Part 52🌼

43.1K 1.5K 196
                                    

Happy Reading❤

¤¤¤¤

Sesuai janji Diego kemarin, kini mereka sedang menunggu Diego di depan gerbang sekolah. Ana memegang kue ulang tahun yang baru ia beli. Dengan senyuman dibibirnya, Ana benar-benar tidak sabar bertemu gadis itu, begitu juga yang lainnya.

"Ayo," ucap Diego yang baru keluar, laki-laki itu sudah siap diatas motornya.

Ana serta kedua temannya memasuki mobil yang Sabrina bawa. Sedangkan para laki-laki mereka membawa motor sendiri-sendiri.

Diego melajukan motornya terlebih dahulu lalu diikuti mobil Sabrina, kemudian para laki-laki di belakang.

"Tunggu-tunggu, ini kita mau kemana sih?" tanya Ana bingung, pasalnya jalanan yang mereka lewati seperti asing.

"Udahlah ikutin aja," balas Sabrina dengan fokus menyetir. Ia mengikuti tepat di belakang motor Diego yang melaju lumayan kencang.

Diam, hanya ada keheningan dalam mobil berwarna putih itu. Ana mengalihkan pandangannya ke luar jendela, menatap jalanan yang ramai tapi semakin lama, semakin sepi.

"Sebentar, kayaknya gue tau jalan ini," ucap Audy memecah keheningan. Ia menatap ke luar, dan benar ia mengenali jalan ini.

"Emang kita mau kemana?" tanya Sabrina.

"Ini 'kan jalan mau ke pemakaman umum? Emang ada yang meninggal ya? Atau mungkin Kak Diego mau ke pemakaman dulu sebelum ketemu Syella?" Audy berfikir keras bayangan Syella yang memberikan bunga sweet pea melintas di pikirannya, namun dengan segera ia menepis pikiran negatif itu.

"Iya, mungkin Kak Diego mau ke pemakaman saudaranya dulu."

Setelah perjalanan yang panjang mereka sampai di tempat tujuan. Semua orang mengernyitkan alisnya kecuali Diego.

"Ngapain kesini? Bukannya lo mau bawa kita ketemu Syella?" tanya Adit.

Diego menatap mereka satu-persatu, tanpa menjawab pertanyaan yang dilontarkan Adit, laki-laki itu melangkah mendahului mereka.

"Ikutin aja," ujar Eza lalu berjalan membuntuti Diego.

"Kita bawa kuenya gak nih?" tanya Ana. Gadis itu membawa satu buah kue ulang tahun yang ia buat sendiri, khusus untuk Syella.

"Bawa aja," balas Audy. Yang lainnya mengangguk lalu ikut melangkahkan kakinya mengikuti para lelaki yang sudah berjalan terlebih dahulu.

"Kak Diego emang siapa yang meninggal sih? Kok kita di pemakaman?" tanya Sabrina yang tak digubris sama sekali.

Diego menghentikan langkahnya tepat di bawah pemakaman yang terlihat masih baru. Laki-laki itu berjongkok dan mengelus batu nisan di hadapannya. "Hai, gue dateng lagi."

Yang lain hanya diam mengamati Diego, karena mereka tak bisa melihat tulisan yang ada di nisan sebab dihalangi oleh badan tegap laki-laki itu.

"Kak Diego, ini makam siapa sih?" Ana ikut berjongkok, karena rasa kepo-nya tinggi gadis itu sedikit menggeser badan Diego agar bisa membaca nama di batu nisan itu.

Kue yang gadis itu pegang terjatuh saat ia selesai membaca batu nisan di hadapannya. Kedua matanya berkaca-kaca, ia menutup mulutnya tak percaya akan apa yang ia lihat. Ana menggeleng kuat. "G-gak mung-kin."

Sabrina dan Audy mrngernyitkan alisnya bingung dengan Ana yang tiba-tiba menangis.

"Lo kenapa deh?" Sabrina mensejajarkan tubuhnya dengan gadis itu, matanya tak sengaja membaca batu nisan yang berada tepat di hadapannya.

Sofferenza [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang