Happy Reading❤
¤¤¤¤Pagi ini Syella tak ingin terlalu berharap pada Arya, ia memutuskan untuk berjalan kaki. Untuk apa ia menunggunya? Sedangkan Arya melupakannya dan memilih menjemput Iren.
"Huft, pokoknya sekarang aku gak boleh telat!" Syella mulai melangkahkan kakinya.
Syella berjalan memasuki gerbang, banyak pasang mata yang melihat kearahnya tak sedikit juga yang menyapanya namun hanya ia balas dengan senyuman.
"Eh kok Iren duduk disini?" tanya Syella saat Iren duduk di bangkunya bersama Ana sedangkan Audy bersama Sabrina. Lalu dirinya?
"Gue pengen duduk bareng Iren, terus Sabrina juga pengen duduk sama Audy. Lo gak pa-pa kan duduk sendiri di belakang?"
Syella menatapnya sekejap lalu tersenyum. "Iya gak pa-pa kok." Syella meninggalkan mereka dan menuju bangkunya.
"Sepi banget." Syella mengeluarkan buku beserta alat tulisnya. Ia mulai mencoret-coret bukunya di bagian belakang untuk menghilangkan rasa bosannya.
Bu Eva memasuki kelas membuat kelas yang sebelumnya ramai menjadi hening. "Loh Syella? Kamu kenapa duduk di belakang?"
"Katanya Syella pengen duduk di belakang bu," ucap Ana membuat bu Eva menganggukkan kepalanya.
"Baiklah, mari kita mulai pelajaran hari ini."
▪▪▪▪
"Arya ikut gue!" Adit menarik tangan Arya namun sang empunya tak bergerak sedikitpun.
"Kemana?"
"Bolos, gue mau ngomong sama lo!"
"Gak, gue pengen ikut pelajaran hari ini."
"Tumben lo? Biasanya juga bolos."
"Gue bolos tapi tetep pinter, sedangkan lo?" Arya menatap Adit malas.
"Anjir omongannya nusuk ke jantung tembus ke ginjal."
"Alay," ucap Eza.
"Udahlah Ar bolos aja, lagian sekarang pelajarannya bu Siti males gue."
"Hm." Arya meninggalkan kelas terlebih dahulu diikuti ketiga temannya yang bersorak ria.
Mereka melangkah menuju kantin yang sepi, lalu duduk di bangku paling pojok.
"Mau ngomong apaan?"
"Lo kenapa belain upil babi itu dari pada pacar lo, lo masih suka sama dia?"
"Dia punya nama!" ucap Arya penuh penekanan.
"Biarin aja sih, suka-suka gue."
"Udah lah Dit, lo mah sukanya mancing emosi mulu." Vino menyenggol lengan Adit.
"Udah mendingan kita pesen makan, gue laper nih!" ujar Eza.
Eza langsung memesan makanan, saat makanannya sudah datang ia melahapnya hingga tandas tak tersisa.
"Lo gak makan berapa tahun?" tanya Vino.
"Berapa tahun ya? Gue lupa."
Arya hanya melirik mereka malas.
"Heh kalian! Kenapa bolos!" gertak pak Joni.
"Eh pak Joni, udah masuk pak?" tanya Eza. Pasalnya pak Joni tengah ijin selama beberapa hari.
"Kalau saya gak masuk terua yang kamu lihat siapa? Arwahnya?!"
"Mungkin aja," ucap Eza pelan agar tak terdengar pak Joni.
"Kalian lari keliling lapangan sepuluh kali! Jangan coba-coba kabur!
"Baik pak."
Mereka menuju kearah lapangan dan mulai mengelilinginya. Keringat membasahi tubuh mereka, banyak pasang mata yang menatapnya kagum terutama para perempuan. Adit tak menyia-nyiakan hal itu, ia mulai menebarkan pesona.
"Adit kek tai, lo mah masih aja tebar-tebar pesona!" ujar Eza yang masih menetralkan nafasnya setelah berlari sepuluh putaran.
"Biarin aja, kali aja ada yang nyantol lagi." Adit tertawa hambar.
"Yee lo mah! Gue bilangin Sabrina tau rasa," ujar Vino.
"Tau lo, Sabrina lo gantung?" tanya Eza.
"Gue takut gak di terima anjir!"
"Playboy takut!" ledek Vino dan Eza.
"Arya buat kamu," ucap dua orang masing-masing menyodorkan sebotol minuman.
Arya menatap mereka satu-persatu sebelum mengambil salah satunya. "Makasih."
Syella menatap air minumnya yang tak diterima. Arya memilih air minum yang Iren berikan membuat Iren tersenyum puas.
Syella tersenyum. "Kak Arya nanti bisa ante--"
"Arya nanti jadi kan anterin aku ke toko buku?" tanya Iren memotong perkataan Syella.
Arya mengangguk sekilas. Ia tak menghiraukan perkataan Syella sebelumnya. Lalu ia membawa Iren pergi bersamanya membuat Iren lagi-lagi tersenyum puas.
"Buat gue aja Syel." Eza mengambil air yang masih berada di tangan Syella.
"Gak pa-pa kan?" tanya Eza. Syella tersenyum lalu mengangguk.
"Iya kak, yaudah aku duluan." Syella melangkah menjauh.
"Gue kalau jadi Syella kayaknya nyesek banget," ucap Adit menatap punggung Syella yang semakin menjauh.
"Iya, Arya juga goblok banget masih aja percaya sama si nenek lampir itu!" ujar Eza membuat keduanya mengangguk setuju.
"Udahlah gue tikung aja," ucap Adit ngawur.
"Hm. Boleh-boleh."
"Udah-udah gausah ngawur."
▪▪▪▪
Syella termenung di taman, mungkin ini akan menjadi tempat favoritnya karena bisa membuatnya tenang. Syella memutuskan untuk tidak pergi ke kantin kali ini, ia tak mau ada hal-hal yang terjadi lagi.
"Dor!!"
"Kak Diego!" Diego tertawa melihat wajah terkejut Syella yang menurutnya begitu lucu.
"Sory-sory, lo gak ke kantin?"
"Enggak."
"Kenapa?"
"Gak pa-pa males aja."
Diego mengangguk percaya. "Nanti lo jadi kerja?"
"Jadi-jadi, nanti pulang sekolah aku langsung kesana."
"Gue anter."
"Eh? Emang gak pa-pa?"
"Iya, nanti gue tunggu lo di parkiran."
"Oke kak."
"Yaudah aku ke kelas dulu, kak Diego juga, jangan bolos."
Diego mengangguk patuh. "Iya-iya, yaudah hus-hus."
"Dih ngusir."
"Bukan ngusir, udah cepetan ntar lo telat."
Setelah Syella benar-benar pergi, Diego menghela nafasnya.
"Lo terlalu baik."
🍰TBC🍰
803 work.
Jangan lupa vote🌟 & komen💬.
See You🍃
Jum'at, 26 Februari 2021🍃
Salam dari,
hrlnmnca~
KAMU SEDANG MEMBACA
Sofferenza [END]
Teen Fiction[Follow dulu sebelum membaca🤗] Jika keluarga berpotensi menorehkan luka, lantas apa gunanya rumah yang kalian sebut sebagai tempat berbagi suka duka? ____________ Sofferenza dalam bahasa Italia yang memiliki arti penderitaan. Penasaran sama cerita...