya Iren memberenggut sebal.

"Gak pa-pa." Arya kembali melangkahkan kakinya dengan Iren yang berada disampingnya, tak ayal banyak orang yang memuji kecocokan mereka.

Arya mencoba menghilangkan pikirannya tentang Syella, berusaha agar tetap fokus pada Iren. Karena Iren prioritasnya.

▪▪▪▪

"Ikut gue."

"Kemana?"

"Udahlah ayo."

"Lo mau nyari Syella? Palingan juga dia dirumahnya. Lagian kenapa sih lo kayak khawatir banget gitu pas tau Syella gak masuk?"

"Ya.. ya karena dia adek kelas gue."

Dimas tertawa. "Adek kelas lo banyak, kenapa khawatirnya sama Syella doang?"

Diego menggaruk belakang tenguknya. "Udah deh, banyak tanya lo kek Dora!"

"Halah bilang aja lo suka sama Syella, gitu doang susah amat!" Dimas menjitak kepala Diego pelan.

"Siapa yang suka?!"

"Terserah lo," ucap Dimas, memutar bola matanya.

"Ayo!"

Dimas menggeram, tak taukah Diego bahwa Dimas sudah terlanjur nyaman ditempatnya. "Kenapa gak lo telfon aja sih?"

"Udah! Handphonenya mati, udahlah gue pergi sendiri aja, tai lo!" Diego melangkah pergi meninggalkan Dimas yang tertawa.

Diego mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi, ia benar-benar khawatir. Ia sudah berjanji akan menjaga Syella bukan? Ya sebisa mungkin ia akan menepatinya.

Diego tak mengindahkan pengendara lain yang memakinya, pikirannya hanya tertuju pada Syella, apakah gadis itu baik-baik saja? Ia semakin khawatir kala mengingat cerita Radit tentang keluarga Syella yang berperilaku kasar pada Syella.

Tok tok tok.

"Assalamualaikum, permisi."

"Syella?" Diego mengetuk pintu rumah Syella berharap ada yang membukanya.

"Syel--"

Pintu rumah itu terbuka, menampakkan seorang gadis dengan wajah yang pucat.

"Waalaikumsalam, Kak Diego?" Syella berucap lirih, keadaannya lumayan lebih baik setelah tertidur.

"Syel, lo gak pa-pa? Kok lo gak masuk sekolah? Wajah lo pucet banget, kita ke rumah sakit ya?" Syella tersenyum, ternyata masih ada yang perhatian padanya.

"Syella udah gak pa-pa kok, Kak Diego maaf ya gak ngajak masuk, soalnya gak ada siapa-siapa didalem," ucap Syella, Diego mengangguk mengerti.

Mereka duduk di taman yang ada dihalaman rumah Syella.

"Lo beneran gak pa-pa?" tanya Diego memastikan.

"Iya." Syella tersenyum.

"Lo udah makan?" Syella terdiam membuat Diego mengangguk paham.

"Mau makan? Gue beliin ya?"

Syella menggeleng. "Gak usah."

"Tapi gue mau, udah kamu mau makan apa?" tanya Diego.

"Kamu?"

"Eh siapa yang bilang kamu? Enggak kok lo salah denger kali." Diego merutuki bibirnya dalam hati.

"Iya mungkin, yaudah aku mau makan seblak!" Syella berucap tegas namun dengan mata sayu.

"Oke bubur, lo tunggu dulu." Diego melangkah pergi meninggalkan Syella yang menatapnya heran.

"Kan aku mintanya seblak? Kok jadi bubur?" Syella terus menatap punggung Diego yang sudah mulai menghilang. Tak mau terlalu memikirkan itu Syella mengangkat bahunya lalu memasuki rumahnya, ia akan menunggu Diego diruang tamu.



🍰TBC🍰

811 work.

Follow, vote, dan komen.

See You🍃

Minggu, 07 Maret 2021🍃

Salam dari,
hrlnmnca~

Sofferenza [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang