Part 41🌼

16.9K 869 39
                                    

Happy Reading❤
¤¤¤¤

"Dasar kamu malu-maluin saya! Orang-orang kira saya gak becus ngurus kamu!" ucap Dian, saat ia melihat isi surat yang diberikan Syella. Surat pernyataan bahwa Syella di skors selama satu minggu.

"Ta-tapi kan Ma..."

"Apa?! Kamu mau nyalahin saya?!" Syella menggeleng.

"Harusnya kamu contoh Iren. Dia baik, dia cantik, dia juga pintar. Tidak seperti kamu! Dasar beban keluarga!"

Dian berkata seolah ini semua bukan salahnya, tak sadarkah Dian bahwa dalangnya adalah dirinya sendiri?

Jika bukan karena Dian yang membawa Syella ke tempat kotor itu, Syella tidak akan berada disana.

"Saya kira setelah saya membawa kamu kesana, kamu tidak akan berani kembali lagi!  Untuk apa kamu kembali, kamu itu hanya kotoran yang gak berguna!"

"Mendingan kamu pergi sejauh-jauhnya dan gak usah kembali. Atau mungkin kamu mati aja, karena itu lebih bagus."

Syella tertunduk dalam mendengar semua cacian yang Dian berikan. Tak taukah Dian disini hati Syella benar-benar remuk.

"Ada apa ini? Syella, kamu kenapa sudah pulang?" tanya Jovan yang baru datang dengan jas yang masih melekat ditubuhnya.

Syella tak mampu menjawab pertanyaan Jovan. Ia semakin menunduk menatap kedua ujung sepatunya.

"Anak ini... sudah berbuat hal yang memalukan," ucap Dian yang berpura-pura menitikkan air mata, sungguh akting yang bagus. Di lain sisi Jovan mengernyitkan alisnya tak mengerti.

"Kamu lihat ini." Dian menyerahkan handphone-nya yang berisikan foto Syella dan juga selembar surat dari kepala sekolah.

Mata yang semula menatapnya damai, kini berubah menjadi tatapan tajam. "Kamu mau buat saya malu? Jadi semalam kamu pergi ke tempat sialan itu?! Bersama laki-laki?! Dasar anak gak tau diri! Saya biayain sekolah kamu, dan kamu malah--"

Jovan tak melanjutkan kalimatnya. Ia menghela nafas berat. "Siapa yang ajarin kamu jadi wanita murahan? Apa uang yang selama ini saya berikan itu kurang?! Jawab!"

Mata Syella memanas. Bahkan telinganya juga memanas mendengar semua perkataan orangtuanya yang menuduhnya. "S-syella bukan wanita murahan Pa..."

"Sekarang saya merasa jijik mendengar kamu memanggil saya dengan sebutan Papa." Jovan melangkahkan kakinya lebar meninggalkan Syella bersama Dian.

"Dasar anak sialan." Dian mendorong kening Syella kuat.

Syella menatap punggung keduanya dengan tatapan yang menyiratkan kesakitan. Syella sedih, namun matanya tak mengeluarkan cairan bening sedikitpun. Mungkin air mata saja lelah keluar dari pelupuk matanya terus-menerus.

"Huh, sekali saja kalian berada diposisiku." Syella memandang sekitarnya datar. Tak ada kebahagiaan sedikitpun ditempat yang merupakan rumahnya. Kaki jenjangnya berjalan menaiki tangga menuju kamarnya.

▪▪▪▪

Diego menatap foto seorang gadis yang berada di handphone-nya. Gadis yang ia sukai, tapi Diego yakin cintanya tak akan terbalaskan.

"Coba aja gue duluan yang ketemu lo sebelum si Aryanjing itu pasti lo jadi cewek gue sekarang. Mau aja lo pacaran sama cowok brengsek kaya dia."

Saat sedang memandangi foto Syella kegiatannya terganggu karena chat dari Dimas.

Dimas.
Woy Go, lo beneran gak jadi ketua osis lagi?

Anda.
Y

Dimas.
Anjir, lo kerasukan? Singkat amat. Keyboard lo rusak ya?  Ooh gue tau nih, pasti karena jabatan lo itu kan? Atau gebetan lo ditikung orang?

Anda.
Bacot!

Diego meletakkan handphone-nya tak mau meneladeni pesan dari temannya itu. Diego menatap langit-langit kamarnya, ia merasa bosan. Tiba-tiba saja ide terlintas di benaknya.

"Gue chat Syella aja daripada gabut." Diego kembali mengotak-atik handphone yang ia genggam. Jarinya menari diatas layar.

Anda.
Syella.

Lama Diego menunggu, bahkan sudah 20 menit yang lalu pesannya terkirim, namun hanya centang satu abu-abu, yang menandakan Syella sedang offline.

Diego berpikir positif, mungkin saja gadis ini sudah tidur karena jarum jam menunjukkan pukul sepuluh malam.

Diego meletakkan handphone-nya lalu tak lama mengambilnya lagi, ia melakukannya berulang-ulang hanya untuk memastikan Syella membalas chat nya.

Syella.
Iya?

Diego tersenyum kala Syella membalas chat darinya. Meskipun hanya pesan singkat, yang terpenting Syella mau membalasnya. Ia sempat mengira bahwa gadis itu akan menjauhinya atau menyuruhnya menjauh seperti yang dia ucapkan dikoridor kala itu.

Anda.
Lagi apa? (Delete)
Udah makan? (Delete)
Kok lo belum tidur? (Delete)

"Argh! Gue kenapa anjir." Diego memejamkan matanya ketika merasakan gejolak aneh dalam dirinya.

Anda.
Sorry Syel tadi kepencet.

Alasan klasik, mana ada kepencet. Diego meremat ponselnya kala chat darinya bercentang biru, yang itu tandanya Syella sudah membaca pesan darinya. Diego yakin pasti Syella menganggapnya bodoh. "Bodoamat deh, gue tidur aja."

Diego memejamkan matanya menuju alam bawah sadarnya.

▪▪▪▪

Disisi lain, Syella mencoba memejamkan matanya. Helaan nafas keluar dari bibir mungilnya. Susah sekali untuk tidur dengan tenang.

"Tuhan aku lelah, tapi aku belum mau menyerah."

Syella memejamkan mata ketika rasa sakit menyerangnya. Ia yakin waktu hidupnya sudah tidak lama lagi. Rintihan demi rintihan keluar dari bibirnya.

Syella meluruhkan tubuhnya di lantai, dingin nya lantai menusuk kulit Syella. Ia menatap lekat benda tajam yang berada disisinya. Benda yang ia gunakan untuk melukai dirinya sendiri. Bahkan banyak bekas luka yang menurutnya kecil dikedua sisi pergelangan tangannya.

"Aku gak mau pakai kamu dulu, yang kemaren-kemaren masih belum kering." Syella berbicara seperti orang gila pada sebuah benda tajam. Syella mengedarkan pandangannya menatap setiap inci penjuru kamar yang ia tempati.

Di lantainya terdapat helaian rambut yang berserakan. "Kalo aku botak, bakal jadi Ipin dong?"

Syella tertawa renyah mendengar perkataannya sendiri. Bahkan ia masih bisa tertawa ketika ia juga merasakan kesakitan.

"Tuhan, berikan aku kekuatan seperti Wonder Woman."

Syella tersenyum, ia membuka lacinya mengambil obat yang bisa membuatnya tertidur dengan tenang.

"Good night cruel world."

Setelah itu matanya terpejam, hanya dengkuran halus yang terdengar. Mungkin di mimpinya ia bisa merasakan kebahagiaan walau sekejap.





🍰TBC🍰

922 work.

Vote🌟 dan komen💬.

Gimana sama part ini? Mungkin ada kritik atau saran.

Ikutin terus kisahnya ya.

See You🍃

Senin, 15 Maret 2021🍃

Salam dari,
hrlnmnca~

Sofferenza [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang