Happy Reading❤
¤¤¤¤"Gimana keadaan Iren?" tanya Sabrina pada Ana yang duduk di sampingnya.
Ya, kecelakaan pada hari itu benar-benar seperti yang mereka duga. Iren, gadis itu segera di larikan ke rumah sakit. Benar jika karma itu benar-benar ada.
"Dia buta, dan dia gak terima akan hal itu, makanya bokapnya bawa dia ke luar negeri. Mungkin juga menetap di sana."
"Gue masih gak nyangka kalo Iren ngelakuin itu semua cuma buat harta, padahal kan bokapnya juga kaya," ucap Sabrina.
"Gak ada yang gak mungkin di dunia. Sama kayak kita, gue gak nyangka bisa ngehina Syella orang yang gak bersalah. Gue malu, gue ngerasa bersalah, bisa-bisanya kita ngelakuin itu, padahal dia sahabat kita," ujar Audy menunduk.
Tunggu, bukankah selama ini mereka tak mengakui keberadaan gadis itu selama ini? Lalu sekarang?
"Gu-gue paling bersalah disini, gue yang ngenalin Iren sama kalian, gue juga yang buat kalian lebih milih Iren dari pada Syella." Ana menunduk, ia menatap kedua sahabatnya yang tidak lengkap, sekarang ia merasa kekurangan.
"Stop! Kalian jangan nyalahin diri masing-masing dong, kita semua salah disini. Makanya kita harus minta maaf, dan kalian berdo'a aja semoga Syella mau maafin kita, terus sahabatan lagi sama kita kaya dulu."
Suasana kantin yang semula sepi kini mulai ramai. Banyak pasang mata yang menatap ke arah mereka bertiga.
"Gimana cara kita minta maaf? Kita aja gak tau dimana Syella sekarang. Rumahnya udah kosong, kita mau cari kemana? Bahkan sejak kemarin dia juga gak masuk tanpa keterangan, terus kita harus gimana?" tanya Ana. Ia menyesal, sungguh menyesal. Jika satu kali saja ia bertemu gadis itu, ia berjanji akan meminta maaf bahkan akan bersimpuh hingga ia di maafkan.
"Kak Diego! Dia pasti tau kan di mana Syella, dia paling deket sama Syella setelah kita jauhin dia," ucap Sabrina melirih di akhir kalimatnya.
"Gue tanya ke Kak Diego sekarang," ucap Ana lalu berdiri.
"Tunggu, gue baru inget. Besok bukannya ulang tahunnya Syella? Gimana kalo kita buat kejutan sekaligus buat permintaan maaf?"
Audy terdiam, ya ia juga baru ingat. "Boleh, itu ide bagus."
Ana terdiam lalu tersenyum. "Yaudah nanti kita siapin semuanya, gue seneng banget. Semoga Syella suka, terus mau maafin kita." Audy dan Sabrina mengangguk antusias.
"Yaudah, kita temuin Kak Diego dulu."
▪▪▪▪
"Kak Diego, tunggu!" Ana sedikit berlari kecil agar bisa menyusul Diego.
Laki-laki itu menatap datar ketiga gadis di depannya.
"Kak Diego tau Syella dimana gak?" tanya Ana to the point.
"Gak."
Alis Ana mengkerut begitu juga yang lainnya, tak biasanya Diego berucap dingin seperti itu. Sangat tidak biasa.
"Tapi 'kan Kak--"
"Gue bilang gak tau ya gak tau! Lo ngerti bahasa manusia gak sih!" Diego mengeraskan suaranya hingga membuat beberapa siswa atau siswi menoleh kearahnya.
Dengan tatapan tajamnya Diego melangkah pergi meninggalkan ketiganya yang terdiam.
"Ta-tadi Kak Diego? Dia kenapa? Gue gak pernah liat dia semarah itu," ucap Sabrina lirih. Ia masih terkejut dengan kejadian barusan.
"Gue yakin Kak Diego nyembunyiin sesuatu, dan gue juga yakin Kak Diego tau dimana Syella. Pokoknya nanti pulang sekolah kita harus tanya lagi," ujar Ana pantang menyerah. Ia benar-benar bertekad untuk menghadapi halangan apapun yang menghalanginya agar bisa bertemu Syella. Apa pun, kecuali takdir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sofferenza [END]
Teen Fiction[Follow dulu sebelum membaca🤗] Jika keluarga berpotensi menorehkan luka, lantas apa gunanya rumah yang kalian sebut sebagai tempat berbagi suka duka? ____________ Sofferenza dalam bahasa Italia yang memiliki arti penderitaan. Penasaran sama cerita...